sixty one

560 42 11
                                    

Enjoy this part and
Happy reading

Seminggu lebih sudah mereka lewati semenjak kejadian hari itu.

Dan Noah merasa lebih bebas karena Jackson tidak lagi mengusiknya, menampilkan batang hidungnya saja pun sudah tidak pernah. Hari-harinya pun jadi berjalan dengan normal.

Noah berjalan dikoridor sekolah bersama Jess karena mereka memang lagi ada kelas bareng, sedangkan yang lainnya menunggu dikantin. Semenjak kejadian itu, orang-orang yang terlibat sekarang menjadi lebih dekat termasuk Louis dan juga Laura.

"Nunggu ya?" Tanya Noah tiba-tiba pada Jess.

Jess yang lagi berjalan, berhenti sejenak dan berpikir kenapa Noah bertanya seperti itu. "Nunggu apaan?" Ia lanjut berjalan dengan Noah disampingnya.

"Nunggu kepastian," jawab Noah melirik Jess yang menoleh padanya.

Jess terkekeh. "Tau aja lo," ucap Jess tiba-tiba, lalu seketika menutup mulutnya.

Noah membulatkan matanya lalu terkekeh. "Lo udah kode keras gitu ya padahal. Tapi si Nathan gak nembak-nembak elo, parah si tuh bocah."

Jess menghela napas sedih. "Kesannya gue berharap banget ya? Padahal belum tentu kan dia suka apa engga sama gue."

"Kok gitu? Gue aja kerasa banget kalo Nathan suka sama lo. Emang apa yang buat lo pikir begitu?"

"Ya lo liat sendiri, setiap gue lagi berdua sama Nathan pasti tuh Clara ganggu terus, tiba-tiba nimbrung lah, apa engga nelponin Nathan. Kan tuh cewek kaya gak ngasih kesempatan gitu loh." Cibir Jess jadi kesal sendiri sambil menghentakan kakinya.

Noah berdecak. "Ngga Anak ngga mamanya sama aja." Ucapnya jengkel.


***


Naya menyeruput minumnya sambil menyimak teman-temannya yang sedang mengobrol. Sesekali ia tertawa karena tingkah Romeo yang absurd ternyata.

"Crazy," Laura menoyor pelan kepala Romeo yang terbahak tidak bisa berhenti.

Naya yang ikut tertawa jadi berhenti ketika ada seseorang yang menepuk pundaknya. Ia menoleh pada orang dengan secarik kertas ditangannya.

Orang itu menyodorkan surat itu. "Ini ada titipan." Ucapnya lalu pergi begitu saja.

Naya menyerngit bingung sambil memandang orang yang sudah berlalu. Lalu ia melihat surat itu belum membacanya.

Nathan dan Will yang berada didekat Naya langsung menoleh padanya seakan bertanya dari siapa surat itu. Naya hanya mengangkat bahunya lalu membalikan surat itu dan membacanya.

'Naya, how are you?'

Naya menaikan sebelah alisnya. Tulisan itu tidak asing dipengelihatannya. Tapi siapa?

"Ehm, ada secret admirer nihhh..." goda Clara pada Naya membuat semua yang ada dimeja itu heboh.

Naya tersenyum kecil bahkan seperti terpaksa. "Kayanya gue harus nyusul orang tadi." Naya beranjak dari duduknya berniat mengejar orang tadi.

Namun Will menahan lengan Naya. "Gue ikut," ucapnya dan Naya mengiyakan saja, membiarkan Will mengikutinya dari belakang.

Memang beberapa hari yang lalu Will telah menyatakan cintanya pada Naya, tentu membuat Naya terkejut. Naya suka Will, siapa sih yang tidak suka cowok tampan itu, namun... ia belum sempat membalasnya karena untuk mengucapkannya saja rasanya berat.

Naya menengok kanan kiri untuk mencari jejak orang tadi di pertigaan koridor, tapi orang itu sudah hilang begitu saja. Naya menghela napas lelah dan menundukkan kepalanya lalu membalikan badannya membuat dirinya menabrak tubuh William yang tadi berdiri dibelakangnya.

Triplets [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang