06

4.3K 446 113
                                    

40 menit terlewati. Lumine dan Paimon masih setia menunggu kepulanganku.

"Onii-chan lama sekali"

"Uuhh Paimon khawatir"

"Apa lebih baik aku menyusulnya ya?"

"Lumine, buka pintunya!"

"Eh onii-chan?" Lumine segera ke pintu depan dan membukakan pintu.

"Lumine! Tolong bantu aku bawa dia ke kamarku!"

"Eh?? Se-sebenarnya apa yang terjadi?" Lumine terkejut melihatku memapah seseorang yang babak belur lalu dia ikut memapahnya disisi yang lain.

"Pa-Paimon akan membawa air dan kotak obat," ucapnya dan langsung pergi kearah dapur.

Aku dan Lumine terus memapah tubuh Xiao menuju kamarku. Karena letak semua kamar tidur ada di lantai dua, kami cukup kesuliatan membawanya ditangga. Setelah sampai di kamarku, kami langsung menidurkan Xiao diatas kasurku. Paimon datang dengan sebaskom air dan kain untuk membersihkan bercak darah. Lumine membantuku dengan membersihkan darah kering yang menempel di kulit Xiao, sementara aku mengobati luka-lukanya. Oh ya, aku melakukannya sambil menjelaskan apa yang terjadi kepada Lumine.

"Akhirnya selesai..." kata Lumine.

"Paimon panik tadi."

"Lebih baik kalian tidur. Aku yang akan memantunya," kataku. Lumine dan Paimon mengangguk.

"Onii-chan jangan bergadang lho"

"Baik"

Mereka menuruti apa yang aku katakan. Sekarang dikamarku hanya ada Xiao yang tak sadarkan diri dan aku yang mulai diserang rasa kantuk. Mau seberapa kali pun aku mencoba melawannya, tetap saja karena ini sudah lewat waktu tidurku dan aku tidak bisa melawannya lagi. Akhirnya aku tertidur di pinggir kasur dengan tanganku sebagai bantal.

Seseorang mulai mengerang, dia perlahan mulai membuka matanya. Penglihatannya mulai memerhatikan langit-langit yang nampak asing di matanya. Ia memperluas penglihatannya dan mendapati surai pirang disampingnya tengah tertidur meringkuk. Apa punggungnya tidak sakit?

"Engh..." Aku mengerang dan berusaha menggerakkan tubuhku yang mulai kaku dan jujur punggungku sakit.
"Oh selamat pagi..." sapaku dengan suara khas bangun tidur.

"Pagi"

"Aku akan membuat sarapan. Apa kau mau sesuatu?"

"Tidak, tidak perlu repot"

"Benarkah? Padahal kau semalam melindur sesuatu lho." Aku bisa melihat Xiao dengan pipi yang memerah. Aku terkekeh melihatnya. "Beristirahatlah dulu." Kemudian aku keluar untuk membuat sarapan.

Aku menikmati kegiatan memasak di dapur. Ya karena ini hari libur aku tidak perlu memasak terburu-buru kan. Lumine datang dan menawarkan dirinya untuk membantuku. Aku ingin menolaknya karena sepertinya dia baru bangun dan langsung datang kemari. Tapi dia memaksa dan apa boleh buat.

Sarapan sudah siap dan Paimon datang tepat waktu saat makanan sudah ada di meja.

"Waaahhh harumnya~"

"Pokoknya Paimon jangan mengambil punyaku," tegas Lumine.

"Untuk apa Paimon mengambil punyamu!"

"Sudahlah kalian"
Kami menikmati sarapan kami, sambil aku mendengar cekcok antara Lumine dan Paimon. Rutinitas kami saat berkumpul.

Setelah sarapan aku pergi menemui Xiao di kamarku membawa sarapan untuknya. Almond tofu, yah itu yang semalam Xiao ucapkan saat itu maksudku dia melindur tentang makanan. Karena itu juga aku berpikir untuk membuatkannya seporsi. Aku sampai dikamarku dan membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk, lagian buat apa ? Ini kamarku toh.

"Xiao, kau sudah baikan?"

"Um. Terima kasih dan maaf merepotkan"

"Tidak apa. Jujur aku malah panik saat menemukanmu dijalan dan sepertinya kau sudah sembuh. Jadi kita bisa makan bersama di ruang makan," ucapku sambil menyodorkan sesendok Almond Tofu padanya. Xiao nampak kebingungan. Aku juga bingung dengan reaksinya hingga aku sadar, aku reflek menyuapi Xiao.

"Ah! A-aku selalu begini saat Lumine sakit, ka-kalau begitu silahkan ma--"

"Tidak." Xiao memegang tanganku dan menariknya. Lebih tepatnya Xiao memakan almond tofu yang ada di sendok.
"Suapi aku."

Baiklah aku memerah ditempat hanya karena dua kata itu. Xiao menginginkannya dan mau tidak mau kuturuti. Sebenarnya aku juga menyukainya... Ekhem!. Aku menyuapi Xiao sambil berusaha menyembunyikan wajah memerahku.

Almond Tofu yang kubawa akhirnya habis. Aku hendak membawa piring kotor itu kedapur untuk dicuci. Tapi aku sempat melihat ada sisa Almond Tofu di sudut bibir Xiao.

"Xiao, permisi sebentar." Aku mengusap sudut bibirnya menggunakan sapu tangan yang kebetulan terselip di sakuku.

Sekarang sudah bersih, aku hendak melanjutkan apa yang sempat aku tunda. Tapi sepertinya harus ditunda lagi. Xiao menarik tanganku dan tangan satunya menekan pinggangku. Sekarang kami sangat dekat.

"Xiao?"

"Haha kau ini kejam sekali. Padahal aku sudah susah payah menahan diri tapi kau malah memancingku."

"Xiao apa yang kau--hup"

Xiao mencium bibirku. Aku tentu saja tidak menyangka dengan yang dilakukan Xiao. Lebih tidak menyangka lagi Xiao ternyata bisa bersikap seperti itu.

Saat ini bibirku dengan bibirnya menyatu. Aku berusaha menjauhkannya tapi sepertinya Xiao tidak mengizinkannya. Akhirnya Xiao melepas ciumannya, aku pun segera mengambil oksigen dengan terburu-buru. Entahlah, saat ciuman itu sepertinya aku lupa cara bernapas.

"Ha...ha...ha"

"Haahh...aku tidak bisa menahannya."

Xiao menidurkan tubuhku tepat dibawahnya. Aku menatap manik Xiao yang tidak aku tau maksudnya. Xiao menciumku lagi, kali ini dia lebih agresif dari yang tadi. Dia mulai memainkan lidahnya di bibirku. Aku masih menutup rapat mulutku tapi Xiao tetap memaksanya. Hingga lidah miliknya masuk kedalam mulutku dan terjadi pergulatan lidah. Aku berusaha untuk tidak mengeluarkan suara, tapi sepertinya tidak bisa. Aku malah mengeluarkan desahan yang malahan membuat Xiao makin agresif.

"Ngh... Xia--umh"

Desahanku makin keras saat tangan Xiao tanpa aba-aba masuk kedalam bajuku. Aku tidak bisa berontak karena kedua tanganku ditahan oleh dia. Xiao menarik wajahnya, akhirnya aku bisa bernapas. Mataku buram karena air mata dan kelopak mataku sepertinya terbuka setengah.

Aku pikir ini sudah selesai tapi aku keliru. Xiao membuka bajuku walaupun tidak terlepas semua. Ia malah mengincar putingku dan menjilatnya. Aku mendesah dan desahanku terdengar sangat keras dan....

Prang!

Suara pecahan terdengar dari dapur. Spontan aku mendorong Xiao dan pergi menuju asal suara itu.

Uwawawawawaw
Oh ya jangan lupa vote(◍•ᴗ•◍)

Genshin Impact (AetherxXiao) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang