αυτσρнiℓє - 18

3 3 2
                                    

Hari ini semua orang pulang ke tempat yang mereka tujui, kecuali kuburan misalnya. Sedangkan Bella berpura pura ingin ke toilet, dengan izin Letta tentunya. Wajahnya terlihat marah– mengingat wajah murung Letta tadi malam, membuatnya ingin mendobrak pintu kediaman Bumi abal abalan itu.

"WOI BUMI!! KELUAR GA LO?! MENTANG MENTANG ORANG KAYA LO SAKITIN ORANG YA ASU?! WOI!! KEBO ANJIR!!"

Suara Bella yang terdengar seperti semut mengaum, membuat orang orang sekitar yang sedang membereskan kopernya melihat. Tapi Bella, ya, kalian tau seperti apa Bella. Tidak punya malu, lebih tepatnya malu maluin.

"Ada apa ini anak saya di teriakkan sampai diumpati?", tanya seorang wanita yang terlihat muda walaupun sudah terlihat keriput di kantong matanya.

"Tante siapa?", bingung Bella.

"Saya Karin, Mamanya Bumi– kamu siapa sampai sampai berani meneriakki anak saya seperti itu?"

Buset serem juga, batin Bella. Bella tersenyum ramah kepada Karin, "Bismillahirrahmanirrahim, lapor komandan saya ingin memberitahu bahwa anak anda yang bernama Bumi– telah menyakiti hati dan mental sahabat saya yang sangat lembut dan baik hati bagaikan kapas. Sekian dari saya, terima kasih".

"Kamu yakin itu anak saya?"

"Ya yakinlah Tan! Orang saya yang liat secara langsung, gimana saya mau boong coba?", santai Bella.

"Bagaimana saya bisa percaya sementara kamu tak punya bukti apapun?"

"Astaghfirullah bikin naik darah aja, gini ya Tan– ekhem, adoh keselek segala, tapi gajadi..jadi waktu itu Letta cerita ke saya kalau Bumi bakal jagain Letta, tapi saya liat Bumi lagi gandengan ama Nana ninunu kemaren itulho Tan–"

"Anak saya hanya ingin menjaga, bukan pacarnya– jadi untuk apa kamu susah susah seperti ini?"

"Tante tau baper gak? Kalau Tante digituin bakal baper gak?"

"Gak"

"Kenapa Mah?", terlihat seorang laki laki yang tentunya telah memperlihatkan ketuaannya itu, menatap aneh Bella yang sedang menatap Istrinya bengis.

"Itu Pa, ada yang teriakkin Bumi terus ngumpatin pula– dia bilang Bumi juga udah ngasih php ke sahabatnya", adu Karin kepada suaminya, Laskar.

Author numpang lewat, "Laskarin– kok namanya bisa keterusan gitu anjir?!", /di tendang makhluk makhluk fiksi.

"Mah, Pah, Adek mana? Daritadi ga keliatan".

"HEH BUMI!", pekik Bella membuat ketiga orang itu terkejut.

"Apa?"

"Anjir apa katanya, LO KALAU MAU NGASIH PHP JANGAN KE SAHABAT GUE! LAMA LAMA SAHABAT GUE MALAH BELOK NANTI!!"

"Bukan urusan lo"

"Ini nih contoh anak anj– ah dahlah, ga guna juga ngertiin orang ga punya otak", sindir Bella membuat Bumi menatap tajam dirinya.

"Kalian cocok", celetuk Laskar

"Gak"

"Gak"

"Tuh kan, ngomong aja udah jodoh– apalagi takdirnya", ucap Laskar sambil terkekeh.

"Om Hyunbin yang ada disana, culik aja gue udah– rela gue, rela", jampi jampi Bella.

"BELLA!! GUE TUNGGUIN MALAH NGEGIBAH AMA ORANG!! NOT HAVE AKHLAK LO YA!", teriak Letta dari arah belakang.

Bella membalikkan badannya, dan terkekeh ringan melihat Letta. "Hehe gue kan mau meminta pertanggungjawaban orang yang bikin lo sedih gitulho".

"Astaghfirullah, perasaan gue kagak kenapa napa dah– gue galau gara gara second lead di drakor anjir, bukan gara gara itu heh!"

"Alah, bilang aja lo galau gara gara cinta di tolak"

"Iya– cinta gue ditolak Soobin Tubatu"

"Kumat kumat"

Mereka terlalu asik sendiri, sampai sampai mereka lupa masih ada tiga orang yang hanya bisa melihat. "Jadi kamu yang namanya Letta? Cantik juga", puji Karin.

"Ah ya Tante, saya Letta– Tante lebih cantik kok", ucap Letta sambil terkekeh.

"Bagusan Bella lagian Mah, lebih sopan juga", celetuk Laskar membuat Karin menyeringit heran.

"Say–"

"Kak Nia?"

"Ana?"

"Kak Nia ngapain disini? Eh ya, Kakak kan kerja di RS nya Abang hehe", ucap Ana canggung melihat Letta.

"Kand–", Ana membekap mulut Letta serta menggelengkan kepalanya, agar keluarganya tak tau apa yang terjadi.

"Kalian saling kenal?", tanya Karin melihat Ana.

"Iya Mah, ini loh Kak Letta yang sering aku ceritain itu– cantik kan? Baik pula, sering ngasih solusi buat aku"

"Namanya juga sahabat gue, yaiyalah baik", celetuk Bella.

"Maaf sebelumnya semua, saya ada pasien dua jam lagi– saya takut terlambat..", ucap Letta memegang tangan Bella. "Saya permisi dulu, buat lo Na, jaga dia".

🍬🍬🍬

Hanya tinggal membelok ke kiri, kediaman Letta sudah di depan mata. Apartemen yang tak begitu murah dan mahal, sangat cocok untuk kalangan menengah ke atas. Apalagi Letta hanya memiliki gaji yang bisa dibilang pas pas-an untuk menghidupnya sendiri. Entahlah, sepertinya tak pernah ada uang tambahan lagi dari Ayahnya. Apa Ayahnya sudah lupa?

"Koper lo berat banget anjir! Encok pinggang gue lama lama ngangkatnya", keluh Bella

"Yaudah bentar aja ngangkatnya"

"Terus koper lo mau gue lempar dari lantai sepuluh, gitu maksud lo?"

"Idih ga usah pake hati meng"

"Eh Ta..", panggil Bella membuat Letta menoleh keheranan.

"Coba lo liat deh chattan gue, boleh gak gue terima? Kalau ga boleh, ga gue terima", cerocos Bella memberikan handphonenya.

+62822********:
Permisi, apa benar ini Zeebella Seyfried? Saya Laskar Hartono, orang tua Bumi. Saya yakin kamu pasti masih mengingat saya pasalnya kita baru saja bertemu beberapa saat yang lalu. Saya hanya ingin meminta izin, apa kamu berkenan mengisi posisi sekretaris untuk Bumi? Saya harap jawabannya iya, saya tunggu sampai besok.

Letta menatap Bella aneh, "Kenapa lo malah minta izin gue? Kan lo yang mau kerja". Bella mendengus keras, "Itu bentuk penghargaan gue buat lo, gue ngehargain lo karna udah numpangin gue– gue juga ga mungkin numpang di apart lo selamanya kan? Makanya gue tanya lo, nanti gue terima sembarangan, lo malah mikir gue yang aneh aneh".

"Bel, lo juga punya hidup sendiri kali– gak semua harus lo ceritain ke gue, bukan, bukan, maksud gue itu– itu privasi lo harusnya. Ada dua hal yang ga perlu ceritain ke orang, mimpi dan bunga tidur"

Bella menunduk, "Gue sangka lo bakal seneng, ternyata.."

"Gue seneng kok lo dapat posisi yang bahkan lebih tinggi dari gue, cuma gue gamau lo salah pergaulan– eh, bukan itu si kata kata yang baik, ah! Pokoknya itu"

"Gue ngerti kok Ta, dah yuk kita masuk", ajak Bella sambil mengode Letta untuk membuka kunci pintu apartnya.

Letta akui, Letta tak senang. Letta iri, jujur saja, semua orang pasti punya rasa iri. Termasuk kepada sahabatnya sendiri, Letta merasa Bella terlalu beruntung mendapatkan posisi sekretaris. Bahkan sekretaris adalah cita citanya dulu. Mungkin itu bukan takdirnya, ah rasanya Ia jadi kufur nikmat.

Ceklek..

"Ta..Ta..Ta!! Lo gapapa kan Ta?!"

Darah..

Bruk!

"LETTANIA CHOCOLATE!!"

AutophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang