29

3.2K 287 82
                                    

Di rumah sendirian, awalnya benar-benar bosan tapi aku sudah lumayan terbiasa. Aku tidak bekerja hari ini karena ini hari liburku. Tidak banyak yang bisa aku lakukan di rumah ini.

Pagi hari, aku biasanya menyiapkan keperluan kerja Xiao setelah itu membuat sarapan dan bekal makan siangnya. Siang harinya aku sangat senggang, tidak ada yang bisa aku lakukan selain rebahan, menonton tv, sekali-kali aku keluar untuk jalan-jalan atau membeli sesuatu. Sorenya aku membereskan rumah lalu membuat makan malam. Hanya itu yang aku lakukan setiap libur.

Berhubung ini sudah sore aku segera melakukan kegiatan soreku, membersihkan rumah. Aku memulainya dengan menyapu kemudian mengepel, lalu mencuci piring. Setelah semua itu selesai, aku kembali rebahan di atas sofa dengan tv menyala. Terbongkar sudah kegiatanku selama Xiao kerja.

Waktu berlalu, akhirnya Xiao pulang. Xiao biasanya pulang tepat saat matahari terbenam, aku sudah hafal betul. Setiap dia pulang wajahnya selalu terlihat lelah dan moodnya seperti sedang buruk. Sesampai di dalam rumah dia biasanya langsung mencari keberadaanku lalu memelukku dari belakang. Setelah itu wajahnya kembali hidup, kadang aku berpikir memangnya aku charger yang bisa mengisi mood Xiao.

"Aku pulang," ucapnya sambil memelukku.

"Selamat datang, Xiao. Makan malamnya belum siap, pergi dan bersihkan dirimu dulu ya."

"Baik..." Dia memang bilang begitu tapi dia masih disini memelukku. Ucapan dengan perbuatannya itu tidak sesuai. Aku hanya bisa membiarkannya sambil terkekeh melihat aksinya itu.

Aku kembali melanjutkan aktivitas memasak dengan pelukan Xiao melingkar di perutku. Di peluk begini nyaman juga, hihi. Xiao pun melepaskan pelukannya dan hendak pergi membersihkan dirinya. Sebelum dia pergi, dia masih sempat-sempatnya mencium pipiku kemudian melanjutkan ke kamar mandi lagi. Bohong jika aku bilang tidak menyukainya, Xiao kadang melakukan sesuatu yang membuatku terkejut tapi itu membuatku senang juga.

Akhirnya makan malamnya sudah siap. Aku menyajikan makanannya ke atas meja kemudian menunggu Xiao turun. Tidak mungkin kan aku menyantap makanan ini sendiri.

Sebenarnya apa yang membuat Xiao lama ke ruang makan? Aku menyusul Xiao ke kamar, mungkin saja dia masih ada disana. Oh benar, pintu kamar terbuka sedikit. Kubuka lagi pintu itu hingga aku bisa melihat Xiao berdiri disana.

"Xiao, makan malamnya sudah siap."

"Baik, saya akan berangkat dan mengurusnya."

Aku spontan menutup mulutku kala tau Xiao sedang menelfon. Semoga suaraku tidak terdengar. Xiao menutup telfonnya lalu menghela napas.

"Makan malamnya sudah siap, Xiao," ulangku.

"Ah, aku akan kesana," jawabnya.

Aku hanya mengangguk dan kembali ke ruang makan menunggu dia. Kenapa tadi wajahnya tidak bersemangat? Siapa yang tadi menelfonnya? Semoga Xiao memberitahukannya padaku.

Aku membereskan alat makan yang tadi kami gunakan saat makan. Selama makan malam tadi tidak ada percakapan sama sekali. Xiao hanya diam dengan wajah lesu, padahal aku sedang menanti penjelasannya. Siapa yang menelfonnya dan apa yang dibicarakan.

Selama mencuci alat makan pikiranku terus ke pertanyaan-pertanyaan itu. Ya ampun ini membuatku tidak tenang. Apa aku yang harusnya bertanya lebih dulu? Iya, lebih baik begitu dari pada aku dihantui keingintahuanku ini.

"Xia--"

"Aether, ada yang ingin aku beritahu..."

Hiikk, hampir saja ucapan kami bertabrakkan. Kebetulan yang terlalu kebetulan.

"Iya, katakan saja," ucapku dengan pandanganku yang masih fokus pada peralatan makan yang masih dicuci.

"Besok selama 5 hari ke depan aku harus pergi keluar kota. Ada pekerjaan yang harus diurus, jadi sepertinya kau harus tinggal sendiri," ucapnya.

"Begitu ya, pekerjaan kan? Kalau pekerjaan apa boleh buat."

"Iya. Kau tidak apa kan?" tanyanya. Dia sudah ada di belakang tengah memelukku.

"Um, tidak apa." Aku tersenyum kepadanya menyakinkan dirinya. Tapi sebenarnya aku juga tidak tau akan baik-baik saja atau tidak.

"Aku akan meminta Lumine menemanimu saat siang nanti." Aku mengangguk saja.

"Oh ya satu lagi."

"Hm? Apa--waa!"

Xiao membalikkan tubuhku menghadap dirinya dan mendorongku hingga pojok. Tanpa sepatah kata Xiao langsung mencium bibirku dengan kasar. Aku sama sekali tidak bisa melawannya hingga Xiao melepas ciumannya.

"Ha...ha..ha. Xiao, kenapa?"

"Aku minta jatah," ucapnya tanpa hambatan.

"Eh?! Kau berangkat besok kan? Seharusnya kau istirahat dulu."

"Tidak apa, aku bisa istirahat nanti saat sampai disana. Aku juga pergi cukup lama. Makanya Aether, aku minta jatah, ya?"

Kenapa dia harus menggunakan wajah polos memohon begitu sih?! Dan ucapannya itu hanya alasan! Iya alasan!

"Tidak mau! Yang waktu itu saja masih sakit. Pokoknya tidak mau kuberikan!" ucapku dengan tegas.

"Aku akan melakukannya dengan pelan."

Aku tidak percaya dengan ucapan itu. Aku menggelengkan kepala benar-benar menolaknya. "Tidak! Tidak mau!"

"Ck, aku mau. Kalau begitu aku memaksa."

Xiao menggendongku dan membawaku ke kamar. Tentunya aku memberontak meminta diturunkan, tapi sayangnya tenagaku kalah dengan tenaganya.

Pada akhirnya kami melakukannya. Ucapannya yang bilang akan melakukannya dengan pelan hanya bohongan belaka. Bahkan dia melakukannya lebih parah dari yang terakhir kali. Aku sampai tidak sanggup berdiri terlalu lama gara-gara ini. Kau sungguh licik Xiao! Kenapa dalam hal ini kau selalu bersemangat?

✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


@hatorikumiko (twitter)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@hatorikumiko (twitter)

Jangan lupa voteヘ( ̄ω ̄ヘ)

Genshin Impact (AetherxXiao) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang