Bagian 24.2

8 4 0
                                    

Titik Cahaya.

●●●

Waktu menunjukkan pukul 23:49.

Dibalik kebun kelapa.

Kembang api kecil-kecil sudah terdengar di langit selatan, dan pergantian tahun tinggal beberapa menit lagi. PR lain buat Keeinan adalah ia harus sudah kembali sebelum acara utama, itu yang di pikirannya sekarang.

"Diana.. kayaknya ini bakalan lama!"
Kata Keeinan pelan.

Ia menurunkan kedua tangannya yang gemetar dari posisi kuda-kuda. Keeinan melepas beban yang harus gembawa Bella kembali sebelum acara kembang api dimulai, itu bertujuan untuk mengurangis beban di pikirannya.

"Hee!! sudah menyerah, anak kota? Kalo gitu giliranku, boleh!!"

Dengan badannya yang besar, Keeinan bisa melihat jelas gerakan Abas, walau begitu dia juga tau kalau terkena sekali saja pasti menyakitkan, apalagi di kondisinya yang sekarang.

• Sementara itu.

Tidak jauh berbeda dari keadaan Keeinan, Fahmi juga kesusahan menghadapi Indra, bahkan beberapa pukulan sudah mengenai wajah dan bagian tubuhnya yang lain.

"Aku ngga tau urusan apa aku berantem, tapi yang jelas Bella sampe kayak gitu!!"
Marah Fahmi sambil mengatur napasnya.
".. jangan harap aku memaafkan kalian!!"

"Kalian ini, banyak omong juga! Sampah"
Balas Indra dengan santainya sambil menyeka sedikit darah di pelipisnya.

"Wooaaa..!!"

Mereka berdua saling baku hantam lagi, ketahanan tubuh menjadi faktor utama di tawuran ini.

• Kembali ke Keeinan.

Keeinan terus menghindari serangan berat dari Abas sampai harus melompat ke belakang untuk menjaga jarak.

"Sekeras-kerasnya, kalo kena kepala pasti sakit!"
Kata Keeinan yang mulai kehabisan napas.

Tapi, ia berhasil mengambil ancang-ancang, lalu melompat seperti di awal untuk mengarahkan dengkulannya ke kepala Abas.

"Percuma, dasar bodoh!"
Kata Abas yang bersiap menangkis serangan Keeinan.

Taakk..!!
Dua telapak tangan Abas menahan dengkulan Keeinan dari bawah. Tapi...

Prakkk..!!
Tapi yang diincar Keeinan bukan itu, ia memukul keras pelipis kiri Abas dengan siku kanan yang membuat Abas oleng.

"Argh! Si-sial!"
Abas sempat mengerang.

Dan di waktu beberapa detik itu, Keeinan memukuli perut dan ulu hati Abas sambil menghidari serangan ngawur dari Abas akibat kehilangan keseimbangan.

"Bajingaaaan!!! Kurang ajar!"
Murka Abas.

"Haha!"

Keeinan mengangkat sudut bibirnya, yang paling diicarnya adalah emosi, kalo lawan sudah emosi, celahnya terbuka lebar. Itu dasar bela diri.

*

Pukul 23:59.

Area pasir pantai.

Matahari Dan Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang