part. 8 i'm ready

1.4K 188 11
                                    

Kageyama tersenyum simpul, pemuda itu mengeratkan genggamannya pada Hinata. Kini mereka berdua sedang berada dalam bis, mereka berniat pergi ke toko sepatu. Kageyama butuh sepatu baru, untuk pertandingan lusa. Sebenarnya, dia juga ingin membelikan Hinata sepatu baru hanya saja pemuda manis nan pendek itu menolak, karena dia sudah memiliki sepatu baru dari si kembar sialan itu.

Hinata memperhatikan pantulan wajah Kageyama yang duduk disisi jendela. Wajahnya memang ganteng seperti biasa, bahkan garis wajahnya yang sekarang lebih tegas. Pemuda manis itu mengalihkan pandangannya pada tangannya yang kini digenggam erat oleh Kageyama. Hinata tersipu, apa-apaan ini?

.
.
.

"Sho," panggil Kageyama sambil menatap pemuda yang duduk didepannya. Pemuda bersurai orange itu tentu saja balas menatap Kageyama.

Hinata mengambil kentang gorengnya, saat ini mereka tengah makan disini. Di sebuah cafe yang tak jauh dari toko sepatu dimana Kageyama belanja sepatu.

"Sho.. bagaimana kalau kita..."

Hinata menunggu lanjutan kalimat Kageyama. Mulutnya mengunyah kentang goreng renyah itu. Ini akan jadi obrolan serius? Atau hanya obrolan biasa? Pikir Hinata.

"Bagaimana kalau kita--"

"Hinata-kun!!"

Kageyama terkejut, kenapa disaat seperti ini??

"Akaashi-san..." lambai Hinata pada pemuda berkacamata yang terlihat sedang memasuki cafetaria yang mereka kunjungi.

"Heyheyhey..."

Hinata tersenyum lebar, "Bokuto-san!!"

Kageyama menghembuskan nafas berat,  sepertinya dia memang belum direstui oleh Kami-Sama untuk balikan lagi dengan pemuda manis didepannya.

"Maaf mengganggu kalian," ucap Akaashi Keiji sambil duduk disisi Kageyama. Sementara Bokuto duduk disisi Hinata.

"Tidak apa, kalian sudah dari mana?" Tanya Hinata antusias. Ini pertama kalinya dia bertemu Akaashi setelah bertahun-tahun tidak bertemu.

"Dia mengantarku beli sepatu baru, kalian sendiri?" Bokuto balik bertanya.

"Kencan."

Jawaban Singkat Kageyama membuat tiga pemuda yang duduk disana terdiam. Bokuto melirik pemuda pendek disisinya.

"Ka-kalian balikan lagi?" Tanya Akaashi sedikit kaget.

Hinata memerah, "ti-tidak. Kami sama seprti kalian, beli sepatu baru."

Aku mau mengajak Hinata balikan lagi kalau kalian tidak datang, sialan.

"Aku hanya mengantar Kageyama saja," ucap Hinata masih memerah.  Semua ini gara-gara ucapan Kageyama, kenapa jadi serba salah begini. Eh, apa Hinata mengharapkan hal itu? Berharap mereka balikan?
.
.
.

Kenapa jadi pulang bareng????

Kageyama menjerit dalam hati, ketika dia dan Akaashi duduk dibelakang, sementara Bokuto dan Hinata didepan. Ah, tidak akan ada pegangan tangan dalam bis lagi.

"Jangan kecewa begitu," ucap Akaashi sambil tersenyum.

Kageyama hanya berdengus kesal.

.
.
.

Akhirnya, hari berganti dengan cerah dan ceria. Rombongan Timnas Jepang berbaris dengan timnas dari negara-negara lain, dengan bangga saling memegang bendera kebangsaan. Tersenyum lepas dengan terdengar sorakan dan tepukan tangan penonton yang hadir. Mereka saling memberikan dukungan untuk jagoan-jagoan mereka.

.
.

"Chibi chan..."

Hinata menoleh sumber suara yang begitu familiar, dengan senyuman khasnya pemuda itu melambaikan tangan dam sedikit berlari menghampiri.

"Raja Besar.."

Oikawa tersenyum, lalu menepuk puncak kepala Hinata. "Berhenti memanggilku begitu, Chibi chan."

Hinata hanya nyengir untuk membalas kalimat pemuda tampan yang digilai banyak perempuan itu.

"Yahooo..." Oikawa menyapa beberapa orang yang datang menghampirinya dan Hinata.

"Kau masih hidup termyata," ucap Iwaizumi sambil bersalaman dengan Oikawa.

"Kejam sekali sambutanmu, ah ya selamat ya akhirnya kau benar2 akan melawanku."

"Hn."

"Beri taktik dan strategi yang bagus ya, saat melawan tim ku nanti," ucap Oikawa dengan seringaiannya.

"Tenang saja, anak didikku sangat sulit ditebak dipermainannya."

"Yups, aku tunggu nanti."

.
.

Hinata merebahkan badannya, hari ini dia langsung pulang ke mess. Dia ingin meluruskan punggungnya sebelum nanti malam timnas Jepang akan bertanding. Pertandingan pertama di hari pertama. Hinata juga sudah ijin meminta istirahat saja sampai pertandingan nanti malam. Untungnya, mess nya tak jauh dari stadion utama.

"Semoga.. berjalan lancar.." ucap Hinata pelan sambil menatap langit-langit. Entah kenapa ada perasaan takut menghampirinya. Apa ini efek dia grogi setelah berbulan-bulan tidak main? Jangan bilang panic attack nya muncul lagi.

.
.

Waktu berjalan cepat ternyata, kini Kageyama dan Hinata baru memasuki gymnasium terbesar di Tokyo. Mereka tidak mau tahu berapa ratus atau ribu jumlah penonton. Yang jelas, suara penonton sangat tidak jelas. Tentu saja, banyak turis, dan banyak yel yel yang terdengar.

Hinata menghembuskan nafas panjang. Kageyama yang memperhatikannya, mengulurkan tangan, memberi isyarat untuk tos tinju. Hinata tersenyum, lalu menyambut kepalan tangan Kageyama dengan kepalan tangannya. Dua tangan itu saling beradu tinju pelan, memberikan dukungan masing-masing.

 Dua tangan itu saling beradu tinju pelan, memberikan dukungan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya kita main bersama lagi, bakageyama..

Akan kuberikan toss terbaikku, Hinata boge..

Xxxx bersambung xxxxX

Selamat menunaikan ibadah puasa ya...

Maaf saya paling gak bisa buat bikin deskripsi soal pertandingan, jadi bakal skip skip.. Maaf ya..

Maafkan jika masih ada typo(s)

Makasih yg udah baca..

Fanart bukan milik saya..

Chapter depan.. arc terakhir ya.. tinggal arc AtsuHina..

Arigato..

With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang