pert. 23 setelah 3 tahun lalu

894 124 9
                                    

Sakusa menatap langit-langit kamarnya, dia baru pulang dari Rumah Sakit. Pikirannya masih melayang pada Hinata. Berapa lama lagikah? Benarkah tidak ada kemungkinan dia sembuh?

Argh, dia belum pernah setakut dan sepatah hati ini pada seseorang. Kenapa patah hati? Karena hati Hinata bukan untuknya, pada siapakah balasan pernyataan cinta akan Hinata balas? Apa sampai Hinata pergipun, dia akan menyimpan rapat perasaannya?

.
.

Hinata berdiri disebuah pintu, dia hanya berdiri tanpa bersuara. Mata madunya melihat sosok dia yang sedang terduduk tak jauh darinya.

Bukankah, Hinata mengalami hal itu saat kritis? Dia melihat dirinya berdiri, dan mulai berjalan ke sebuah gerbang tinggi. Dia ingat saat itu ada yang menepuk bahunya, dan ya.. Hinata melihat sosok lain berlari ke arah dirinya yang sedang berjalan menuju gerbang.  Sosok itu menepuk pundak Hinata... Dan, Hinata tahu siapa dia..

Hinata mendadak membuka mata, dadanya terasa sangat sakit.

"Argh...!!!"

Sang ibu yang kaget dengan teriakan sang anak yang masih memakai alat oksigen itu langsung sigap menekan bel di dekat tempat tidur Hinata.

.
.

Tanaka, Kiyoko, dan Tsukishima bertemu dengan Kageyama dan Ushijima di koridor Rumah Sakit.

"Siang.." sapa Kiyoko sopan.

Ushijima dan Kageyama hanya menganggukan kepala mereka untuk menjawab sapaan tersebut.

"Kalian mau menjenguk Shoyo-kun?" Tanya Ushijima.

"Begitulah," jawab Tsukishima dingin seperti biasa.

"Kalau begitu, ayo bareng," ajak Kapten TimNas itu. Mereka pun berjalan bersama menuju lift.

.
.

Hinata yang sudah diberi obat pereda rasa sakit kini melirik Natsu dan ibunya. Dia benar-benar membuat orangtua dan adiknya kesusahan.

"Kaasan," ucap Hinata dari balik alat oksigennya. "Maafkan aku..." lanjut Hinata dengan mata berkaca-kaca.

Sang ibu hanya bisa mengusap lembut kepala anak sulungnya itu, "jangan bicara begitu, Sho."

.
.

Akhirnya Tanaka dan yang lainnya tiba didepan pintu kamar rawat Hinata.

"Kalian masuklah lebih dulu, didalam maksimal hanya boleh 3 orang saja," jelas Kageyama.

"Baiklah, terima kasih Kageyama," ucap Tanaka.

Kiyoko lalu mengetuk pintu kamar didepannya. Setelah mendengar suara, dia, Tanaka dan Tsukishima pun memasuki kamar rawat itu.

"Kau tidak akan ikut, Kageyama?"

Kageyama menggelengkan kepalanya, "tidak, kalian pergilah tanpa kami. Itu hadiah dari Menteri Olahraga kan?"

"Ya, kita menundanya terlalu lama," jawab Ushijima.

"Dua bulan lagi, liga musim sudah mulai lagi kan? Jadi jika ditunda lagi, kalian akan kesusahan mengatur jadwal latihan club."

.
.

Sementara itu di Taman Rumah Sakit, Sakusa, Bokuto dan Atsumu sedang menikmati kopi panas mereka. Memperhatikan beberapa pasien yang sedang ditemani perawat-perawat mereka. Seandainya Hinata bisa diajak keluar.

"Bagaimana kencan kalian?" Tanya Atsumu to the point.

"Rahasia," jawab Bokuto singkat.

Atsumu manyun, "ayolah.. apa kalian mengutarakan isi hati?"

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang