18. N

2K 222 44
                                    

Tahun demi tahun kulalui dengan tertatih, memaksa badanku untuk bangun disetiap pagi, mencoba bertahan satu kali lagi di setiap harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tahun demi tahun kulalui dengan tertatih, memaksa badanku untuk bangun disetiap pagi, mencoba bertahan satu kali lagi di setiap harinya.

Semua aku lalui bersama teman-teman yang setia merangkulku, membuatku menyadari kalau patah hatiku yang pertama ini adalah hal yang wajar. Hanya setitik fase yang harus aku lewati sebelum beranjak dewasa.

Yang tidak wajar adalah bagaimana lubang menganga dihatiku ini tak kunjung menghilang.

Aku ingat bagaimana aku menyelesaikan kuliahku di tahun-tahun terakhir terasa seperti neraka. Kemanapun aku melangkah aku selalu melihat 'sosoknya'. Wajahnya ada papan iklan kereta api, di badan bus, di layar iklan 3dimensindi pusat kota, bahkan di bungkus kopi kemasan yang setiap pagi aku minum.

Tidak punya pilihan lain memang, maka satu-satunya opsi adalah aku membuat diriku berdamai dengan masalalu, berusaha biasa saja saat melihat nama dan wajahnya berserakan dimanapun aku menginjakkan kaki.

Aku dengar dia langsung ikut wajib militer seusai menyelesaikan pengobatannya mentalnya dengan serius. 5 tahun waktu berlalu dan sepertinya dia menata hidupnya dengan baik.

Mungkin inilah tahap dewasa yang tak sengaja aku tempa, mendengarkan kabar hidupnya secara tak sengaja terus menerus dan tidak merasa goyah sedikitpun. Aku senang dia bahagia, tapi tak berniat mencari dirinya lagi untuk kebahagiaanku.

'Dia' benar-benar menuruti permintaanku, untuk tak menemuiku apapun keadaannya.

Membiarkanku yakin sepenuhnya kalau aku bisa berdiri sendiri, walau harapanku pergi bersamanya.

Lucu memang disaat aku deskripsikan dengan jujur seperti ini, karena tampak luarku begitu damai dan bahagia. Tidak ada tanda-tanda seperti orang putus cinta, padahal perih yang aku rasa kala itu bukan main membunuhku.

Bukannya tidak terpikir untukku pilihan menyerah, berbalik memohon ampunan padanya, atau meringkuk memandangi fotonya. Sesakit itu memang mengubur hidup-hidup perasaanmu yang masih bersemi.

Walau begitu aku tetap bangga dengan hidupku, walau tanpa pencapaian berarti, tapi menata ulang hidupku seperti semula setelah berpisah dengannya sungguh perkerjaan yang sulit, dan aku mampu melakukannya.

Aku bangga walau hanya berakhir mengimplementasikan ilmuku dalam suatu ruang lingkup yang kecil, menjadi tenaga pembantu dalam instansi yang mengurus anak-anak korban kriminalitas.

Perkerjaan yang membuatku lupa sepenuhnya dengan masalah hidupku, dan fokus kepada kasus yang kutangani walau berbeda-beda antara satu anak dengan anak lain.

Lihat bagaimana aku selalu tenggelam dalam perkerjaanku dan melupakan janji untuk hadir dalam acara bridal shower si bodoh Hyeri. Dia pasti akan mengomel kalau mendapatiku terlambat menghadiri undangannya makan malam sekaligus pesta pelepasan masa lajang.

Hyeri akan menikah.

Kukira dengan status ke-aktrisannya membuat Hyeri akan menjadi yang paling akhir menikah di antara kami, nyatanya dia menyengir lebar memamerkan berlian yang bertengger di jari manisnya, tanda pinangan dari kekasih yang tak kusangka-sangka bisa jadi pilihan hatinya yang terakhir.

Talking to the Moon (SUGA FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang