αυτσρнiℓє - 2O

9 3 0
                                    

Ceklek..

Letta merasakan pusing saat melihat apartnya sendiri. Gambar badut tersebut masih ada, serta tulisan "Marry Me" tersebut. Letta menghela nafasnya kasar.

Sebelum mengemas barangnya, lagi. Letta ingin minum, entah mengapa kerongkongannya terasa kering. Menatap kertas yang ada di meja makan membuat bola matanya membesar.

Apa yang akan kita lakukan di umur sepuluh tahun? Jam menunjukkan 03.05 pagi

"S–sepuluh tahun? Setengah lima pagi?"

Letta pintar memecahkan teka teki, tapi saat ini otaknya terpecah belah menjadi beberapa bagian. Hal itu membuatnya pusing saat melihat angka dan jam. Letta tau ini sebuah teror bersifat teka teki. Mungkin ini saatnya..

Ia tau apa yang terjadi di kenangan yang terhenti.

🍬🍬🍬

"Puas ama drama cerainya? Aku kasih waktu buat Bunda sama Ayah buat bicara, kalau gamau– yaudah aku balik ke hotel", ucap Letta menatap datar seluruh keluarganya.

"Bunda ga pernah ngajarin kamu ga sopan kayak gitu ya!!", ucap Bundanya, Luna.

"Bunda? Apa aku masih berhak manggil anda Bunda? Bukankah dulu anda tak sudi jika saya memanggil anda dengan Bunda jika cerai? So what? Saya tidak peduli dengan anda mau jadi gelandangan atau bukan"

Plak!

"Harusnya kamu bantu Bunda!! Bukannya gini!! Kamu jangan bikin Bunda tambah stres!"

"Cih, Bunda yang minta cerai kan? Yaudah ga usah tergantung sama Ayah lagi, ya kan Yah?", tanya Letta tersenyum miring kepada Luna.

Letta tak pernah menyukai orang tuanya sendiri. Sebutlah Ia durhaka, tapi rasanya dunia tak pernah adil kepada Letta. Selalu diperbandingkan dengan Adiknya, Aillen, membuatnya benci kepada semua hal.

"Ayah ga pernah bilang kayak gitu Ta, ga sopan"

"Heh Len, jaga yak Bunda kesayangan lo itu– gue udah kagak peduli ye ama kalian, kalau perlu juga coret gue dari KK. Biar gue hidup sendiri, biar lo rasain gimana rasanya jadi gue Len. Lo ga salah apa apa, tapi gatau aja gue benci sama lo", ucap Letta dingin kepada Adiknya yang sudah menangis karna kejadian tadi.

"Kakak gila?! Harusnya Kakak itu ngejagain ak–"

"Lo masih bayi hah sampai sampai harus gue jagain?! Lo mau kuliah kan bangsat?! Ga usah sok manja lo! Pergi aja sama om om lo itu! Gue capek pura pura peduli sama lo!"

"Gue ga nyangka lo kayak gini Ta..", ucap seorang laki laki tinggi semampai menatap Letta kecewa.

"Jevvan? Ngapain lo balik kesini, huh? Mau minta belas kasihan lo? Jadi laki laki ga becus! Malu sama kelamin lo!", hina Letta menatap tajam Jevvan.

"G–gue sadar Ta, gue pengecut ninggalin kalian semua. Gue harusnya jadi Abang yang baik buat lo sama Aillen, tap–"

"Telat, gue udah benci sama lo sejak lo ngasih gue tanggung jawab jadi anak pertama yang harusnya itu kerjaan lo! Lo sadar ga si sama apa yang lo lakuin dulu hah?! Gue coba nginget apa yang terjadi pas diculik, dan lo...lo malah ninggalin gue!"

Jevvan tertunduk, "Gue minta maaf Ta, gue minta maaf, gue harus apa hiks.."

"Banci lo nangis di depan cewek! Coba aja lo rasain jadi gue, gimana?! Gue selalu di kasih tanggung jawab inj itu, tanda tanganin surat perjanjian ortu yang udah cerai, selalu di paksa jadi pertama– sadar itu..."

"Setiap hari gue bilang ke temen temen gue, gue pengen banget punya Abang, yang padahal realita nya gue punya Abang!..", air mata Letta jatuh tanpa sadar. Letta menghapusnya secara kasar, membuktikan bahwa Ia baik baik saja dengan semua ini. "Tapi apa yang gue dapat? Orang yang gue harepin ga pernah sekalipun jenguk gue, gue butuh pelukan pun ga ada orang yang bakal meluk. Lo ga pernah tau kan rasanya jadi gue?"

"Ta.."

"Gue capek harus pura pura, tapi apa? Gue ga bisa keluar dari kepura puraan gue, gue psikolog bukan berarti hidup gue lancar"

"Sekarang puas kan kalian semua? Bunda sama ayah udah cerai, Aillen lagian bentar lagi katanya mau nikah, Jevvan juga udah sukses di daerah yang sama sama gue"

"Sikap gue tergantung kalian sama gue, tapi gue bukan anak SD yang cuma bisa diem menyimak tuduhan– gue udah gede, cih, apa hidup gue terlalu miris buat di ceritain?"

"Keluarga hancur, persahabatan pudar, cinta yang tak kunjung ada, insecure, stres, frustasi, teror– cukup kan buat gue hancur?"

"Gue harap dalam hati kalian, kalian ga bandingin kesengsaraan"

Deg.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AutophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang