Arvone part 2

200 11 0
                                    

Happy reading
-
-
-

"GAK MAU SATU SEKOLAH SAMA ARKAA!" protes Ivo. Gadis itu sudah memakai seragam atasan putih dengan rok diatas lutut cream dasi kupu kupu berwarna senada dengan bawahannya, jangan lupakan penampilan nerd nya.

Tak

"Auuh, sakit tauk!" Ivo menatap sinis Arka yang tadi memukul kepalanya.

"Berisik." ucap Arka melanjutkan sarapannya.

Jason terkekeh melihat mereka, selalu seperti itu Arka yang usil dan Ivo yang manja. Ketika Ivo hendak kembali protes Jason menyela. "Satu sekolah sama pacar kok ga mau? Kamu satu sekolah sama Arka biar ga nakal lagi. Kalaupun kamu nakal kamu ga bakal di DO. Mereka ga akan berani DO anak Daddy."

"Aish gak mau lah, Orang pacarannya burik gini." Arka menginjak kaki Ivo kesal.

"Gue ganteng ya!"

Ivo meringis menatap Arka tajam, "Dad liat masa kaki Ivo diinjek!" adu Ivo kepada Jason.

Tapi sepertinya Jason lebih berpihak kepada Arka, calon mantunya. "Gapapa kalau perlu potong aja kaki kamu."

"Dad sama Arka sama aja!" sungut Ivo

"Ivo bosen tauk udah dirumah liat kayak Arka disekolah Arka lagi, kan jadi ga bisa cuci mata." lanjutnya pelan, tapi sepelan apapun karena suasana hening jadi kedengaran.

"Mulai centil ya lo!"

"Mana ada seorang Ivone centil!"

"Heh udah udah, mending kalian berangkat nanti telat. Dan kamu Ivo keputusan Daddy ga bisa diubah." putus sang kepala keluarga.

Setelah dari ruang kepala sekolah Arka mengantarkan Ivo yang ternyata satu kelas dengannya. Sepanjang koridor banyak orang yang membicarakan Ivo si murid baru berpenampilan nerd yang berjalan bahkan memeluk lengan Arka yang notabenenya pentolan SMA PELITA dengan manja.

Arka membiarkan saja toh dia tahu Ivo sudah kebal dengan nyinyiran seperti itu memang sejak masuk sekolah menengah Atas dia sudah dipaksa Arka untuk menjadi nerd jadi jadian

Pintu kelas 12 IPA 1 terbuka lebar dan sudah banyak juga murid yang memasuki kelas. Arka dan Ivo melangkah masuk tanpa memperdulikan tatapan heran, penasaran, kaget tak biasanya.

Arka duduk dibangkunya dan Ivo yang duduk disampingnya setelah mengusir Arvin salah satu sahabatnya untuk pindah sebentar.

"Wah siapa nih." tanya Arvin yang masih berdiri disamping bangku miliknya yang kini tengah diduduki Ivo.

"Babu gue."

Bugh

"Enak aja, Arka kalik babu Ivo!" Ivo memukul lengan Arka pelan.

Mark dan Theo yang duduk didepan berbalik "Jadi, nama lo.. Ivo?" tanya Mark ragu.

"Iya, kenalin Ivone Alaura." mengulurkan tangannya berniat kenalan belum sempat Mark menerimanya lengan Ivo lebih dulu ditepis Arka.

"Gausah centil lo." ucapnya ketus menatap Mark yang tak tahu apa apa tajam. Memang Arka tak pernah mengenalkan Ivo dengan sahabat sahabatnya dia hanya bercerita sudah punya pacar.

"Giisih cintil lo. Kan Ivo mau kenalan!"

"Gausah pakek jabat tangan kan bisa."

"Okeoke terserah yang mulia saja." Ivo memutar bola matanya malas, cemburuan sekali kekasihnya ini.

"Kalian siapa namanya?"

"Kenalin gue Mark."

"Gue Arvin, kalo lo mau panggil sayang juga gapapa."

"Oke sayang!" canda Ivo dengan cengiran yang langsung membuat Arka menyembunyikan kepala Ivo ke dada bidangnya.

"Sayang sayang! gue patahin leher lo kalo manggil Ivo kaya gitu lagi!"

"patahin lehernya! gue dukung lo boss." kompor Mark semangat dia suka sekali melihat Arvin ternistakan oleh Arka seperti sekarang.

"Posesif." celetuk Theo si cowok dingin.

***

"Wah muka kamu mirip Dissa, tapi Dissa tomboy kamu enggak." komentar Ivo menelisik muka Arissa Mega Amora, teman barunya yang mukanya sama dengan Dissa.

"Dissa?" tanya Sania menyeruput jus jambunya. Mereka bertiga kini sedang ada di kantin sekolah. "Siapa dia?" tanyanya lagi.

"Sahabat Ivo di sekolah dulu, SMA Harapan."

"Ahaha mirip doang kali udah, lanjut makan." timpal Rissa mengalihkan pembicaraan ini.

"Ivo." panggil Sania

Ivo mendongak memicingkan matanya bingung "apa?"

"Biar gue tebak lo bukan nerd beneran kan."

Ivo tersenyum lebar sehingga mata nya menyipit bak bulan "kok tau!"

"Ya lagian mana ada nerd kek elo gini ga ada tampang takut takutnya sama orang."

"Buat apa takut lagian sama sama makan nasi kan." ucap Rissa.

"Gak salah si lo Sa."

"Emang." jawab Rissa acuh kembali memakan batagornya.

Sania kembali memusatkan perhatiannya kepada Ivo "Kenapa lo jadi nerd dah?"

"Biar ga banyak cowok ngelirik, secara Ivo kan comel." membuat Sania tertawa menampol sehingga Rissa tersedak. Sania melotot segera dia berikan minuman gadis itu. Kenapa Sania tertawa? Ivo tak bohong itu kata Arka dulu saat dia bertanya alasan kenapa berpenampilan nerd.

"Lo mau bikin gue mati?!" desis Rissa setelah sedikit membaik.

"Sorry, lagian si Ivo ngelawak."

"Ivo gak ngelawak ih! Serius Arka yang bilang gitu." cemberut Ivo memalingkan wajahnya, matanya bertubrukan dengan Arka yang duduk di pojok kantin.

Ivo melebarkan matanya sehingga Arka terkekeh. Satu sekolah lagi dengan kekasihnya ternyata tidak buruk. Teman-temannya yang melihat itu mengerutkan keningnya. "Gak kesurupan kan lo bos?" tanya Arvin hati-hati takut Arka benar benar kesurupan.

Ekspresi Arka kembali semula, datar. "Nggak."

***

"Psst! Arka." bisik Ivo memanggil cowok yang duduk didepan.

"Nomer 5 apa jawabannya?" Kesal tak mendapat jawaban, Ivo menendang kursi Arka kasar hingga berdecit. Membuat semua pasang mata menatap Arka seperti tersangka. Sedangkan Ivo kembali pura pura menulis agar tak di tuduh.

"Bukan gue, Ivo tuh."

"Ih apaan orang Ivo lagi nulis juga dari tadi."

Arka berbalik menatap Ivo "Bohong itu dosa."

"Tau, gausah ceramah."

"Gu—"

belum sempat Arka menjawab pak Dion, guru Fisika menyela. "Heh apa apaan ini, bukannya ngerjain malah ribut."

"Tau gini Ivo masuk sekolahnya besok aja. Masa' baru pertama masuk udah dikasih ulangan aja, kan Ivo ga tau jawabannya." dumel Ivo pelan tapi kembali lagi, karena suasana hening jadi dumelan Ivo terdengar beberapa siswa untuk pak Dion si guru killer itu tidak mendengar.

Arvin berbalik "Yang sabar ya bu bos!" bisiknya.

"Terima nasib aja, Ivo." kekeh Sania yang duduk sebangku dengannya.

"Y."

***

To be continued



ARVONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang