Arvone part 6

113 9 3
                                    


Happy reading

°°°

Ivone berangkat sekolah diantar Nando. Arka tidak bisa berangkat bersama karena dia harus berangkat lebih dulu untuk membahas pertandingan basket terakhir yang akan ia pimpin karena setelahnya seluruh kelas 12 akan fokus dengan ujian.

Rissa juga sudah keluar dari pasukan paskibra. Sedangkan Sania dia juga akan mundur dari jabatannya sebagai ketua cheers sama seperti Arka.

Ivone? dia memang tidak pernah mengikuti ekskul antara dia memang tidak diijinkan Arka dan Jason karena takut dia kelelahan atau Ivone yang mager.

Ivone duduk sendiri dibangkunya, Rissa belum berangkat. Sania yang ikut rapat pertandingan bersama Arka cs.

dia diam menatap pintu masuk melihat murid murid yang berdatangan. Sembari membalas mereka yang menyapanya.

Hingga sosok bertubuh tinggi ramping ikut nampak di ambang pintu.

"Hei Ivo!" sapa Rissa riang. membuat Ivone mengerutkan keningnya tak biasanya Rissa antusias sekali pagi ini.

"Lo lagi seneng ya?"

"Ehm senang banget semalem Adik gue makan malem bareng dirumah!" .

"Emang biasanya ngga makan dirumah?" tanya Ivone bingung.

Raut wajah Rissa berubah sendu "enggak, dia lebih suka di Apartemennya daripada balik kerumah."

Ivone tertegun sekelebat ingatannya mengingat Dissa sahabat nya juga tinggal di apartemen.

***

Terhitung sudah sebulan Ivone bersekolah di SMA Pelita tidak ada yang mengganggunya lagu setelah Arka memberi peringatan mutlak beberapa waktu lalu saat Dinda melabraknya. hingga Dinda meminta maaf dan hubungan keduanya membaik.

Ivone dan kedua temannya sedang berada dipinggir lapangan kelas mereka baru saja selesai olahraga.

"Ke kantin yuk." Rissa mengajak mereka pergi ke kantin untuk mengisi perut.

"Ayok haus banget gue abis lari lari an." ucap Sania mengelap keringat.

"Lagian lo main basket malah bolanya lo bawa bawa bukannya di dribble." sindir Ivone dan kekehan Rissa.

"Yakan gue gak mau bolanya direbut," bela Sania tidak mau disalahkan. Merek bertiga berjalan menuju kantin.

Arka dan teman-temannya lanjut main basket sekaligus latihan mengingat lombanya 1 minggu lagi dari hari ini.

"Ivo lo mau pesen apa biar gue sama Sania yang pesenin."

"Mie goreng sama es teh."

"Udah itu aja?" tanya Sania yang diangguki Ivone.

"Ayo Risaa." Sania menarik lengan Rissa sedikit berlari membuat Rissa hampir kehilangan keseimbangannya.

"Kalem dikit bisa?"

"Gak bisa ini masalah perut."

pertengkaran mereka tak sampai disitu. Saat sedang mengantri entah siapa yang memulai mereka saling toyor menoyor membuat Ivone terkekeh. Random sekali kelakuan dua temannya itu.

Sania dan Rissa sudah kembali membawa pesanan mereka.

Mereka makan dengan khidmat dan disertai beberapa candaan dari Sania. Ivone beruntung memiliki teman atau bisa dibilang sahabat seperti mereka berdua. Tulus dan tidak fake, selalu mendukungnya dan memperingati nya jika salah.

Terlihat dari ambang pintu adik kelas berjalan ragu ke meja 3 serangkai itu tapi dia tepis karena ini amanah. "Emm permisi kak." sapanya tak enak menghentikan waktu makan mereka.

"Ada apa?" tanya Sania dia kenal Adkel ini, Raina anggota cheers yang akan menjadi ketua saat dirinya sudah turun.

"Kak Sania dipanggil bu Gina di lapangan indor, disana juga udah ada beberaps anggota cheers." ucap Raina menyampaikan amanah bu Gina, guru yang bertanggung jawab akan ekstrakurikuler yang mereka ikuti.

"Ouh oke bentar gue abisin dulu makanan nya." Rainaa mengangguk dan berpamit akan pergi ke lapangan indoor terlebih dahulu.

"Makasih ya Reina!" teriak Sania karena jarak keduanya yang sudah lumayan jauh

Sedangkan disisi lain, tepatnya di bawa pohon rindang di lapangan outdoor Arka dan kawan kawan sedang beristirahat.

"Anak SMA Pertiwi ngajak war lagi." ucap Theo setelah menerima pesan dari seseorang.
mata Mark dan Arvin berbinar mendengar kata war apalagi dengan SMA Pertiwi.

"Jangan diiyain."

Bahu Mark dan Arvin menurun "Kenapa sih Ar? Ntar kita dibilang pengecut lagi."

"Iya bener, tangan gue udah gatel pengen nonjok orang." timpal Mark.

"Tobat woi kita udah kelas 12." Celetuk Theo yang sedari tadi bermain ponsel, nolep.

"Bener, apalagi gue gak mau Ivone jadi kena karena cepet atau lambat pasti akan pada tau kalau dia cewek gue."

"Selera lo yang fake nerd gitu ya." ucap Arvin yang dibalas toyoran Theo.

"Apa lo!" sahut Arvin tak terima

"Mewakili Arka, dia jauh buat nampol pala lo."

"Wah bales vin!" kompor Mark. Arvin sudah bersiap membalas tapi menciut karena tatapan tajam Theo.

"Dia ga nerd aslinya, gue aja yang bikin dia jadi fake nerd Ivo terlalu cantik buat gue bagi bagi." ucapan Arka menghentikan pertengkaran mereka.

Seorang pemuda menatap hamparan laut lepas didepannya dengan pandangan kosong. semenjak kejadian 1 tahun lalu dia sangat memebenci laut.

Pemuda itu menaburkan kelopak bunga mawar dibawah demarga. Ibunya, orang satu satunya yang dia punya meninggalkan dirinya sendirian karena kapal yang di tumpangi sang ibu mengalami kebocoran hingga tenggelam. Jasadnya belum ditemukan sampai sekarang.

Dia selalu merasa ibunya masih hidup dan semoga saja benar. kaki pemuda itu meluruh dan duduk di pinggir demarga membiarkan kakinya menggantung.

Dia teringat perkataan ibunya sebelum pergi. "Jangan pernah kamu benci ayah mu bagaimana pun dia ayah mu,darah lebih kental dari air. Temui lah dia jikalau hatimu sudah mantap."

Kira kira seperti itu, Pemuda itu Arvito Reano. Ketua geng Drax di Bandung, dia juga mempunyai kembaran tapi mereka berpisah sejak bayi karena kembaranya ikut tinggal dengan ayah.

Dia tahu wajah dan rupa adiknya karena setiap bulan dia akan meminta anggotanya yang berada di Jakarta untuk mengirim foto adiknya itu.

Sangat cantik bak dewi. Akh rasanya Reano ingin memeluk dan menciumnya sepanjang hari.

"Tunggu aku my twins." lirihnya pergi dari Dermaga menuju markas Drax.

Sesampainya disana markas tampak sepi hanya ada inti Drax dan 3 anggota saja.

Ardi, salah satu inti Drax lebih dulu menyadari kehadiran Reano "Hey bos!" sapanya membuat mereka menatap Reano. yang dibalas anggukan kecil dan duduk disamping Al.

"Darimana lo main cabut sekolah aja ga ngajak ngajak lagi." sungut Sam.

"Kepo." Yap inti Drax berisikan 4 orang, ralat. 5 yang satu ada di Jakarta bersekolah yang sama dengan kembaran Reano dan yang bertugas memotret cewek itu diam diam.

***

To be continued..

ARVONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang