Arvone part 10

19 4 0
                                    

“Terkadang jadi orang
ga enakan itu nyusahin diri sendiri.”

****

Hari sudah pagi menjelang siang, Sinar matahari mulai terik tapi tak menyulutkan semangat kelompok Ivone dan 3 temannya.

Mereka sedang menjalankan permainan, dimana mereka harus menyari bendera di tengah hutam siapa yang paling banyak membawa pulang bendera itulah pemenangnya.

Kelompok Ivone sudah mengumpulkan 6 buah bendera. Ditengah perjalanan Rissa berjongkok diikuti Ivone "capek banget istirahat dulu lah." ucap Rissa yang diangguki Ivone. Sania langsung duduk bersandar di pohon besar

Mau tidak mau Tasya ikut duduk disamping Sania.

"Aduh ivo udah ga tahan!" ucap Ivone menyilangkan kedua kaki.

"Ga tahan kenapa lo?" tanya Sania bingung.

Ivone mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri "Pen pipis, mana ga ada toilet umum disini." Ivone berdecak sebal.

"Kayaknya didepan sana ada villa deh." ucap Rissa menyipitkan matanya menunjuk lurus kedepan.

"Kayaknya ayok cepet kita numpang kesana!" Ivone menarik Sania, kemudian Sania menarik Tasya berjalan cepat mengikuti Ivone. Rissa dia santai berjalan dibelakang mereka sesekali terkekeh geli dengan tingkah Ivone yang tengah ada panggilan alam.

Sampailah mereka di depan villa minimalis dengan bahan kayu sebagai dindingnya. Benar benar Asri dengan banyaknya tanaman di sekitarnya.

"kita masuk semua?" tanya Tasya tak yakin.

"Iyalah!"

"Gak gak, lo sama Sania ajalah malu tauk kalo rame rame buat numpang toilet doang, ya gak Sya." ucap Rissa tak mau ikut masuk.

"Bener kalian berdua aja deh kita tunggu di taman aja."

"Yaudah deh, yok Sania cepet!"

Sania mengetuk pintu Villa, "permisi ASSALAMUALAIKUM!"

Terdengar suara orang menjawab salam tak lama pintu terbuka menampakkan seorang wanita paruh baya mungkin berkisaran 40 an.

"Ada apa neng geulis?" tanyanya.

Ivone meringis "Ivo anak SMA Jakarta yang camping di hutan sana, sekarang lagi penjelajahan tapi Ivo kebelet. boleh Ivo numpang kamar mandi?"

"Ahh boleh atuh, silahkan masuk kamar mandinya ada disebelah sana." kata wanita itu mempersilahkan keduanya masuk dan menunjukkan jalan ke toilet, Sania duduk di ruang tamu saja tak ikut ke dalam.

Mata Sania mengedar melihat banyaknya lukisan indah yang tergantung di dinding Sania menyimpulkan bahwa yang punya Villa ini seorang pelukis, lihat saja mulai dari abstrak hingga pemandangan enak dipandang mata.

Hingga tatapannya berhenti di sebuah foto pemuda yang semalam menabraknya, tangannya terulur hendak menyentuh pigura sebelum sebuah suara mengangetkannya.

"Ngapain lo?" Sania terlonjak kaget, berbalik menatap pemuda jakung dengan wajah bantalnya.

"Maling ya?" tuduh pemuda itu.

Sania melotot enak saja dia dirinya di bilang maling. "Gak ya! Gue nganterin temen numpang toilet." jelasnya agar tidak ada salah paham.

"Oh." pemuda itu balik masuk ke kamar, Bibir Sania tertarik keatas Aneh.

Ivone keluar dari kamar mandi, berjalan menunduk membenarkan rok nya melewati ruang keluarga. Menepuk-nepuk cardigan rajut yang terasa sedikit basah.

ARVONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang