7. Life is Happening for You

12.3K 1.7K 232
                                    

Dengan masih menahan sedikit nyeri di kaki, Jovita memasuki Dock 37 Bar & Kitchen di hotel Pan Pacific yang diinapinya untuk menikmati sarapan. Ia melirik arloji, belum jam 7 pagi, tetapi restoran sudah cukup ramai. Tampaknya berbagai kegiatan seminar di Melbourne Convention & Exhibition Center (MCEC) menyebabkan okupansi hotel ini juga meningkat. Kepalanya menoleh ke kanan kiri mencari meja yang kosong.

"Kamu bisa duduk di sini jika tidak ada tempat kosong," ujar seorang pria yang duduk persis di samping posisinya berdiri.

Jovita menoleh, dahinya berkerut, berusaha mengenali lelaki yang barusan bicara padanya. Ia amat terkejut setelah mengetahui bahwa lelaki itu adalah Joseph. Penampilannya sangat berbeda, jauh lebih rapi. "Terima kasih," ucapnya, meletakkan tasnya di meja, lalu mengambil sarapan yang disajikan secara prasmanan.

"Bagaimana kakimu?" tanya Joseph setelah Jovita kembali dengan sepiring omelet dan secangkir susu segar.

"Jauh lebih baik. Terima kasih atas pertolonganmu semalam," jawab Jovita. "Di mana Edda dan Thomas? Mereka tidak sarapan?"

"Mungkin sebentar lagi datang," sahut Joseph, lalu kembali meneruskan aktivitasnya memakan roti panggang.

"Apakah kamu akan menjadi salah satu pembicara di seminar?" terka Jovita melihat penampilan Joseph yang berbeda dari sebelumnya. Cambang lelaki berpostur tinggi ini dicukur bergaya five o'clock shadow dan rambut cokelat tuanya ditata dengan pomade sehingga menciptakan tampilan yang kasual, tetapi tetap rapi. Setelan jas warna abu-abu gelap, kemeja abu muda dan dasi bermotif garis klasik dengan warna senada membuatnya terlihat karismatik. Wangi aroma cedarwood menguar dari tubuh tegapnya.

Joseph menjawab dengan anggukan.

"Apakah kamu membawakan materi tentang penelitianmu kemarin? Tentang sel OLM di hippocampus?" tanya Jovita sambil melahap sarapannya. Ia memprediksi kali ini Joseph pasti akan mengeluarkan kalimat lebih panjang. Pria ini hanya tertarik bicara tentang pekerjaannya.

Joseph meletakkan pisau dan garpu, menghentikan aktivitas sarapannya. Sepasang hunter hazel eyes-nya menatap tajam ke arah Jovita. Jemari kanannya menampilkan gestur chin-stroking, jempol menopang dagu, sedangkan empat jari lain ditekuk berjejer di depan dagu sedikit menutupi bibir, tanda bahwa ia sedang menilai orang di hadapannya. "Ya, tentang sel OLM, tapi bukan mengenai zat-zat yang memengaruhinya, melainkan tentang peranannya dalam proses belajar."

"Oh, jadi sel ini tidak hanya terkait dengan kecemasan, tapi juga proses belajar?" gali Jovita. Ia menyadari makna bahasa tubuh Joseph yang sedang menilai dirinya.

Joseph mengulas senyum di bibir tipisnya, memperlihatkan sederet gigi putih. Senyum terlebar yang pernah Jovita lihat hadir di wajah pria itu.

"Untuk seseorang yang tidak mendalami Neurosains, kamu cukup baik dalam mengingat nama bagian otak dan fungsinya," sahut Joseph dengan senyum yang masih terukir.

"Well, aku mendengarkan penjelasanmu dengan saksama. I was listening, not only hearing," sahut Jovita tertawa.

"OLM-mu teraktivasi dengan baik kalau begitu. Hanya orang yang memberikan perhatian penuh yang mampu mengingat isi pembicaraan orang lain."

Jovita tersenyum menerima sanjungan Joseph. "Selain sebagai peneliti, kamu juga pengajar?"

Joseph mengangguk. "Di kampus yang sama dengan Thomas, tapi beda departemen."

"Awesome!"

"Kamu juga akan menjadi pembicara seminar?" tanya Joseph, tidak berespons terhadap pujian Jovita.

Jovita menggeleng. "Hanya sebagai peserta. Aku ditugasi mencari peluang kolaborasi dengan penulis dan pembicara yang akan tampil."

"Mengenai apa?" Joseph mulai menunjukkan antusiasme untuk berbincang.

Estuari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang