Chapter 13

9.9K 1.2K 39
                                    

Happy Reading.

"Ada apa?" Dentingan cangkir menghentikan lamunan Thallasa. Ia berkedip, menghembuskan nafas pelan. "Sebenarnya, sebanyak apa masalahmu?"

Thallasa menoleh, memandang Kakak Ipar Pertamanya dengan senyum damai, "Apa di Wajahku terpampang banyak sekali masalah?"

Menganguk, "Kentara sekali. " Perith menjawab. Dia Tersenyum, memandang Thallasa dengan kegelian, "Jadi, Grand Duke sudah memilih istri kedua-nya?"

Mendegus, Thallasa berpaling dengan raut Penuh kemuakan, "Aku akan berpesta jika dia melakukannya." Pelan, Thallasa bergumam. Menghalau Perith untuk mendengarkan.

"Apa gumam mu itu?"

Thallasa mengeleng. Ia memandang dengan sorot berapi-api. Suaranya terdengar bersemangat saat dia membalas Perith, "Aku berpikir jika Gaidzan menemukan cinta barunya, aku akan meledakkan seluruh kota!"

Perith geli, ia terkekeh seraya mengayunkan kipas dengan pelan. "Aku mengira kau akan memilih gantung diri atau mencari pria lain."

Bersandar seraya memandang putrinya yang tengah merangkai bunga, dia bertanya,"Haruskah aku mencari tempat baru jika kau berhasil meledakkan kota ini?"

Mendengus, Thallasa membalas dengan acuh, "Tidak perlu. Aku berubah pikiran untuk meledakkan Kastil Gaidzan saja." Dia penuh kebosanan saat berpikir akan merepotkan dirinya sendiri.

"Ya. Properti Grand Duke pasti sangat banyak." Perith menjawab, tersenyum pada postur asal-asalan Thallasa. "Wilayah Baston, apakah itu juga akan menjadi salah satunya nanti?"

"Cepat sekali?" Penuh keheranan, Thallasa memandang Perith dengan Kernyitan samar. Dia memainkan cangkir dengan penuh perhitungan. Menebak, sudah seberapa jauh berita itu menyebar. Apakah Gaidzan sudah mengetahui jika berita ini menyebar begitu cepat dari perkiraan nya?

Nantinya, akan ada banyak Bangsawan yang pro-kontra dalam hal ini.

"Apakah sudah pasti?" Melihat Keterdiaman Thallasa, Perith kembali mengajukan pertanyaan. Kali ini dengan ketegasan, seakan sudah mengetahui jawaban apa yang diberikan oleh Thallasa.

"Gaidzan tidak menyetujui. Dia berpendirian teguh."

"Benar. Grand Duke terkenal keras kepala. Jika dia menginginkan mu tiada, maka kau harus melakukan nya." Perith menimpali. Dalam, dia memandang Thallasa. Manik amber miliknya bersinar terang saat sinar matahari menyoroti, seakan bisa menebus kedalam jiwa Thallasa.

Hal itu mengusik Thallasa. Ia terdiam, mencerna baik-baik. Lantas, seakan ketegasan kembali padanya, ia memandang Perith dalam. "Menurutmu berapa lama aku akan menjadi istri Grand Duke?"

Pertanyaan ini, Perith kesulitan dalam memberikan jawaban. Kerutan dahi terlihat kentara, hampir menyatu. Seolah menimbang akan menjawab ataupun tidak.

"Nyonya, Marquees sudah menunggu diruang kerja."

Selaan Pelayan, membuyarkan pikiran mereka.

Raut Perith berubah dari kesulitan menjadi ketenangan. Menghela nafas,melihat Thallasa masih dalam kebisuan. Dia menghimbau penuh perhatian, "Pergilah menemui Ayah."

Meski Thallasa ingin mendapatkan jawaban, ia tidak bisa mencegah Kakak Iparnya. Penuh kesedihan wajahnya saat ia menyelipkan rambut di sisi pelipis. Tersenyum dan menjawab dengan lesu, "Baiklah."

I Become The Wife Of Grand Duke  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang