1. (un) Perfect Life

33.3K 2.7K 412
                                    

Tepuk tangan meriah menggema di ballroom hotel The Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, bersamaan dengan tampilnya seorang wanita muda bertubuh semampai, berkulit kuning langsat, dan berwajah menawan di podium. Setelah moderator acara mempersilakan, perempuan itu mulai membawakan materi bertajuk Transformation of Digital Communication bagi jajaran pimpinan puncak dari berbagai perusahaan di Indonesia.

Tutur kata sistematis, materi bernas, bahasa tubuh penuh keyakinan, sisipan humor cerdas, dan penampilan memesona dari perempuan itu menjadi sebuah harmoni yang berhasil menghipnotis para hadirin. Jovita Hengkara, adalah sosok pembicara andal yang selalu tampil tanpa cela di usianya yang masih muda.

Dua orang panitia penyelenggara yang duduk di dekat pintu masuk ballrom berbisik pada Hilda dan Maya, junior Jovita yang selalu mengikuti tiap kali perempuan itu tampil guna menyerap semua pembelajaran.

"Melihat Bu Jovita itu antara kagum dan iri, ya," bisik Wati, salah satu panitia bertumbuh gempal.

"Iya, pintar, cantik, ramah, dan jago banget bicara di depan orang banyak," imbuh Sri, panitia lain yang berkulit sawo matang.

"Bu Jovita memang luar biasa, Bu. Selalu tampil memukau dan orangnya pun baik," jawab Hilda. Ia sudah berulang kali mendengar pujian semacam itu dari mulut orang-orang yang terpukau dengan penampilan Jovita. Sanjungan yang semakin membuat nyalinya ciut untuk dapat mengikuti sepak terjang Jovita.

"Dia sudah menikah?" tanya Wati penasaran.

"Sudah, Bu. Sudah punya satu putri umur empat tahun," sahut Maya.

"Berapa umurnya Bu Jovita?" Wati kian dilanda rasa ingin tahu.

"Kalau tidak salah tahun ini tiga puluh tiga tahun." Maya berusaha mengingat tahun kelahiran seniornya itu.

"Ya ampun! Masih muda banget, tapi sudah sesukses ini." Wati semakin iri.

"Suaminya pasti ganteng banget! Bu Jovita cantik begitu, pasti dapatnya juga pria tampan!" terka Sri.

"Cakep banget, Bu! Anak orang terkenal, Satria Dharmawan," sahut Hilda menyebut nama salah satu pejabat penting yang cukup terkenal karena menduduki jabatan strategis di pemerintahan.

"Wah ... ya pasti ganteng. Pak Satria sudah tua saja masih terlihat tampan," timpal Sri, tahu siapa sosok yang dimaksud Hilda.

Hilda dan Maya mengangguk bersamaan.

"Bu Jovita juga dari keluarga berada seperti suaminya?" Wati kembali menggali kehidupan perempuan yang sedang beraksi di panggung.

Maya mengangguk, lalu menjelaskan, "Bapaknya Bu Jovita juga pengusaha. Irwan Hengkara, yang punya ANARA Grup. Ibu tahu?"

Wati dan Sri bersamaan menganggukkan kepala, meski tidak tahu siapa yang dimaksud, hanya supaya tidak kelihatan berwawasan sempit.

"Kadang kalau lihat orang macam Bu Jovita, merasa Tuhan tidak adil. Semua dikasih ke dia, aku cuma disisain sedikit," keluh Wati yang disambut tawa kecil dari tiga orang lainnya.

Setelah memaparkan materi dan dilanjutkan dengan tanya jawab yang penuh dengan antusiasme dari hadirin, akhirnya sesi Jovita berakhir. Tepuk tangan meriah kembali menggema memenuhi penjuru ballroom berbarengan dengan turunnya Jovita dari panggung. Beberapa peserta seminar menghampiri, sekadar bertukar kartu nama atau meminta foto bersama.

Hilda dan Maya sudah sangat terbiasa melihat pemandangan itu. Dibanding pembicara lain dari Starrific Public Speaking School ̶ lembaga pelatihan di bidang komunikasi yang didirikan oleh Jovita dan tiga temannya ̶ perempuan itu adalah bintang yang paling bersinar. Bukan hanya karena kemampuan public speaking-nya yang mumpuni, tetapi juga penampilan yang menawan dan sikap yang santun. Permintaan untuk menjadi pembicara selalu melampaui rekan-rekannya yang notabene adalah mantan penyiar, presenter, dan public figure terkenal.

Estuari HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang