Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂
“Lebih baik mana, kata-kata manis penuh dusta? Atau kata-kata pedas tanpa dusta?”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Lo belum mandi, ya? Gue nyium bau-bau tak sedap soalnya."
Alden menjepit hidungnya dengan kedua jari, Azka nampak menahan tawa, Dion bermain game di ponselnya, Calvin menyeruput teh hangat, Dito sibuk menyalin jawaban, dan Angkasa masih fokus membaca buku biologinya.
"Sembarangan!" Starla menukikkan alisnya dengan mata melotot tajam. "Idung lo banyak upilnya kali!" semprot gadis itu judes.
Alden mengambil botol minum di atas meja, mengangkatnya seolah hendak memukul kepala Starla. Hanya hendak, belum kejadian. Bisa dihajar duluan dia sama Starla kalau sampai kejadian.
"Tapi, Kei ... lo, kan, emang belum mandi tadi," umbar Azka dengan tampang tak bersalah.
Starla sudah mengambil ancang-ancang untuk menggebrak meja, namun lirikan dari cowok di sebelahnya sukses membuat Starla langsung menurunkan kedua tangannya yang sangat sudah siap menggebrak.
Lagipula ... hei! Siapa juga yang masih berani bikin ribut kalau udah ditatap kayak gitu sama Angkasa? Gak ada! Karena sumpah demi jambulnya Alden! Mata Angkasa itu damage-nya bukan main. Selain ber-damage bikin orang terpesona, juga ber-damage bikin orang mati kutu. Sangat meresahkan!
"Starla ketauan ... belom mandi pagi ... de--"
"Mau dipukul, ya?!"
Alden langsung mengatupkan bibirnya rapat. Setelahnya, cowok itu bangkit dari bangkunya, lalu berlari menghampiri meja tempat para siswi berkumpul.
"Si kampret itu!" Starla berdecih saat menoleh ke belakang dan mendapati teman kembarannya tengah merayu para gadis. Biasalah!
"Lo jadi cewek kalo ngomong yang anggun gitu. Ini, kok, gak ada anggun-anggunnya pisan." Dito menggeleng.
Azka juga ikut menggeleng. Tak habis pikir dengan Starla. Gadis itu menyukai Angkasa, tapi tingkah lakunya di depan Angkasa sama sekali tak ada malu-malunya. Setahunya, kebanyakan gadis akan menjaga sikap di depan si gebetan. Tapi ... Starla? Ah, Azka lupa. Kembarannya itu memang melebihi batas 'kewarasan' manusia normal.
"Masalah buat lo?!" semprot Starla galak.
"Sa, Alhamdulillah lo masih waras." Dito melirik Starla, lalu beralih menatap Angkasa. "Yang gak waras itu kalo lo demen sama nih cewek, Sa."
"Apa?!" Starla melotot.
"Apa? Engga."
"Lo--"
"Berisik," peringat Angkasa. Cowok dengan Hoodie hitam yang masih melekat di tubuhnya itu mengulurkan lembaran kertas pada Starla, yang diterima dengan wajah cemberut.
"Kok, gak diomelin, sih?"
"Hm?"
"Pake itu di dalem kelas." Starla menunjuk Hoodie yang dipakai Angkasa.
"Orang ganteng, jenius, keren, mah bebas!" serobot Dito mengundang tatapan malas Starla. Sementara Angkasa, dia hanya menggeleng samar dan kembali memusatkan perhatiannya pada buku, seakan-akan dunia hanya milik mereka berdua.
Starla melirik Angkasa dengan bibir mengerucut. Belum apa-apa dia sudah terbakar api cemburu begini. Selain Karin, para tumpukan buku adalah objek yang paling Starla cemburui.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Angkasa! [COMPLETED]
Ficção Adolescente"GUE SUMPAHIN LO SUKA SAMA GUE!" "Mimpi." __________________________________ Angkasa cuek, Starla hiperaktif. Angkasa tenang, Starla heboh. Angkasa realistis, Starla dramatis. Angkasa benci direpotkan, Starla hobi merepotkan. Bagi Angkasa, hidupnya...