Bagian 9.1

8 4 0
                                    

Sebuah Akhir dari Awal.

●●●

Hari-hari selanjutnya.

Masih di waktu SMP.

Keeinan mulai tidak peduli lagi dengan ucapan teman satu sekolahnya. Walau Gading selalu tidak terima kalau Keeinan dicemooh, disindir dan lain-lain, tapi Keeinan selalu mencegah sahabatnya itu melakukan sesuatu yang tidak perlu.

"Mereka keterlaluan, Keei! Sesekali, harus dikasih tau!!"
Kata Gading sangat geram, tambah geram lagi karena Keeinan diam aja.

"Fuhhh..."
Keeinan menghela napas panjang.
".. nggak bisa! Nggak bakalan bisa! Kalo pun dibales, ditindak, atau diapain juga, orang-orang kayak Roy sialan itu nggak bakalan pernah hilang."

Gading membuang wajahnya dan berpikir kalau ucapan Keeinan barusan memang benar.
".. tapi kan.. nggak bisa-- "

"Kalo aku sih.."
Potong Keeinan.
".. aku pilih diam aja! Toh ucapan mereka nggak pengaruh apa-apa!"

"Gimana sih..! Aneh."

"Miisal nih, misalnya kalo aku dibilang 'sok cari perhatian', emang apa yang berubah? Apa yang hilang dariku? Nggak ada kan?"

"Y-ya, nggak ada sih! Tapi--"

"Nah! Daripada sibuk mikir omongan orang, mending diem aja, toh nggak ngaruh apa-apa."

"Fuuhhh...!!"
Sekarang giliran Gading yang mengela napas panjang.
".. ya ampun! Kau ini nggak bisa marah apa gimana sih! Urat marahmu putus?"

Obrolan mereka berdua itu didengar Bella yang sedang mengerjakan soal di bangku disebelah bangku Keeinan dan Gading.

"Hem.."
Ia sedikit tersenyum saat melihat Keeinan yang selalu memasang wajah riang dan terlihat santai itu.
"Xixixixi..."

Dan semenjak saat itulah, Bella mencoba dan memulai akrab dengan Keeinan, Gading dan geng laki-laki di dalam kelas.

Bella yang masuk ke kelas ini menggantikan nomor absen Lia di 8c, ia juga punya kemampuan yang setara dengan Lia, dia juga pandai dan bersahabat. Tapi tidak seperti Lia yang suka olahraga, Bella lebih ke perempuan pada umumnya, ia ikut ekskul tataboga dan tentu saja pandai memasak.

"Keei.. kamu tau cara jawab soal ini?"
Bella menaruh buku tulisnya di bangku Keeinan dan ia langsung diduk di sebelah, yaitu kursi duduk Gading.

"Yeee.. aku malah mau tanya."
Balas Keeinan.

"Loh.. harusnya kamu tau dong!"

"Lah.."
Bingung Keeinan.
".. kenapa aku harus tau?"

"Ya.. pokoknya harus tau!"
Jawab Bella ngotot.

Gading dan lainnya selalu punya hiburan saat Bella dan Keeinan berdebat soal rumus-rumus di kelas.

"Mereka mulai lagi."

Perdebatan mereka memang susah dipahami karena berdebat soal rumus-rumus, tapi sifat yang saling tidak mau kalah menjadikan suasana kelas ramai dan seru.

Setelah lama Bella dan Keeinan sering berdebat, Gading merasa kalau Keeinan menemukan partner pengganti Lia di kelas ini, ia juga merasa mereka berdua cocok.

"Si bego mana paham soal ginian!"
Kata Gading pelan saat melihat Keeinan dan Bella.

Tapi mengingat yang bersangkutan adalah Keeinan, Gading lebih milih diam dari pada bilang soal kecocokan mereka.

Matahari Dan Bulan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang