13 - SISI LAIN DIRINYA

45K 4.1K 32
                                    

Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬

꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂

“Menyalahkan tanpa menjelaskan. Lucu.”

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Memandang langit biru yang menyejukkan mata, tanpa panas yang membakar, dan dengan sekotak susu strawberry di genggaman, nyatanya sudah cukup membuat suasana hati Starla dalam mood yang sangat baik.

Mengalihkan pandangannya ke arah lapangan, dimana teman-teman sekelasnya tengah saling mengoper bola basket dengan diiringi suara heboh para perempuan yang tak terima saat bolanya dikuasai oleh tim lawan, serta gema tawa dari para anak laki-laki yang menonton di pinggir lapangan memenuhi area itu. Bukan apa-apa! Melihat para anak perempuan yang saling mengeluarkan tatapan peperangan dengan perdebatan luar biasa yang sebabnya hanya karena bola basket itu adalah suatu kejadian yang amat menghibur bagi mereka. Apalagi, kalau sudah ada adegan jambak-menjambak... beuh! Serunya bukan main untuk para anak laki-laki yang suka kegaduhan.

"Ayo, Agatha! Lempar bolanya!"

Hampir seluruh pasang mata di sana--bukan hanya teman-teman sekelasnya--langsung menatap pada satu objek; Starla. Sementara gadis yang ditatap oleh banyaknya pasang mata itu hanya memasang wajah cuek tak peduli dan memilih menyesap habis susu kotaknya yang tinggal setengah.

Starla tak mengikuti pelajaran olahraga karena saat hendak memasukkan bola ke dalam ring, tubuhnya seketika limbung dan nyaris jatuh kalau saja Agatha tak menahannya. Melihat itu, pak Damar selaku guru olahraga langsung menyuruh agar Starla pergi ke UKS atau istirahat saja di dalam kelas. Tapi Starla menolak. Dia tak ingin berada di kelas seorang diri. Seram saja bawaannya.

Dan ya... jadilah Starla duduk di sini, bangku panjang di bawah pohon yang terletak lumayan jauh dari lapangan utama. Alasannya? Pak Damar bilang, kalau dia duduk di pinggir lapangan, takutnya nanti bola basket nyasar ke arahnya dan dia mimisan seperti waktu itu.

"Lemah," ejek seseorang yang baru saja datang dan berdiri di sampingnya dengan wajah menyebalkan. Starla lantas mendengus dan membuang pandangannya ke arah lain.

"Tali sepatu gue lepas," kata cowok itu menunjuk sepatunya.

Starla mengangkat sebelah alisnya. "Terus? Gue harus bilang WOW, gitu?"

"Lo iketin, lah!"

"Siapa lo berani ngatur-ngatur gue?" seru Starla tak terima.

"Babunya Arganta udah songong sekarang, ya."

Starla berdiri, lalu tanpa aba-aba melempar susu kotak yang sudah tak berbentuk ke wajah cowok itu.

"Lo punya masalah apa, sih, sama gue? Gue punya salah apa sama lo, Bar?" Starla menatap Akbar dengan gurat kemarahan.

"Perlu gue ingetin? Lo udah ngancurin hidup gue!" bentak Akbar. Matanya tajam, tapi tak membuat nyali Starla menciut. Sebaliknya, Starla malah semakin ingin menghajar cowok itu.

"Maksud lo apa? Akbar, gue bener-bener gak ngerti apa yang lagi lo omongin. Gue--aw!"

Akbar mencengkeram pergelangan tangan Starla kencang. Dia harap, setelah ini Starla akan merasa takut padanya. Namun, sayang sekali hal itu tak terjadi. Sebab, Starla malah menendang kaki Akbar dengan sekuat tenaga hingga cengkeraman pada tangannya reflek terlepas.

"Gak usah macem-macem sama gue, ya!" Starla langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Akbar.

Harusnya Akbar tahu, Starla bukan hanya gadis mungil berwajah menggemaskan yang sering berteriak. Faktanya, gadis itu cukup jago bela diri. Harusnya Akbar juga sadar, hanya dengan melihat Azka yang sering memenangkan turnamen pencak silat dari berbagai tingkat itu, dia tahu... Starla juga punya kemampuan bela diri yang setingkat.

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang