αυτσρнiℓє - 19

3 3 1
                                    

Jika melihat ruangan yang berisi warna putih, pasti kalian tau dimana itu berasal. Bukan, bukan surga, tapi ini masih di dunia. Bau obat obatan yang sangat kuat, dan suara sistem detak jantung.

Letta mengerjap ngerjapkan matanya, terasa sangat silau karna sinar mentari pagi yang terlalu menyengat. Sambil melihat sekeliling, tak ada satupun orang disini. Letta menghela nafasnya, Ia mengambil hpnya yang terletak di nakas.

Bunda🦋:
Kamu bisa pulang sekarang? Bunda mau cerai sama ortu kamu yang satu.

Deg.

Letta mengingat keadaan apartnya kemaren, banyak bercak merah. Dan juga poster badut, yang jelas jelas itu merupakan phobia Letta. Letta trauma dengan badut. Bukan karna film, tapi kejadian nyata yang terputus. Letta masih bisa mengingat ada tulisan "Marry Me" di kaca sebelah televisinya.

Dan sekarang? Letta merasa mungkin ini adalah bagian terberatnya. Letta berusaha berpikir positif untuk yang semalam. Mungkin hanya orang iseng yang ingin prank.

"Kesini Adik manis, badut lucu punya permen"

"Hihihi badutnya lucu, Letta mau gendong"

"Kau milikku sayang.."

Habis. Tak ada yang bisa Letta ingat di umur 10 tahun tersebut. Letta hanya bisa mengingat Ia sudah sampai di rumah dengan keadaan kaki yang sudah dijahit.

Drrt..drrt..

Bunda🦋:
Kamu bisa balas? Apa kamu sesibuk itu sampai sampai tak peduli dengan ini? Kamu lupa masih punya keluarga di kampung?

Letta frustasi harus berbuat apa. Ini bukan kata "frustasi" yang sering Ia ucapkan saat SMP dulu. Tapi Ia benar benar stres memikirkan semuanya. Pekerjaan, keluarga, sahabat, pacar, dan– teror tersebut.

Rasanya ingin Letta menangis di ruangan ini, tapi Ia tahan. Mencoba untuk berdiri pun rasanya Letta tak bisa. Fisiknya masih terlalu lemah untuk melakukan itu.

Me:
Aku sakit Bun, aku ga bisa pulang kayaknya sekarang

Drrt..drrt..

Bunda🦋:
Kamu ngapain saja di negri rantau? Apa kamu tak peduli dengan ini semua? Kamu jangan mentang mentang sudah bisa menghidupi kebutuhan sendiri, kamu lupakan kampung

Me:
Bunda ngerti kata sakit ga sih?! Aku sakit bun, sakit! Bukan berleha leha aja disini

Bunda🦋:
Kamu jangan ngerasa jadi orang paling sengsara di dunia ini. Kamu sangka bunda ga capek?! Bahkan rasa capek bunda lebih dari kamu!

Me:
Aku tanya sama bunda, apa yang bunda capekkan? Aku udah pergi, aku udah ga tergantung sama bunda. Itu yang kata bunda capek?!

Bunda🦋:
Kamu disana sudah bisa melawan sama bunda?! Harusnya kamu sadar dulu kamu tergantung sama bunda, ini balasan kamu hah?!

Me:
Stfu, bunda sll aj ngehubungin masa lalu. Ngestuck di masa laluuuu aja trs, kapan bunda majunya?! Aku di rs pun bunda gatau kan? Aku di rawat bunda gatau kan? Bunda egois, dan slmny bkl kyk gt

Bunda🦋:
Kamu bicara apa di awal?! Bunda capek mikirin mau cerai, kamu malah bikin bunda tambah stres!

Me:
Yg mnta cerai siapa? Bunda kan? Aku tau bun, biarin aja ayah sama aku dii negri RANTAU yang kata bunda SESAT

Bunda🦋:
Trs kamu tumpangin juga selingkuhannya?! Bodoh kamu Ta

Me:
Kan bunda bilang "ITU RUMAH SAYA, DAN SELAMANYA AKAN BEGITU, GA ADA HUBUNGANNYA SAMA KALIAN SEMUA. SILAHKAN AJA PERGI DARISINI". Itu bunda blg dulu kan? G ush pura pura pikun

Bunda🦋:
Bunda ga ada bilang kyk gt ya ta

Me:
Cih, apanya yang ga? Sejak tk dulu aku ngalemin, gmn aku mau lupa? Bunda sangka aku masih batita? Ga bun, aku udh gede. Aku udh bs milih yg mana baik ama buruk. Silahkan bunda tinggal sendiri sama adek, aku ga peduli. Aku udh lama di usir sejak dulu, walaupun aku baru bisa pergi pas lulus sma

Sudah cukup, Letta lelah berurusan dengan Bundanya itu. Terlalu mereporkan dan menguras otak.

Ceklek..

"Lo udah sadar?"

Oh astaga manusia apa lagi yang datang kesini? Pikir Letta lelah. Letta hanya ingin sendiri tanpa orang lain saat ini.

"Ya, gue mau minta tolong sama lo", pinta Letta kepada Bumi.

"Apa? Lo bisa sopan ga disini? Gu–"

"Gue minta tolong bilang ke Bella, gue bakal pulang ke Surabaya– gue tau Bella bakal pulang malem"

"Darimana lo tau?"

"Bodoh, dia sekre, gimana gue ga tau coba?"

"Emang lo pernah jadi sekre?"

"G"

"Banyak bacot, gue pergi dulu", Letta melepaskan infusnya dengan kasar. Hal itu membuat lengannya berdarah, tapi Letta tak peduli.

"Tangan lo berdarah", peringat Bumi.

"Bodo"

AutophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang