fourty eight

501 39 2
                                    

Cuaca yang bisa dibilang buruk malam ini, sama buruknya dengan keadaan hati seorang remaja yang masih berusia 16 tahun ini.

Nathan masuk kedalam mobil William dengan tubuh basah dan lebam merah yang sedikit mengeluarkan darah disebelah kanan wajahnya, membuat ia terlihat sangat kacau. Ia menoleh kebelakang dimana Naya terbaring tidak sadarkan diri lalu menghadap depan dengan gusar.

"Nathan, let your car stay here, my friend will take it tomorrow."
"Nathan mobil lo biar tinggal disini aja, besok teman gue yang ambil." Ucap Will yang baru masuk dan duduk dikursi kemudi.

Namun Nathan hanya diam menatap lurus kedepan.

William yang melihat temannya seperti itu, juga bingung harus apa.

"Bro, calm yourself and your heart, this is all a trial."
"Bro, tenangin diri dan hati lo, ini semua cobaan." Ucap Will sambil menepuk-nepuk pundak Nathan.

Nathan mengangguk lemah. "Thank you bro, I don't know if you weren't there earlier."

Will menipiskan bibirnya. "Now we go to my house okay, your wound must be treated immediately, Naya too."
"Sekarang kita pergi kerumah gue ya, luka lo harus segera diobatin, Naya juga."

Nathan yang benar-benar terpuruk hanya bisa mengiyakan saja, karena saat ini pikirannya masih tertuju pada Kevin yang sangat kurang ajar padanya dan juga keluarganya.

***

Noah sampai di tempat kediaman William. Tapi yang membuat Noah bingung itu, kenapa rumah Will berbeda sama yang kemarin ia datangi saat party?

Noah yang masih sedikit mabuk, hanya melongo saat melihat rumah kecil namun rapih dan terawat. "Is this Will's house?"
"Ini rumah Will?" Tanyanya bingung.

"Yes, yesterday the party was at his parents' house, while this house he bought his own house for him."
"Iya, yang kemarin pesta itu dirumah orang tuanya, sedangkan rumah ini dia beli untuk dirinya sendiri." Jawab cewek itu santai sambil berdiri disamping Noah, kebetulan sekarang sudah tidak hujan lagi. "Let's go," cewek itu menggandeng Noah memasuki rumah Will.

Noah dipersilahkan duduk dengan cewek itu, sedangkan cewek itu langsung menuju dapur untuk membuat minuman panas. Noah jadi berpikir, cewek itu siapanya Will.

"Who are you?"
"Lo itu siapa sebenarnya?" Tanya Noah setelah cewek itu menaruh minuman diatas meja dan duduk disamping Noah.

"Oh my god, I don't know myself, huh? My name is Laura, Will's cousin. But people don't know that I'm his cousin,"
"Oh my god, gue belum kenalin diri gue ya? Nama gue Laura, sepupunya Will. Tapi orang-orang gak tau kalau gue sepupunya," ucap Laura sambil menyodorkan tangannya pada Noah.

Noah menjabat tangan Laura, agak sedikit kaget sih kalau Laura itu sepupuan dengan William, "Why don't people know that you are Will's cousin?"
"kenapa orang-orang gak tau kalau lo sepupu sama Will?"

Laura tertawa kecil. "People also won't believe that I'm Will's cousin, because I'm already 180 ° different from my character and Will."
"Orang-orang juga gak bakal percaya juga sih kalau gue sepupuan sama Will, karena dari sifat gue sama Will aja udah beda 180°."

"Yeah, you look wilder than calm Will."
"Iya sih, lo keliatan lebih liar dari pada Will yang kalem." Tanggap Noah sambil tersenyum miring.

"What did you say?" Tanya Laura sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Do I need to be clear?"
"Apa perlu gue perjelas?" Tanya Noah juga mengangkat sebelah alisnya.

"Okay, that's enough. Now you drink the tea first and it's cold."
"Oke cukup. Sekarang lo minum dulu tehnya nanti keburu dingin." Ujar Laura sambil menyodorkan teh panas kepada Noah.

Triplets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang