part. 20 Saling

906 131 13
                                    

Kageyama, Sakusa, Bokuto dan Atsumu kini berada di kantin Rumah Sakit. Ini hari ke-3 mereka menjenguk Hinata yang masih di ICU dan masih belum bisa ditengok.

"Jawab pertanyaanku," Atsumu membuka obrolan. Ini akan menjadi obrolan yang serius. Pemuda itu menatap 3 pemuda lainnya dengan lekat. "Apa kalian menyukai Hinata lebih dari sekedar partner?"

Kageyama mendengus, "tidak boleh? Aku mantannya, dan aku masih menginginkan dia kembali jadi kekasihku."

Atsumu tersenyum mengejek, " kau yakin kau ingin dia kembali? Melihat betapa bodohnya dirimu melepas matahari ceria seperti dia, memangnya aku setuju dia kembali padamu?"

Kageyama terdiam, hatinya benar-benar dipukul telak oleh Atsumu. Dia memang salah kenapa dia dulu memutuskan Hinata, hanya karena dia tidak mau LDR. Pengecut.

"Kenapa kau bertanya soal perasaan, Atsumu?" Kini Sakusa yang balik bertanya.

Atsumu mendadak melemaskan urat wajahnya yang tiba-tiba emosi gara-gara Kageyama. "Melihat kondisinya saat ini, kita jangan egois tentang perasaan kita."

"Aku setuju, Hinata-chan akan semakin terbebani," ucap Bokuto tenang.

"Kau benar," sambung Kageyama. Biarkan Hinata bahagia dengan mereka ber-4 dengan kondisi seperti biasanya, jikapun Hinata memilih itupun jangan dengan paksaan harus memilih satu. Biarkan berjalan seperti air. Walaupun memang pada akhirnya akan ada hati yang tersakiti karena tak sepenuhnya bisa memiliki pemuda bersurai orange itu. Mereka harus mengikhlaskan itu.

.
.

Sugawara menatap sedih ruangan ICU didepannya, pemuda ceria itu ternyata saat ke rumahnya sedang dalam keadaan tidak sehat. Pemuda yang dia ajarkan tentang receive dulu, pemuda yang berhasil membuatnya menangis hanya karena sebuah receive, saat melawan Inarizaki. Kini terbaring tak berdaya dan hanya sendirian di ruangan ICU itu.

Daichi merangkul tunangannya yang kini tengah berkaca-kaca. Dia pun tidak menyangka Hinata dengan tenang dan ceria bisa menahan rasa sakit di dadanya.

"Sembuhkan dia, Tuhan.. " bisik Sugawara pelan. Hanya hal itu yang bisa dia lakukan saat ini. Sugawara bisa merasakan kalau rangkulan Daichi semakin erat, seolah menguatkan dirinya.

Bokuto dan Atsumu berjalan menyusuri koridor Rumah Sakit, sampai mereka melihat dua punggung yang begitu familiar. Ya, mereka adalah sosok orangtua Karasuno.

"Daichi," sapa Bokuto ikut berdiri disisi Daichi.

"Kalian.." ucap Daichi santai. "Kalian rutin kesini?"

Atsumu mengangguk, "hinata itu berharga sekali bagi MSBY..," ucap Atsumu. "Bagi kami juga.." lanjutnya kini matanya menatap lurus pada sosok pemuda yang dipenuhi alat ditubuhnya.

"Memangnya kau pikir, bagi Karasuno dia tidak berharga?" Sahut Daichi menimpali. Ya, pemuda orange itu sangat berharga bagi mereka yang pernah mengalami hal-hal seru bersama Hinata.

.
.

Sakusa memperhatikan pemuda didepannya, kageyama jelas terdiam dan sakit hati oleh kalimat Atsumu. Sakusa setuju dengan pernyataan Atsumu, dia bisa melihat bagaimana Hinata yang sering berkaca-kaca jika melihat Schweiden Alders sedang bertanding. Itu bisa membuktikan jika Hinata masih mencintai Kageyama, tapi dia malah diputuskan sepihak.

"Kau tahu.. bagai--"

"Aku juga tersiksa!" Potong Kageyama cepat, dia juga tersiksa dan menyesal kenapa harus memutuskan Hinata saat itu?

"Ok, kalian sama tersiksanya saat itu."

Kageyama menatap lurus Sakusa, "apa kau tahu kenapa Hinata keluar malam-malam saat itu? Sendirian?"

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang