37 - TERJEBAK PADA TATAP

37.7K 3.9K 42
                                    

Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬

꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂

“Alasan dia tak cemburu hanya satu. Antara percaya, atau memang tak ada rasa.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Inget, kalo capek jangan dipaksain. Marahin balik aja kalo ada yang marahin lu. Pokoknya, kalo sampe gue denger lu pingsan atau luka, langsung gue kirim balik lu ke rumah!" ocehan panjang lebar Azka hanya dibalas deheman malas dari Starla. Gadis berkepang dua itu menguap beberapa kali karena merasa bosan mendengarnya.

"Heh! Denger, gak?" Azka menjitak kepala Starla.

"Iya, iya, denger!"

Setelah mengulangi ocehannya yang ke lima, Azka akhirnya melangkahkan kaki dan bergabung dengan gerombolan anak laki-laki yang sibuk merencanakan uji nyali di sekitar sana. Starla sendiri juga sudah bergabung dengan Agatha dan Nara.

Tepat jam 4 sore tadi mereka tiba di tempat perkemahan. Memang suasananya menyejukkan mata, namun tak urung juga terlihat agak horor karena perbukitan juga pepohonan yang rimbun.

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah memasang tenda-tenda yang akan menjadi tempat istirahat mereka selama beberapa hari kedepan. Tenda putri berada di sebelah barat, sedangkan tenda putra di arah sebaliknya.

Selesai memasang tenda, mereka langsung dititahkan untuk berkumpul di tengah lapangan yang berada setengah kilometer dari area tenda mereka berada.

"Silahkan bergabung dengan regu masing-masing. Dua puluh detik dimulai dari sekarang!"

Para murid dengan seragam Pramuka lengkap yang semula berbaris tak tentu itu langsung berlari mencari regu mereka, berbekal selembar kertas di tangan masing-masing yang isinya 10 nama daftar anggota ditambah 1 ketua.

"Mira yang mana Mira?"

"Woy! Yang namanya Jono Fiki mana, woy!"

"Badrul, ke sini lu buruan!"

"Gue regu berapa, dah?"

"REGU TIGA! REGU TIGA!"

Pembina mengangkat tangannya--menghitung mundur--yang membuat mereka semakin kalang kabut. Belum lagi insiden senggol-menyenggol, ricuh teriakan, wajah panik. Bisa dibayangkan seberisik apa suasana di sana.

Di tengah kepanikan itu, Angkasa sama sekali tak bergerak dari posisi berdirinya. Tahu kenapa? Karena anggotanya lah yang berlari-lari menghampiri, meneriaki namanya, juga memasang mata jeli untuk menemukannya. Saat disapa, Angkasa hanya menganggukkan kepala singkat. Tak membalas saat para gadis memberikan senyum termanis versi mereka. Angkasa justru melirik ke sekelilingnya, mencari keberadaan seseorang yang sejak tadi belum terlihat oleh netranya.

"BUAT YANG BELUM NEMUIN REGUNYA, SILAHKAN BARIS DI KIRI SAYA. SAMPAI SINI PAHAM?!" papar sang pembina.

"Siap! Paham, Kak!"

"KURANG KENCENG!"

"SIAP! PAHAM, KAK!"

"Buat yang anggotanya udah lengkap, masing-masing ketua regu bisa mulai mengomando pasukannya. Saya kasih waktu sepuluh menit buat berdiskusi."

Sepeninggal pembina itu, Starla langsung menoleh ke arah Nara yang kebetulan satu regu dengannya, dan Starla mensyukuri hal itu.

"Nara, anak Pramuka mukanya emang judes-judes, ya?" bisiknya.

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang