"Apa kau mau menikah denganku?"
Eh!? Kejutan apa lagi ini? Jantungku berdebar kencang. Xiao... Dia menempati kata-katanya. Aku tidak percaya dia akan menempatinya sekarang. Tapi justru aku sangat senang.
Aku tidak bisa menahan kegembiraan ini. Lagi-lagi aku mengeluarkan air mata, air mata kegembiraan. Senyuman terukir di wajahku kala Xiao menunjukkan sebuah cincin. Perlahan aku menganggukkan kepala.
"Iya... Aku mau..." jawabku. Lalu Xiao memasangkan cincinku di jari manis milikku.
"Cocok..." Xiao merasa puas dengan apa yang dilihatnya.
Aku menatap cincin itu lebih lama lagi. Vincin yang sederhana dengan permata perak kecil di tengahnya. Aku sungguh sangat senang, semua hal yang saat ini terjadi benar-benar seperti mimpi. Tapi aku sadar ini kenyataan makanya aku sangat, sangat senang. Kedatangan Xiao, lamaran Xiao dan mimpiku tadi siang menjadi kenyataan.
"Aku...senang. Xiao, aku mencintaimu."
Tidak ada kata lain yang ku pikirkan. Hanya itu yang aku pikirkan dan yang aku rasakan. Setidaknya dengan itu Xiao tau perasaanku dan itu juga tidak terlalu terbelit-belit.
Xiao tersenyum lembut. Lalu dia mendekatkan wajahnya padaku kemudian menciumku. Aku menerima ciuman itu dan menikmatinya. Ciuman yang diberikan Xiao sangat lembut, mungkin aku mulai menyukainya. Cukup lama kami berciuman, hingga Xiao memilih menyudahinya.
Xiao menatapku dan tersenyum lembut. Sejak kapan dia jadi sering tersenyum begini? Ah sudahlah, begini saja sudah membuatku senang.
"Baik. Saatnya mempersiapkan pernikahan kita."
"Tunggu, apa? Wa--"
Tiba-tiba Xiao menggendongku. Bahkan aku belum menyelesaikan perkataanku. Apa dia memang tidak ingin mendengar apapun alasanku? Tapi, menggendongku dan membawa secara paksa ini tetap saja...
"Xiao turunkan aku! Lagian kita mau kemana?!"
"Rumahku."
"Sekarang? Kenapa tidak besok saja? Aku belum bilang pada Dain!" Aku tetap memberontak. Ini seperti penculikan!
"Benar juga, aku sudah bilang pada Dainsleif-san dan dia bilang 'tolong jaga anakku' begitu. Dia menyetujuinya."
"Tetap saja--"
"Lalu jarak rumahku dengan rumahmu itu jauh. Aku tidak ingin bolak balik jadi mulai sekarang tinggallah di rumahku."
Itu hanya alasannya saja. Iya, alasan.
"Xiao turunkan aku!"
Aku tetap memberontak. Tentu saja aku memberontak, dia menggendongku seperti layaknya seorang pangeran dan aku putrinya! Biarpun disini tidak ada orang, aku tetap merasa malu.
"Xiao! Turunkan aku!"
Cup
"Sudah bisa diam?"
Heeee aku makin malu... Xiao mencium bibirku lagi untuk membungkamku. Memang tidak ada cara lain apa?! Wajahku memerah. Aku menggunakan kedua tanganku untuk menutup wajahku. Dasar...
✨
Ternyata benar apa yang di ucapkan Xiao, rumahnya jauh dari rumahku. Memang masih satu kota tapi berbeda daerah mungkin. Aku saja belum pernah kemari.
Karena jaraknya jauh, aku sampai tertidur di dalam mobil selama perjalanan. Ini sudah lewat jam tidurku jadi tidak heran. Aku tertidur dengan tubuhku diselimuti jaket Xiao, aroma tubuhnya...aku bisa menciumnya, itu membuatku nyaman dab tidurku jadi lelap. Mobil tidak lagi berjalan, aku terbangun dari tidurku. Mataku sangat berat sampai-sampai penglihatanku buram, tapi aku masih bisa melihat Xiao yang membuka pintu mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Genshin Impact (AetherxXiao) END✓
Short Story•yaoi •BxB •Genshin Impact •Aether •Xiao •Homophobic •Indonesia Berisi konten bahaya, tidak suka mohon menjauh.