48 - PENGAKUAN CINTA

49.6K 4.5K 437
                                    

Vote di awal ⭐
Komen di akhir 💬

꧁ H a p p y R e a d i n g ꧂


"Mendengarkanmu adalah caraku mencintaimu. Sederhana tapi tidak sesederhana itu."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Starla menopang dagu dengan tangan kanan. Menatap kagum pada sepasang netra hitam di hadapannya, tak pernah bosan. Meski pulang sekolah yang biasanya ia gunakan untuk tidur berubah haluan menjadi toko buku, Starla tak masalah. Hari ini akan tercatat dalam hidupnya sebagai hal langka yang istimewa. Sebab, untuk pertama kalinya Angkasalah yang mengajaknya pergi duluan.

Ya ... walaupun, ekspektasinya berpikir Angkasa akan mengajaknya ke tempat romantis, bukan tempat penuh buku dan berujung menemani cowok itu memilih buku. Untungnya, mereka datang ke sini bukan untuk belajar. Karena jujur, Starla sudah pusing duluan saat mendengar kata 'belajar'. Apalagi tadi ia habis berhadapan dengan yang namanya fisika.

Mereka mengambil tempat di sudut ruangan, duduk berhadapan dengan tiga buah buku berbeda judul. Starla menatap Angkasa yang tak mengeluarkan suara sejak tiba di sini. Jika Angkasa menyukai keheningan, maka Starla menghindari keheningan. Ia tak betah lama-lama saling diam seperti ini. Rasanya aneh.

"Gak suka angka."

Angkasa mengangkat pandangannya saat tiba-tiba Starla mengeluarkan suara.

"Kecuali kalo ditambahin sa," lanjut gadis itu. Tawa renyah mengisi keheningan di sudut ruangan itu.

Angkasa melirik. Raut mukanya seperti tengah memikirkan sesuatu. Sepersekian detik setelahnya dia bertanya, "tadi ulangan bisa?"

"Fisika bisa dikit." Starla meringis.

"Inggris?"

"Bisa, dong!" jawab Starla tanpa ragu.

"Coba gue tes."

"Tes aja. Sekarang gue udah tambah pinter, lho."

"Bahasa Inggrisnya bintang?"

Starla sesaat nampak memikirkan jawaban. "Star?"

Angkasa mengangguk. "Kalo ditambahin La?"

"Star--"

"Itu orang yang gue suka," potong Angkasa, kemudian mengangkat buku hingga menutupi wajah.

Starla mengerjap. Detik selanjutnya, pipi gadis itu merona hebat. Starla lantas cepat-cepat mengubur wajah di atas lipatan lengannya. Ia bahkan dapat merasakan kalau kini wajahnya terasa menghangat.

Hampir 5 menit dalam posisi itu, akhirnya Starla bisa mengondisikan kegugupannya dengan pura-pura memasang wajah jutek.

"Angkasa! Tanggung jawab, gak?!"

Yang dipelototi justru mengeluarkan tawa geli sambil mengusap wajah dengan sebelah tangan.

Tanpa menjawab ucapan Starla, Angkasa menarik kertas yang ada di atas meja. Menulis beberapa kata, kemudian ia berikan pada Starla.

"Arus listrik, induktansi, oksigen, tegangan listrik, elektrom, uranium." Starla membaca tulisan itu. Menatap Angkasa tak mengerti.

"Cari simbolnya," suruh Angkasa.

"Baru juga kelar ulangan. Masa udah dikasih soal lagi?" protes Starla.

"Cari."

Sambil menggerutu, Starla membuka ponselnya. Mengetik apa yang diperintahkan Angkasa.

Hai, Angkasa! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang