40

3.7K 336 37
                                    

Jeno melemparkan ponselnya asal keatas kasur, merebahkan dirinya menatap langit-langit kamarnya dengan helaan nafas bosan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno melemparkan ponselnya asal keatas kasur, merebahkan dirinya menatap langit-langit kamarnya dengan helaan nafas bosan. Sejak sore, dari beres mandi hingga dipamiti pergi oleh sang kakak Jeno sama sekali tidak tahu harus melakukan apa, dirinya benar-benar sangat bosan. Saking terlalu bosannya, Jeno hanya memilah-milah film saja di Netflix, terus menekan panah lanjut diremotnya.

Lagi-lagi helaan nafas bosan mengalun dari bibir Jeno, diliriknya dari pintu balkon kamarnya yang gordennya terbuka, pintu balkon kamar Mark yang terbuka sedikit dengan gorden yang terbuka sebelah, terlihat sedikit beberapa barang si sulung dari kamarnya. Jeno merubah arah tidurannya, tengkurap menghadap balkon kamar Mark, jujur dirinya merindukan si sulung tampan dari keluarga Baswara.

Jeno melirik benda persegi dikamarnya, menatap aplikasi Netflix dengan helaan nafas lelah, karena jujur menonton sendiri tanpa Mark itu rasanya sangat berbeda. Karena selama ini setiap malam minggu keduanya akan menghabiskan waktu dengan marathon film bersama dengan Mark yang akan selalu lompat balkon pada tiap malam minggu, merebahkan dirinya diperaduan ternyaman Jeno dan memeluk Jeno dari samping, membiarkan Jeno tiduran didada bidangnya, sudah seperti sebuah kebiasaan.

"Gue bingung mau ngapain sekarang." monolog Jeno sambil menopangkan wajahnya pada kedua tangannya yang masih menatap dari jauh balkon kamar Mark yang menunjukkan lampu kamar yang temaram. Samar-samar Jeno dapat mendengar suara gitar yang mengalun, membuat sebuah senyum terbit dari bibir Jeno dan semburat merah samar perlahan menampakkan warnanya dipipi Jeno.

"Marky beneran nulis lagu? Gantengnya kayak apa coba? Metik senar si hitam, pake kacamata, gigit pensil terus lampunya temaram, duh hati gue." monolog Jeno lagi dengan rona samar merah yang makin nampak jelas pada pipinya, hanya memikirkan Mark saja sudah membuat Jeno bersemu dan bahagia. Jeno mengambil sebuah boneka singa yang sudah sejak lama Mark berikan, merubah tidurannya menjadi duduk dikasur dan memeluk boneka itu gemas lalu menelusupkan wajahnya pada boneka itu, membayangkan Mark saja dirinya malu.

Tak! Tak! Tak!

Tiga kali ketukan cukup pelan di kaca pintu balkonnya suskes membuat Jeno seperti tertarik kembali kedunia nyata. Betapa terkejutnya Jeno saat dirinya mendongakkan wajahnya, kedua netranya bersibobrok dengan netra si sulung Baswara yang sudah duduk dibalkon kamarnya dengan tangan yang menopang wajahnya dan tersenyum tampan pada Jeno, sudah dipastikan sejak tadi Mark melihat dirinya yang sedang kegemasan sendiri. Setelah menarik nafas panjang untuk menetralkan jantungnya, Jeno berjalan kearah balkon kamarnya, membuka pintu itu dan berjalan keluar sambil memeluk boneka singa itu.

"A-apa?" tanya Jeno terbata dengan kedua pipi yang memerah malu. Mark tertawa pelan, menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum cukup canggung, jujur ini sangat canggung.

"Ngapain? Mikirin yang ngga-ngga ya?" goda Mark pada Jeno yang berhasil membuat kedua bola mata itu membulat sempurna dan menatap Mark dengan wajah tak terima yang menggemaskan.

"Ngga ya! Enak aja! Ngaco Marky!" ucap Jeno kesal sambil memberi gestur pukul main-main, membuat Mark tertawa pelan sambil membetulkan letak kacamatanya, seperti dugaan Jeno jika Mark menggunakan kacamata, benar-benar menambah ketampanan Mark.

Tanpa Status. | Markno [1/2] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang