part. 18 Kami Mohon..

977 136 9
                                    

Hinata membungkukkan badan pada sang pelatih dan asisten pelatih. Saat itu mereka sedang di gym. Hinata berterus terang pada teman-teman satu timnya. Jelas saja ekspresi mereka sama seperti Yaku, kaget dan tidak percaya. Saat ini Hinata memohon pada Pelatih dan Iwaizumi agar dia untuk terakhir kalinya, bermain hanya 2 set saja. Dia masih ingin bermain, tapi dia juga ingin sembuh.

Iwaizumi dan sang pelatih saling berpandangan.

"Kami harus membicarakan ini dulu dengan Doktermu, Hinata-kun," ucap sang pelatih tegas.

"Dokter pasti tidak akan mengijinkan, Couch," ucap Hinata cepat.

"Hinata, kami juga dalam posisi serba salah. Jika media tahu, kami dan official yang akan disalahkan."

Hinata diam. Tubuhnya masih membungkuk, dia masih ingin bermain. Biarkan ini jadi pertandingan terakhirnya.

"Kumohon..." lirik Hinata parau. Dia sudah tidak mau menangis lagi. Dia berusaha menahannya, tahan untuk kali ini saja.

Atsumu memalingkan wajahnya, dia sungguh tidak tega melihat Hinata seperti itu. Tapi, dia juga masih ingin bersama Hinata. Dia ingin pemuda bersurai orange itu sembuh.

Kageyama menggertakkan giginya kesal. Dia setuju dengan pelatih, tapi dia kasihan pada mantan pacarnya itu. Hinata masih ingin bermain. Ini akan jadi pertandingan perpisahan Hinata dengan dunia volly.

Bokuto mengangkat tangannya, "boleh bicara?"

Sakusa menghampiri Hinata, pemuda ikal itu menegakkan tubuh Hinata.

"Sudah, nanti kau bisa sakit," ucap Sakusa memegang bahu Hinata lembut.

"Ya, Bokuto, silahkan," ucap Pelatih.

"Jika 1 set bagaimana?"

Tidak ada yang tidak melirik kearah Bokuto. Semuanya kaget. Sebenarnya Bokuto tidak mau Hinata bermain, tapi melihat kesungguhan hati pemuda itu, dia benar-benar tidak tega. Setidaknya biarkan dia bermain untuk terakhir kalinya dengan pemuda bersurai orange itu.

"Biarkan dia bermain satu set, di set terakhir. Biarkan dia menjadi kunci kemenangan Jepang di final nanti," lanjut Bokuto dengan tangan kirinya menepuk puncak kepala Hinata.

Atsumu dan Kageyama ikut menghampiri Hinata. Tanpa aba-aba, mereka ber-4 yaitu Sakusa, Bokuto, Kageyama dan Atsumu membungkukan badan mereka.

"Kami mohon..!!"

Semuanya terkejut, tentu Hinata pun sama terkejutnya. Hinata mengusap pipinya, entah kenapa air itu turun lagi.

Kenapa?? Kenapa kalian begitu baik..

Kuroo menghelanafas, lalu menepuk pundak Iwaizumi. "Jika mereka ber-4 sudah begitu, kita bisa apa?"

Tanpa diduga, para pemain timnas lainnya pun ikut membungkukkan badan mereka. Mereka setuju dengan keputusan Bokuto, biarkan mereka memberi kenangan terakhir dalam volly dengan Hinata.

"Kami mohon, Pelatih!!"

Bokuto, Sakusa, Atsumu dan Kageyama yang masih dalam posisi membungkukan badan tersenyum ketika teman-teman mereka mengikuti aksi mereka. Sementara Hinata sesengukan, dia sangat beruntung dikelilingi orang-orang baik.

.
.

"Daya tarik Hinata itu kuat," ucap Kuroo dengan tangan memegang secangkir kopi. "Kau ingat saat pertandingan Karasuno melawan Inarizaki? Hinata banyak mengeluarkan aura positif," lanjut Kuroo lagi.

Iwaizumi mengangguk, dia juga ingat saat itu dia menonton sendirian. Karena Oikawa memilih joging, dan dia juga tahu kalau Oikawa menonton pertandingan Karasuno vs Inarizaki lewat ponsel.

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang