10. Let the Feeling

11.7K 1.6K 231
                                    

Antrean panjang peserta seminar memenuhi area eksebisi di depan Goldfields Theater. Pembicara pamungkas acara seminar, Nick Vujicic, mampu memukau hadirin dan membuat mereka rela berbaris demi mendapat tanda tangan serta foto bersama sosok inspiratif itu. Nick adalah motivator berkewarganegaraan Australia Amerika yang mengidap tetra-amelia syndrome, sebuah kelainan langka yang membuat bayi terlahir tanpa lengan dan kaki. Perjuangan hidup Nick yang jauh dari kata mudah menggugah peserta untuk turut memiliki semangat bangkit dari keterpurukan.

Jovita melongok ke deret di depannya, menghitung berapa orang lagi yang harus dinanti untuk dapat berbincang sejenak dengan Nick. Masih sekitar dua puluh orang, tiap orang rata-rata menghabiskan waktu 3 menit sehingga ia harus menunggu sekitar satu jam dalam barisan yang sudah mengular ini. Ia mengembuskan napas berat, kalau saja bukan Nick Vujicic yang fenomenal dan potensial untuk kolaborasi bisnis, sudah pasti ia tidak mau menghabiskan waktu satu jam untuk berdiri.

"Aku bisa membantumu untuk langsung bertemu Nick tanpa perlu mengantre. Aku kenal baik dengannya," ujar seorang pria yang sudah berdiri di samping Jovita.

Jovita menoleh, lalu mendengkus. Lagi-lagi si bogan!

"Lebih baik aku mengantre," sahut Jovita ketus, berharap pria itu segera berlalu.

Claude menyeringai. "Sikapmu yang jual mahal sungguh membuatku merasa tertantang."

"Tidak usah membuang energi dan waktumu. Aku sama sekali tidak ingin bersikap baik padamu sampai kapan pun." Jovita tidak peduli lagi apakah kalimatnya menyakiti lawan bicara atau tidak, seperti yang selama ini menjadi orientasinya dalam berkomunikasi. Ia hanya ingin pria ini pergi dari sampingnya.

Claude terbahak mendengar pernyataan Jovita. "Kesinisanmu membuatku makin bergairah!"

Jovita mendengkus. Jika tidak memikirkan kepentingan bertemu dengan Nick bagi Starrific, rasanya ia ingin segera meninggalkan gedung MCEC ini.

"Apa istilahnya untuk perempuan Indonesia yang menginginkan pria Kaukasoid sebagai pasangannya? Sebentar ... aku lupa." Dahi Claude mengernyit, berusaha mengingat sebuah istilah yang pernah didengarnya, lalu menjentikkan jari. "Ah ... bule hunter! Sebagai bule hunter potonganmu cukup elegan. Tidak heran pria jangkung itu langsung tertarik padamu."

Jovita mendelik. Claude benar-benar kurang ajar! Berjuta sumpah serapah sudah berdesakan ingin keluar dari mulutnya. Namun, ia tersadar bahwa itu adalah reaksi yang diinginkan pria ini. Semakin ia menunjukkan kekesalannya terhadap sikap Claude dengan kalimat ketus atau makian, maka pria ini akan kian menjadi-jadi.

Teringat tips untuk mengatasi orang menyebalkan, salah satunya adalah pengabaian, tidak berespons terhadap pancingan. Ia segera mengambil penyuara telinga, dan memilih lagu yang membangkitkan mood. Good as Hell menjadi pilihan lagu pertamanya.

Claude tidak menduga reaksi yang ditampilkan Jovita. Ia tidak mau menyerah, terus mengoceh, melontarkan kata yang memancing emosi.

Jovita tetap teguh pada upayanya, dibesarkannya volume hingga suara Claude tak lagi mengganggu.

Tanpa terasa tinggal tiga orang lagi di depan. Jovita melirik ke kiri dan kanannya, Claude sudah menghilang. Entah kapan pria menyebalkan itu pergi. Ia mengukir senyum penuh kemenangan, upayanya berhasil.

Setelah selesai bertukar kartu nama, meminta tanda tangan di buku terbaru Nick, berfoto bersama, dan menyampaikan keinginan untuk berkolaborasi, Jovita segera menghambur ke luar dari MCEC. Berdiri lebih dari satu jam dengan pointed high-heels teramat menyiksa. Belum lagi sisa rasa pegal akibat berlari selama dua hari terakhir bersama Joseph. Merendam kaki di air hangat adalah solusi terbaik.

Estuari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang