Arvone part 3

210 15 0
                                    

Gabut bangettt~
Kalian gabut juga gak?
Kalo gabut mari kita Gelud.
yang tepar duluan dia menang!

-
-
-

"Ngapain lo kesini anjir!" pekik Ivo kaget saat dia keluar dari kamar mandi mendapati cecunguk titisan setan macam Nando, sepupunya. Anak dari Anita adik Jason

Sepupunya itu tengah berbaring telungkup di kasur kesayangan dengan satu koper berukuran sedang di sisi kasur. Ivo mendekati koper itu.

"Wah apa nih maksudnya, pakek bawa bawa koper lo segala."

Nando bangkit dari tidurnya menyengir lebar kepada Ivo. "Gue numpang disini selama 2 bulan, papi sama mami gue lagi keluar negeri ngajak Adel juga soalnya." jeda Nando menggaruk tengkuknya yang Ivo yakin tidak  gatal.

"Jadi kata mami gue dirumah gue kan sendirian, disuruh kesini aja gitu numpang." jelasnya.

Ivo mendengus kesal bukannya Ivo tidak suka Nando tinggal disini malah dia senang jadi dirumah dia tak kesepian lagi, "Ck. Beban! yaudah lo keluar ah ke kamar lo sendiri sana! jangan disini." usir Ivo menarik tangan Nando yang hendak kembali rebahan membuat cowok itu  dengan langkah gontai keluar dari kamar berdominan warna Navy  dengan menyeret kopernya menuju ruang sebelah, kamar Nando.

Memang Nando memiliki kamar sendiri di rumah ini, karena sejak kecil memang Nando sering menginap disini ketika orang tuanya ada pekerjaan di luar negeri.

Nando menyembulkan kepalanya dari daun pintu "kalo ada apa apa teriak aja,"

"Iya bawel!"

***

Sedari sore Nando ada disini rumah ini terlihat lebih ramai dan– hidup, Ada saja perdebatan antara Ivo dan Nando. seperti sekarang ini Nando dengan tampang tengilnya mengambil kulit ayam milik Ivo yang sengaja gadis itu sisihkan di sisi piring. Ivo melototkan mata sipitnya bukannya takut Nando malah tertawa mengemaskan sekali sepupu cantiknya ini andai bukan sepupu gue pacarin lo, Eh.

"KULIT GUE ITU SETAN!" kesal Ivo bagaimana tidak dia sudah menyisihkan kulit ayam itu agar bisa dimakan nanti sebagai penutup tapi dengan santainya Nando melahap miliknya.

Ivo ingin menangis rasanya terbukti dengan mata Ivo yang mulai berkaca-kaca membuat Nando kalang kabut. "Eh eh jangan nangis, nanti gue beliin permen."

"Es krim!"

"Iya iya, es krim tapi jangan nangis ntar bisa di gorok gue sama uncle Jason." Nando bersyukur Jason malam ini lembur dikantornya. Biasanya pamannya itu akan pulang sebelum jam 9 kalau lembur begini bisa jadi jam 10 baru pulang.

"Ok deal!"

"Abisin dulu itunya." Ivo dengan lahap memakan  makanannya yang tersisa agar bisa cepat makan Es krim ah~ sudah lama dia tidak beli karena Arka tak mengijinkannya ketika hendak membeli es krim

Uhuk

"Pelan pelan cil! Elah." Nando menyodorkan air putih dan memukul pelan tengkuk Ivo.

Ivo menyengir "hehe.. ayo sekarang kita beli es krim!"

Nando terkekeh "yaudah ayo, lo ganti baju dulu sama pakek jaket di luar dingin. Gue juga mau ambil kunci motor."

"Othee!" Setelah itu Ivo memasuki kamarnya berganti pakaian dan memakai jaket kulit hitam seperti apa yang dikatakan Nando tadi.

Brumm Brumm

Ternyata Nando sudah nangkring di atas motor saat Ivo keluar dari pintu utama. Ivo dengan langkah riang mendekati Nando. Cowok itu membantu Ivo memakai helm setelah selesai Ivo menaiki motor dengan bantuan Nando juga.

"Mari kita berangkat~" seru Ivo

"HEH MAU KEMANA LO BERDUA!" teriak Arka dari balkon kamarnya yang sedari tadi melihat mereka.

"Gausah didengerin, gausah dipeduliin, Apa kata dia udah ga penting." bisik Ivo menepuk pundak Nando menyuruhnya cepat jalan sebelum Arka keluar rumah.

"WOI ANJIR BUDEK LO PADA?!"

poor Arka

***

Tringgg....

Longeng berbunyi dua orang pembeli masuk ke dalam kedai es krim yang terkenal di kota itu, membuat beberapa pasang mata refleks menatap ke arah mereka, Vernando dan Ivone.

"Gue gak tanggung jawab ya, kalo besok pawang lo ngambek apalagi lo gak berpenampilan udik."ucap cowok itu menduduki kursi.

"Ck. Iya-iya Ivo bakal adepin sendiri nanti." ivo mencebikan bibir bawahnya, kebiasaan ketika dia sedang kesal. Tapi sedetik kemudian dia tersenyum setalah pelayan menyodorkan buku menu.

"Es krim Cokelat satu mix vanila, terus yang  red Velvet satu sama–."

"Istighfar cil! Jangan banyak-banyak nanti sakit gue yang abis sama pawang lo." Nando berkata kepada pelayan mereka hanya memesan itu saja, setelahnya pelayan itu pergi.

"Nando mah~" rengek Ivo.

Setelah Ivo menghabiskan es krimnya, Nando pun membayar semua pesanan dan meraih jemari kecil sepupunya untuk dia genggam.

Awalnya mereka menikmati perjalanan malam ini, jalanan  yang entah kenapa terasa lenggang padahal baru jam sembilan. Nando merasa ada yang mengikuti motornya.

Benar saja saat dia melirik kaca spion ada 2 motor gede yang mengikutinya.

Dilihat dari warna motor merka yang berwarna kuning hitam membuat Nando teringat, itu pasti musuhnya, geng Elang.

Sebagai ketua geng Antrax membuat Nando mempunyai musuh dimana-mana. Padahal dirinya ingin hidup aman dan damai tapi entahlah musuh itu datang dengan sendirinya seolah tak mau hidup Nando aman dan damai-damai saja.

Nando meraih tangan Ivo agar berpegang dengan perutnya, Ivo tidak menolak.

Nando menambah kecepatan motornya, Ivo yang belum ngeh ada yang tidak beres berpekik kaget.

"PELAN-PELAN WOI GUE BELUM NIKAH!"

tak memperdulikan teriakan Ivo, Nando masih mengendarai dengan kecepatan tinggi bukannya dia takut menghadapi dua jamet itu. Masalahnya sekarang dia membawa Ivo, dia tidak mau Ivo dalam bahaya.

Beruntungnya mereka tak lagi mengikuti Nando saat dia sudah berbelok masuk ke komplek perumahan elit tempat rumah Ivo berada, entah itu mereka ketinggalan atau mereka tidak berani membuat keributan di komplek tempatnya orang orang berada tinggal.

Ciiit

Ivo turun dari motor memegang kepalanya yang terasa pusing juga mual di perutnya. Arka yang sedari tadi duduk diluar menunggu kedatangan mereka dibuat cemas.

"Lo gak papa?" tanyanya sembari melepas helm full face dan menuntun Ivo masuk ke kamar, sebelum itu dia melempar tatapan tak bersahabat kepada Nando membuat cowok itu meneguk saliva susah payah.

"Hmpph.." Ivo berlari kekamar mandi diikuti Arka. cowok itu memijat tengkuk Ivo.

Menggendong ala bridall style ke kamar gadis itu. "Kamu ga papa?"

"gak papa, mual aja tadi Nando ngebut." Ivo menggeleng, dia sudah mendingan setelah muntah tadi.

"Sialan."

Arka menyuruh Ivo beristirahat saja setelah itu dia akan memberi pelajaran kepada Nando.

Nando menahan kepalan tangan Arka "Weh santai dulu anak muda, kita bicarakan baik baik." ucap Nando tak mau wajah tampannya ternodai dengan lebam

Kasihan!

***



To be continued

ARVONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang