31| Mimpi Buruk

456 64 20
                                    

"Udah dong marahnya"

Kai menatap Jennie sendu. Sedangkan Jennie enggak merespon dia malah lebih memilih menatap ke sekeliling kantin.

Kekesalannya semakin bertambah kepada lelaki didepannya ini ketika tangannya di tarik paksa saat jam pulang tadi, dan berakhirlah mereka di sini. Di kantin sekolah.

"Yaudah cepet jelasin"

"Apanya?"

"Apanya-apanya! Ya yang kemarin lah! Kenapa lo jalan sama Somi! Sampe lupa nganterin gue jemput ayah sama bunda!"

Ucapnya berapi-rapi. Kai sampai sedikit terperanjat dari duduknya.

"Iya kalo itu gue salah__"

"Tapi soal yang gue jalan sama somi itu enggak bener! Gila aja lo"

"Ya terus apa?!"

Saut Jennie cepat karena merasa tidak puas dengan jawaban Kai.

"Gue cuman nganterin dia ambil barang yang ketinggalan__"

"Itupun mamah yang nyuruh, kalo bukan mamah yang nyuruh ogah gue mah. Serius deh"

Jennie diam. Masih kesal tentu saja.

"Sayang udah ya ngambeknya"

Kai meraih tangan Jennie lalu memainkan jari-jarinya.

"Yang..."

"Sayang... "

Bukannya luluh Jennie malah di buat tambah kesal oleh Kai.

"Dih apasih yang yangan!"

"Ya udah iya diem"
-Kai

Kai muter otak lagi buat cari cara ngebujuk si mba yang lagi marah.

"Mau kukis enggak"

"Kukis coklat loh~"

Kata Kai dengan nada menggoda. Lalu di ambilnya sekotak kukis pemberian Lia tadi.

Jennie masih diam tapi tak bohong jika mulai tergiur dengan kukis coklat itu.

"Nih_"

Kai mengambil satu potong kukis berbentuk kepala beruang itu lalu menyodorkannya ke arah bibir Jennie.

"Aaaa~~"

"Gimana enak enggak?"

Tanya Kai setelah sepotong kukis itu berhasil masuk ke mulut cewek didepannya ini.

"Emm... Enak kok bentuknya juga lucu" Jawab Jennie santai lalu mengambil satu potong kukis lagi.

Tunggu dulu. Kai tidak salah dengarkan. 'Lucu' katanya?

Demi tuhan Kai hampir tertawa keras mendengarnya, padahal dirinya berani bertaruh jika Jennei tau siapa yang membuatnya reaksinya tidak akan sesantai itu.

"kok enggak di makan? Enggak doyan?"

Jennie bertanya karena heran meliat Kai yang hanya diam sambil menatap dirinya tanpa menyentuh satupun kukis itu.

"doyan kok tapi gue lebih suka telor gulung buatan lo"

"Halah, emang ini buatan siapa?"

"Lia"

Jennie menghentikan kunyahannya lantas menarik tupperware di hadapannya dengan kasar lantas mentap isinya dengan nyalang.

"Oh jadi ini dari dede gemes lo si Lia"

Kai hanya mengangguk pelan tapi tak berbohong jika dia ingin tertawa saat melihat Jennie memakan kukis yang tinggal tersisa lima biji itu dengan rakus sampai habis. Benar-benar tidak tersisa satu pun.

"Minum!"

Kai buru-buru menyodorkan air mineral ke arah Jennie.

"Lo belum makan kan!"

Kai menggeleng cepat.

"good boy"

Jennie tersenyum dan tak ketinggalan dua jempolnya yang mengacung tinggi.

Sedangkan Kai hanya tertawa kecil melihat tingkah Jennie.

"Emang kenapa kalo gue makan?"

"Em... no no!"
"Enakan juga telur gulung gue kan"

"Dih pd gila lo"

"Kaii iiiih! Tadi katanya enakan telur gulung gue!"

"Iya sayang iya"

"Hehehe besok gue buatin deh telur gulungnya tapi__"

"Janji enggak boleh lupa lagi nganterin gue jemput ayah bunda dan janji enggak boleh makan kukis dari lia"

Jennie menyodorkan jari kelingkingnya.

"Iya janji"

Kai tersenyum lalu menautkan jari kelingkingnya.

"Eumm terus lo kemarin sama siapa jemput ayah sama bunda?"

Tanya Kai hati-hati.

"Oh kemarin, sama kak Jidan"

"Kak Jidan?"
Dirinya tak salah dengarkan.

"Iya kak Jidan. Dulu lo pernah kutemukan waktu di rumah gue ada acara?"

Kai menganguk pelan ada sedikit perasaan tak tenang yang mengganggunya ketika nama itu kembali terdengar di telinganya.

Jidan. Dia kembali lagi.

Dan Kai sadar mimpi buruknya mungkin akan di mulai dari sekarang.
Salah. Mungkin akan di mulai detik ini juga.

Ketika iris matanya menangkap sosok itu berdiri tak jauh dari kantin dimana tempat dirinya dan Jennie tengah duduk.

Sosok itu mendekat. Semakin dekat. Sampai kehadirannya ada di antara mereka. Jennie. Kai. Lalu...

"Kak Jidan?"

Dan detik itu juga Kai tau mimpi buruknya sudah di hitung mundur.

•••

Jangan lupa vote and komen untuk terus dukung cerita ini.

Apa kabar?
Gimana???
Maret bawa kabar baik enggak
:''')

Si AyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang