Jadilah penyelamat, bagi orang yang tak bisa kembali.
Jadilah konduktor orkestra, dalam mempersembahkan ratapan simponi ini.
Ayo, panggilah aku, untuk mengubah takdirmu.
Berbeda dengan ruang dosen biasa yang ada di lantai dua, ruangan Pak Alvi berada di lantai satu dan lebih privat. Selain menjadi dosen Mikrobiologi dan pembina UKM pecinta alam, Pak Alvi adalah Ketua Penjaminan Mutu sehingga dia memiliki fasilitas tersendiri di gedung utama.
Dari luar, terlihat siluet hitam berjalan di dalam ruangan Pak Alvi. Aku memberanikan diri mengetuk pintu kaca yang memaparkan nama, gelar, dan jabatannya.
"Masuk." Suara Pak Alvi yang terendam akibat sekat memberikan perintah kepadaku untuk membuka pintu dan masuk ke dalam.
Saat aku dan Eria masuk, udara surga tertiup ke tengku kami. Aroma lavender semerebak di penjuru ruangan. Kami dipersilakan duduk di sofa panjang yang di tata rapi menghadap meja stainless hitam milik Pak Alvi. Ruangan itu memang sempit, tapi pria yang sudah berkepala tiga itu bisa membuatnya menjadi ruang kantor idaman setiap dosen.
Tidak heran jika Pak Alvi mendapat perlakuan khusus dari para pejabat kampus, khususnya Rektor. Bukti nyatanya adalah beberapa pigura yang berjejer di atas meja kecil di sudut ruangan. Mereka segan dengan keluarga Pak Alvi, terlepas apakah mereka pernah saling bertatap muka atau tidak. Dosen-dosen senior sangat berhati-hati berurusan dengannya. Apalagi setelah salah satu dosen paling sepuh dan kolot--Pak Samsul--pernah mengkritik perlakukan Pak Alvi terhadap anak-anak bermasalah.
Dosen yang sudah mengabdi selama dua puluh tahun di kampus kami, merasa tindakan juniornya itu terlalu lembek. Dia masih percaya dengan ideologi kunonya bahwa mahasiswa akan menjadi teladan dan mudah diatur jika peraturan ditegakkan dengan tegas. Namun Pak Samsul yang kerjaannya cuman bisa mengaggungkan mahasiswa di jaman keemasannya dahulu kala, Pak Alvi dengan mudahnya memutar balikan argument itu sehingga lawannya tidak bisa berkutik lagi.
Semenjak itulah dosen Ekologi ter-killer di Fakultas Biologi itu memasang bendera perang terhadap Pak Alvi. Dia tetap akan melakukan caranya tanpa peduli Pak Alvi memperingatinya. Semua dosen tampak mengacuhkan perang dingin mereka. Tidak ada yang berani menengahi mereka sebab keduannya adalah orang yang cukup keras kepala dan sama-sama kuat.
"Kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Atau ... tentang diriku?" tanya Pak Alvi ingin mengklarifikasi maksud kunjungan kami.
Sumpah, narsisnya sudah tidak tertolong lagi.
Setelah kejadian di villa itu, Pak Alvi masih bersikap seperti tidak terjadi apa-apa. Semua dosen pun tidak menyinggung kejadian aneh saat malam itu. Aku yang masih merasa tidak enak telah mendengar kepedihan Melly, segera meminta maaf keesokan harinya. Gadis itu malah tertawa cekikikan dan mengatakan itu adalah hal biasa.
Hal biasa? Kekerasan di rumahnya itu biasa?
Aku benar-benar tidak paham jalan pikiran Melly.
Mungkin, sebaiknya aku diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hipnosis Kematian
Horror[UPDATE SETIAP HARI] Rinda tidak pernah menyangka bahwa bunuh diri massal yang terjadi di fakultas tempat dia mengajar telah membuat semua orang berbalik membenci dirinya. Hidup Rinda yang setiap hari dipenuhi aura positif, dengan cepat berubah menj...