Juju punya anjing kecil
Juju beri nama markonah
Dia senang berlari lari
Sambil menari nari~°°°
"ARKA!" Arka hampir saja menjatuhkan cangkir berisi teh yang berada di tangannya karena mendengar jeritan kekasihnya."Ni anak satu kebiasaan banget teriak-teriak heran gue." Nando menggelengkan kepala heran.
"Sono lo keluar dulu." Mereka sedang bermain ps dikamar Nando dengan cemilan dan minuman disisi mereka berdua. Mumpung besok weekend.
Arka segera menuju ke kamar kekasihnya sembari membersihkan tangannya yang sedikit terkena kopi dengan tissue.
Ceklek
Pintu kamar terbuka menampakkan gadis yang kini tengah meringkuk di pojokan dengan selimut yang membungkus tubuh Ivo.
Arka menaikan alisnya bingung. "Arka ada kecoa." tunjuknya kepada hewan berwarna cokelat yang berusaha terbang.
Arka mendengus geli mengambil sandal rumahan berbulu berbentuk kucing.
Plak.
Dalam sekali geplakan kecoa itu mati terpenyet. Ivo melebarkan matanya, itu sendal kesayangan doi.
"Sendal Ivo!" lirihnya menatap sendalnya malang.
"Tuh dia udah mati." Ucap Arka seraya menuju pojok kamar tempat gadisnya berada, menuntun Ivo untuk berbaring dikasur.
Arka membenarkan letak selimut Ivo lalu mengelus surau lembut Ivo.
"Good night princess." Arka mencium kening Ivo, keluar dari kamar Ivo untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi. Yaitu bermain game sampek pagi bersama Nando.
Tadi dengan otak pintarnya Nando berhasil membuat Arka tak jadi menojok muka limited edition miliknya.
***
Matahari sudah perlahan naik, jam menunjukkan pukul 09.00 sinar matahari juga sudah mulai dengan paksa memasuki jendela.
Tapi tak membuat gadis yang masih bergelung dibawah selimut tebal berwarna putih itu terganggu.Hingga tidur cantik gadis itu terganggu. Nando dengan tidak berperikemanusiaannya memukul wajan dan sepatula dengan menggebu-gebu.
Nando kesal, sedari tadi dia membangunkan Ivo yang tak kunjung bangun. Ivo tidur lagi setelah sholat subuh tadi.
"BERISIK!" Ivo terduduk dengan wajah bantalnya. Mengumpulkan nyawa sebelum pergi ke kamar mandi.
"Nah gitu dong bangun!"
"Keluar lo ah." tanpa banyak kata Nando keluar dari kamar Ivo dengan puas.
setelah 15 menit Ivo keluar dari kamar mandi dengan wajah tampak lebih fresh. Dia termasuk cewek cewek yang ga suka ribet, Mandi aja sampai 30 menit.
Ivo membuka lemari pakaian. Pilihannya jatuh kepada sweater warna nude dipadukan dengan celana cargo warna brokenwhite.
Dia beralih ke meja rias, memakai foundation berwarna gelap. Orang mah make foundation biar cerah lah ini kebalikannya.
Setelah selesai dengan muka, Ivo membelah dua rambutnya dan menguncir lemah di kedua sisi rambut. Tak lupa kacamata kotak besi non-minus.
Bisa ketebak lah ya dia mau ngapain. Jalan sama Arka lah ngapain lagi, yang udah taken mah beda. jomlo jangan iri keep halal.
Sesampainya di mall Ivo menggelayuti lengan Arka seperti biasa, Arka memelankan langkahnya menyejajarkan langkah mereka.
"Biar gue yang ke sana, lo tunggu sini."
"Okei!" Ivo menyimpan senyum menatap punggung tegap kekasihnya ikut mengantri kartu bermain.
Arka kembali dengan wajah cool nya yang menurut Ivo sok cool. Pengen cokel itu mata yang pada terang terangan natap miliknya emang sih gini nasib punya cowok ganteng.
Ivo dan Arka berjalan mengitari permainan. Hingga mata Ivo berbinar dan menarik lengan Arka yang tampak pasrah.
"Basket kuy!"
"Siapa takut, ayok kita taruhan yang paling kalah harus menuhin 3 permintaan si penenang gimana." tantang Arka dengan senyum miring.
Ivo tampak berpikir keuntungan dan kerugian jika dia menerima tantangan Arka. Jika dia menam dia bisa minta apa aja, tapi kalo kalah~
"Ok deal!"
Senyum Arka merekah menatap remeh gadisnya yang kini mulai memasukan bola ke ring. "Let's play."
Saat Ivo dengan konsentrasi penuh memasukn bola, Arka dengan santainya asal melempar bola and
Gotcha!
Masuk. Gak heran sih dia kan kapten bola basket di sekolah. Ivo juga mahir kok dalam main bola basket tapi tak semahir Arka.
Waktu ketentuan mereka hampir habis. Skor keduanya 38:56 dalam 5 menit. 38 untuk Ivo dan 56 untuk Arka.
Ivo mencebikan bibir bawahnya kesal, dia kalah.
"Apa yang Arka minta?"
"Ivo nya Arka selalu bahagia, itu permintaan pertama."
"Ivo bahagia kalo Arka ada di samping Ivo terus!"
"No no, meskipun ga ada gue lo harus bahagia."
"Ck. Iya terus apa lagi?"
"Permintaan 2 dan 3 menanti,sayang." ucap Arka dengan nada mengejek membuat Ivo ingin rasanya menabok mukanya.
"Aish Arka curang pasti tadi tuh!" sungutnya masih tidak terima dirinya kalah.
"Gak ya, kalo kalah mah terima aja"
Ivo berjalan duluan dengan menghentakkan kakinya membuat Arka terkekeh geli dengan tingkah Gadis itu.
Berlari kecil merangkul bahu mungil Ivo, beruntung Ivo tak menolak. "Kita main Claw Machine yuk! Ivo mau boneka kucing yang warna putih itu." tunjuk Ivo pada mesin capit itu, Arka menenggang dia tidak bisa
"Kita beli aja ya."
"Gak mau ih!"
***
"Abis duit gue." lirih Arka membuka dompet miris.
"Apa?! Kan tadi Arka yang nyuruh Ivo buat beli aja gimana sih!."
"Iya iya mau gue nyuruh lo beli, yang limited edition juga kagak ngapa ngapa." Arka tersenyum tertekan.
"Pelit ih sama pacar sendiri juga, berapa sih harga boneka tadi yang tingginya lebih dari Ivo? Biar Ivo bayar!"
"Eh gak boleh gitu, gue ikhlas kok, ayo cari makan biar tuh boneka dikirim langsung ke rumah lo."
"Tapi Ivo mau ke toilet dulu, Arka cari tempat duduk dulu gih." setelah itu Ivo ngacir ke toilet. Ivo mencuci tangannya di westafel di sampingnya ada cewek berpenampilan modis yang sedari tadi memperhatikan Ivo.
Risih, ivo menatao lewat kaca. "Kenapa?"
Cewek itu menatap Ivo dsri atas sampai bawah atau lebih tepatnya menilai penampilan nerd Ivo "Lo itu cupu jadi gausah belagu deketin Arka."
Ivo mengerutkan keningnya "maaf siapa ya? Apakah kita kenal?"
"Lo ga kenal gue? Kenalin gue Adinda Ayu Auzora cewek paling berkuasa di SMA PELITA, jadi kalo lo macem macem sama gue. Abis lo."
'namanya bagus tapi sayang kelakuan minus.' batin Ivo
"Gue lepasin lo kali ini tapi gak buat besok besok kalo lo masih deketin pacar gue." Setelah itu Dinda keluar dari toilet.
"Dih."
***
sulit ya, mengakhiri sesuatu yang sebenarnya tidak pernah kita mulai.
To be continued..
KAMU SEDANG MEMBACA
ARVONE
Teen FictionJustru hidup yang tenang adem ayem biasa aja bikin bosen, monoton. Tapi Ivone juga gamau mikir yanh berat berat, jadi mending mikirin Arka aja. Cowok keren dengan seribu pesonanya, siapa yang gak kenal Arka si ketua basket juga aktif sosmed pengikut...