🍁 BAB 16 🍁

3.2K 393 13
                                    

"Aku tak akan mati semudah itu."

*****

Andrea sudah selesai melakukan operasinya. Untung saja kanker yang dideritanya masih stadium awal.

Andrea juga merasa kagum dengan Andre yang berhasil menyembunyikan hal ini dari yang lainnya. Lagipula, sekalipun Andre memberi tahu, mereka tak akan peduli.

Andrea memanda kembarannya yang tampak sibuk memakan buah apel. Laki-laki itu sangat tampan jika dilihat dari bagian samping.

"Aku tahu kalau diriku tampan," ujar Andre.

Andrea terkekeh. Tubuhnya masih terlalu lemah untuk memukul laki-laki itu.

"Apa kau merasa sakit? Dari tadi kau hanya diam," ujar Andre.

Andrea menggeleng.

"Kau harus cepat sembuh. Aku sudah sangat ingin berkelahi denganmu," canda Andre.

Andrea terkekeh. Ahhh kembarannya ini sangat manis. Dia jadi ingin mencubit ginjal laki-laki itu. Ups.

*****

Andre kembali ke rumah saat sore. Dia harus mengambil beberapa keperluan Andrea yang tertinggal.

"Kukira kau sudah berada di surga."

Andre menghentikan langkahnya. Amira sekarang berada di hadapannya dengan tangan terlipat di depan dada.

"Minggir," ujar Andre.

"Wahhh adikku sudah bisa melawan sekarang. Apa karena Andrea kau jadi seperti ini?" tanya Amira.

"Apa maksudmu?" tanya Andre balik.

"Kau bukan tipe orang yang suka pulang larut malam. Kau juga selalu memberi tahu kemanapun kau pergi. Tapi sekarang, aku tak melihat hal itu darimu," jawab Amira.

"Aku memang seperti ini. Kau saja yang tak tahu tentangku," ujar Andre.

Andre berjalan melewati Amira. Dirinya sedang malas berdebat dengan kakaknya itu.

"Berhentilah bergaul dengan Andrea. Kau akan menjadi antagonis seperti dia," ujar Amira.

"Sepertinya, kau yang lebih tertarik untuk menjadi antagonis."

*****

Andrea harus menjalani pemulihan sekitar dua minggu. Harusnya sepuluh hari saja. Tapi, Andre memaksa agar masa pemulihannya di tambah empat hari dari yang dokter sarankan.

"Kapan aku bisa pulang?" tanya Andrea.

"Tiga hari lagi. Setelah itu kau bebas melakukan seluruh keinginanmu," jawab Andre.

"Termasuk membunuhmu," desis Andrea.

Andre tersenyum melihat Andrea yang tampak jengkel.

"Jangan tersenyum," ujar Andrea.

"Kenapa?" tanya Andre.

"Kau baru saja membuatku merasa jengkel. Jadi, jangan tersenyum sampai aku menyuruhmu," jawab Andrea.

"Baiklah, aku akan menuruti perkataanmu my princess."

Who is the real Antagonist?[END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang