part. 17 Kesal dan Sedih

952 146 2
                                    

Hinata meremas rambutnya kesal. Baru saja dia dibuat bingung oleh perasaan teman-temannya terhadap dirinya, kini dia harus menerima kenyataan kalau hidupnya bisa berakhir kapan saja.

Pemuda itu memeluk kedua lututnya, dia sekarang sedang berada disisi pantai. Hari sudah gelap, dia tahu itu, tapi dia belum mau bertemu keluarganya. Dia belum mau ketemu adik tersayangnya.

.
.

Kageyama setelah tahu semua kebenaran soal pujaan hatinya, rasanya hidupnya pun tidak ada gunanya. Dia masih ingin bersama Hinata walaupun status mereka hanya sebagai mantan, dia masih ingin melihat tawa pemuda bermanik madu itu. Kageyama berlari menyusuri jalan, dia berpencar mencari Hinata bersama Bokuto, Atsumu dan Sakusa.

Dimana kau, Sho.. Dimana?

Pantai. Kageyama berlari menuju dermaga pantai, berharap dia bisa bertemu dengan Hinata disini. Dan ya, matanya melihat seseorang yang tengah memeluk lututnya tak jauh dari dermaga pantai. Kageyama berlari, walaupun gelap tapi sinar bulan malam ini bisa membantunya melihat siapa sosok yang tengah duduk itu.

"Hinata!!"

Deg.

Seolah slowmotion, Hinata mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah sampingnya. Matanya yang bengkak akibat menangis, kini terbelalak melihat sosok yang berlari ke arahnya.

Kageyama...

Pluk.

Kageyama langsung memeluk sosok rapuh didepannya. Dia membenamkan wajah Hinata ke dada bidangnya. Ya, kageyama bisa mendengar sosok berambut orange itu kembali menangis.

Dari kejauhan, terlihat Atsumu, Bokuto dan Sakusa menghampiri mereka.

"Jadi, Shoyo datang kesana?"

"Iya," jawab Dokter dari seberang telephone-nya.

"Ck, sial," ucap Sakusa lalu menutup sambungan telephone-nya. Pemuda itu melirik 3 pemuda lain yang tengah memperhatikannya dengan wajah cemas.

"Hinata sudah tahu?" Kageyama yang memulai bicara.

"Hn."

.
.

"Ayo pulang," ucap Atsumu mengusap punggung Hinata yang masih dipeluk oleh Kageyama.

Terlihat Hinata mengangguk, pemuda bersurai orange itu pun dibantu berdiri oleh Atsumu dan Kageyama.

"Kau harus tetap kuat, Hinata-chan," ucap Bokuto yang lebih untuk menguatkan dirinya sendiri.

Hinata kembali mengangguk, Sakusa menghela nafas, " kau sudah makan? "

"Aku.. tidak nafsu untuk makan, Omi-san."

.
.

Atsumu berdiri diambang pintu kamar Hinata yang terbuka, pemuda bersurai orange itu kini sudah terlelap dalam mimpinya. Atsumu memperhatikan Hinata dari ambang pintu. Ingin sekali dia memeluk Hinata seperti saat di Osaka, menenangkan pemuda itu dan memberi dukungan. Hanya saja, kali ini dia sendiri butuh dukungan itu. Dia belum mau berpisah dengan pemuda ceria itu.

"Atsumu-san, akhirnya kau benar-benar memberiku toss terbaikmu," ucap Hinata saat pertama kali bermain bersama MSBY.

"Kau senang?"

Hinata mengangguk semangat, dia benar-benar tidak menyangka kalau ucapan Atsumu saat SMA kini terwujud.

"Berapa harga sepatu ini?"

"Itu untukmu, jangan dibayar."

"Ta-tapi.."

"Hey, sudah aku bilang. Akhirnya sang pangeran menemukan Cinderella-nya," ucap Atsumu sambil menepuk puncak kepala Hinata.

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang