Happy reading
-
-
-"Arkaa ihh gak mau pakek itu lagi." sungut Ivo menunjuk benda diatas nakas ada kacamata bulat nonminus, bedan berwarna gelap dan tetek- bengeknya
“gak pakek sama aja ga jadi jalan.” ancam Arka mengambil benda diatas nakas dikamar kekasihnya itu, Mulai memoles wajah Ivo dengan bedak gelap.
“Ih gak adil masa penampilan Arka keren sedangkan Ivo kek upik abu gini?” Arka hanya diam tidak menjawab tetap melanjutkan kegiatannya sekarang mengepang rambut Ivo yang sebelumnya sudah dia belah tengah, sudah biasa Ivo memprotes seperti itu.
“kalo di dongeng mah Beauty and the beast lah ini kebalikannya.” Celetuk Ivo setelah itu mencebikan bibir bawahnya menatap Arka si tetangga yang merangkap jadi kekasihnya sengit.
“Apa?”
“Lo gue and.” ucapnya dengan memberikan gerakan tangan memotong leher.
Arka melotot apa apaan ini. “Gausah kebanyakan gaya.” ucapnya berbalik badan menuju meja rias meninggalkan Ivo yang kini menye menye dan tangan memperagakan seolah ingin menampar Arka.
“Gue liat, Ivo." peringat Arka, memang dia melihat dari pantulan kaca Rias.
Muka Ivo semakin cemberut, dia bangkit mendekati Arka.
“udah belom ini dandannya?”tanya Ivo melihat penampilannya yang dibalas anggukan.
“Ayo cepetan! Keburu ujan nanti gabisa main lagi.” Ivo mengapit lengan Arka dan menarik—ralat menyeretnya keluar.
Pengen marah,tapi gue inget dia Ivone. Batin Arka
***
Disinilah mereka, hanya duduk di kursi taman dengan ditemani makanan jalanan yang habis diborong Ivo. Lihatlah bahkan cewek itu dengan santainya memakan jajanan itu tanpa menawari Arka, padahal Cowok itu yang bayarin. Dasar.
“Lo kalo makan yang bener dikit napa.” Arka mengelap sekitar bibir Ivo yang belepotan terkena saus.
“Hehe.. Arka mau? Tapi tinggal satu ciloknya.” tawar Ivo akhirnya setelah lama dirinya makan sendirian.
“Giliran udah abis aja baru nawarin.” Ivo meringis dia menyuapi Arka cilok yang tinggal satu itu.
“Ya maaf, Ivo lupa tadi padahal udah ada niatan.” elak ivo
“Niatan apa anjir.”
“ya niat buat nawarin Arka gitu." ucap Ivo matanya menyusuri jalan didepannya melihat apakah ada makanan yang akan dia beli. Mata Ivo berbalik berbinar ketika matanya menangkap sebuah kedai es krim di sebrang.
Ivo menggoyangkan lengan Arka yang tengah bermain Game tapi tak kunjung di gubris. “ARKAA IH" rengeknya tepat di kuping Arka.
Membuat cowok itu refleksi mengusap telinganya yang berdenging, suara Ivo tiada tanding. "Apa sih cil."
"Mau es krim." pintanya memainkan jemari besar Arka
"Tadi lo udah minum es."
"Itukan tadi pagi, sekarang sore!" ucap Ivo tak mau kalah.
"Gak ada es krim, es kriman kita balik." Jemari besar Arka menggenggam tangan Ivo membuat tangannya tenggelam.
Mata Ivo berkaca-kaca siap menangis. "Tapi Ivo mau es krim?" cicitnya memilin jemari telunjuk Arka.
"Nanti lo sakit kalo kebanyakan makan es krim." ucap Arka lembut memberi pengertian.
"Arka jahat! Mau minta beliin cowok lain aja kalo gitu." Ivo sedikit mendongak menatap mata Arka yang berubah tajam.
"Berani?"
"Nggak."
***
"IVONE ALAURA!!" teriakan menggelegar terdengar di koridor kelas 12 SMA HARAPAN
Ivo yang tengah berjalan santai dengan Dissa menuju kelas setelah dari kantin spontan berbalik "Saya pak!"
"Ikut keruang BK sekarang." ucap pak Han kemudian pergi diikuti kedua bersahabat itu.
Cewek berambut sebahu dengan potongan slayer dengan bagian lengan di tekuk khas sekali tomboy nya, Dissa sahabat Ivo.
"Pasti si cabe ngadu ke kepsek tuh." tebak Dissa kesal, Ivo mengangguk membenarkan.
"Kira kira apa hukuman buat lo, Ivo?"
"Di skorsing atau DO." jawab Ivo asal membuat Dissa memberhentikan langkahnya sehingga ivo juga berhenti karena lengannya di cekal Dissa.
"Kenapa sih?"
"Lo kalo ngomong jangan sembarang anjir! entar lo di DO gue sama siapa?"
Ivo merotasikan matanya, melanjutkan langkahnya ke ruang BK. "Kan ada Nando." katanya sebelum berlari kecil meninggalkan Dissa. Dissa mengesah kesal sudah baikk dia ingin mengantar Ivo malah ditinggal.
"Temen laknat!" Dissa terus menatap punggung kecil Ivo cewek berpenampilan nerd tapi sikapnya kontras dengan nerd biasanya. Setelah memastikan Ivo masuk ke ruang BK, Dissa berbalik menuju kelas.
Akibat perbuatan Ivo yang membuat Iren masuk rumah sakit, Jason ayahnya sampai di panggil oleh sekolah.
Jason menatap anaknya jengah yang dibalas mata melotot anaknya, ada saja kelakuan anak nakalnya itu tapi dia tak bisa marah. "Begini pak Jason, kami dari sekolah memberi hukuman Skorsing selama 1 minggu untuk Ivo agar dia menyesali perbuatannya." suara Bu Bekti mengalihkan perhatiannya.
"Eh kan Ivo gak salah bu, Iren yang salah tadi." bela Ivo
Wanita di sudut ruangan, mama Iren menatap Ivo tak suka. "Kamu udah bikin anak saya masuk rumah sakit, tapi masih bilang kamu ga salah? Dimana otak kamu!" ucapnya tak terima. Jason menyandarkan punggungnya tangannya bersedekap pongah, tak tersungut emosi.
"Di kepala lah, masa di dengkul. Kalo di dengkul mah otak iren."
Mama Iren melotot tak terima. "Dimana sopan santun kamu! Pasti bunda kamu nggak pernah ngajarin." Sorot mata tengil Ivo berubah tajam. "Gak usah bawa bawa ibu saya!" Ivo hendak bangkit namun lengannya dicekal Jason. Jason mengelus kepalan tangan Ivo dia menatap anaknya lembut.
Berubah tajam saat melihat Mama iren. "Suami anda saya turunkan jabatannya." sebelum Mama Iren berucap, Jason memotongnya.
"Ivo tidak akan di skorsing tapi saya akan memindahkan dia kesekolah yang lain."
"Hah? DAD!"
***
Jam berapa kamu baca cerita ini?
Tinggalkan jejak bestie!
Stay
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVONE
Teen FictionJustru hidup yang tenang adem ayem biasa aja bikin bosen, monoton. Tapi Ivone juga gamau mikir yanh berat berat, jadi mending mikirin Arka aja. Cowok keren dengan seribu pesonanya, siapa yang gak kenal Arka si ketua basket juga aktif sosmed pengikut...