21

40 0 0
                                    

Lantunan piano terdengar...

Mengalun dengan indah mengisi setiap seluk dari rumah itu.

Kim Taehyung terbangun dengan begitu tergesa, menyadari bahwa itu hanyalah alam bawah sadarnya.

Bangun dari tempat tidurnya yang empuk itu menjadi pilihannya.

Bergerak ke arah dapur dan mengambil air untuk menghilangkan dahaga. Tenggorokannya begitu kering.

Dari ujung matanya ia bisa melihat sebuah piano. Piano yang sejak awal memasuki rumah ini ada di tengah-tengah rumahnya.

Piano itu seperti neraka bagi Taehyung. Tidak ada niat sedikitpun untuk menyentuhnya.

Kecuali pada saat itu. Ketika Trivia menginap di rumah ini, entah apa yang merasuki seorang Kim Taehyung sampai membuatnya memainkan piano itu.

Hanyak dengan alasan yang remeh. Hanya untuk membuat Trivia merasa nyaman dan bisa tertidur.

Padahal begitu banyak kenangan buruk di dalamnya.

Piano yang berasal dari rumah orang tuanya. Yang menemani hampir seluruh masa kecilnya.

Di pajang sebagai peringatan untuk tidak pernah melupakan kesakitan itu.

Disamping itu, terbangun di tengah malam adalah salah satu kelemahan Kim Taehyung. Membuatnya tidak bisa tertidur kembali.

Tangannya bergerak, berpindah meraih benda yang berbentuk persegi. Mengetikan beberapa kata disana dan mengirimnya entah pada siapa.

¤___¥___¤


Jemarinya menarik jaket yang melekat pada tubuhnya. Trivia mengeratkannya seiring dengan udara dingin yang menusuk kulit.

Beberapa saat yang lalu, sebuah pesan masuk pada ponselnya. Ajakan bertemu dari sang tetangga, tidak bisa tidur alasannya.

Kebetulan sekali dirinya belum memasuki dunia mimpi. Jadi memutuskan untuk menerima ajakan dan keluar untuk menemui sang tetangga.

"Oh, kak Tae!" Ingin berteriak memanggil namun apadaya waktu yang tak tepat, terlalu larut dan tidak baik untuk membangunkan orang lain dari tidurnya. Berakhir dengan suara serak yang hampir tak terdengar.

Sejak awal Kim Taehyung telah malihat Trivia, tanpa dipanggil pun Taehyung akan langsung datang.

Kekehan kecil keluar dari Taehyung, gerakan Trivia ketika memanggilnya terlihat lucu. Setidaknya baginya.

"Mau kemana?" Tanya Trivia begitu Taehyung telah berdiri di hadapannya.

"Di depan rumahku saja bagaimana? Terlalu larut untuk ke taman. Kalau ada hantu bahaya"

"Penakut. Baiklah setuju"

Taehyung tidak peduli ketika disebut penakut, baginya kesehatan jantung itu penting.

Mereka mulai mengambil posisi masing-masing.

"Kenapa belum tidur kak?"

"Belum mengantuk. Kau?"

"Emm sama"

Terlalu sepi, rasanya seperti hanya mereka yang ada di dunia ini.

"Harusnya anak sekolah sepertimu sudah tidur pada jam seperti ini"

"Kakak juga harusnyaa, tidak lucu kalau dihukum dosen karena tertidur.
Kata kakak temanku nanti akan diberikan hukuman menulis kata-kata maaf dan penyesalan. Banyak lagi."

Taehyung mengangguk, menyetujui perkataannya "Benar, aku pernah. Melelahkan tetapi aku tidak perduli. Pelajaran dosennya memang membosankan"

"Membosankan ya, artinya sama dengan pelajaran bahasa korea di sekolahku ugh. Kita kan sudah tau bahasa negara kita sejak kecil, sekecil ini."

Taehyung tertawa karena Trivia memperkirakan seberapa kecil mereka saat telah bisa berbahasa korea.

"Apa yang lucu sih kak. Tertawa terus, jangan-jangan kemasukan lagi"

"Iya, aku kemasukan"

Mata Trivia membola, dirinya langsung mundur beberapa senti dari posisi sebelumnya. Menjaga jarak dengan kedua tangan yang telah siap melindungi diri.

"Kemasukan cinta kamu"

Trivia memukul dahinya pelan. Tidak habis pikir ternyata Kim Taehyung yang dia kenal bisa mengucapkan omong kosong yang dinamakan Gombal.

"Gausah ngegembel kak, Geli"

"Trivia" Panggil Taehyung.

Trivia menatap pada si pemanggil.
"Boleh aku bertanya tentang sesuatu?"
Setelah mendapatkan anggukan, Taehyung melanjutkan perkataannya.

Sebenarnya Taehyung sedikit gugup untuk menanyakan ini, takut bila ini adalah hal yang sensitif untuk di tanyakan.
Hanya saja, perkataan Trivia ketika di pantai saat itu membuat Taehyung penasaran setengah mati.

"Kenapa tidak bisa sering ke pantai?"

Ok. Pertanyaan Taehyung terdengar cukup aneh dan terkesan tidak penting. Namun untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, Trivia harus memikirkan dengan matang kata apa saja yang harus keluar dari mulutnya untuk menjadi jawaban.

"Aku tidak bisa"

"Kenapa tidak bisa?"

"Nanti aku bisa sakit, dan itu akan membuat ibu dan kakakku khawatir. Bukan hanya pantai, pergi ke tempat lain pun aku harus berhati-hati agar tidak kelelahan. Termasuk saat ke sekolah"

"Separah itu?"

Trivia tersenyum kecil "Tidak kok, sejak kecil tubuhku memang lemah kak. Aku curiga ibuku terlewat beberapa proses Imunisasi"

Entahlah, Taehyung tidak menganggap itu lucu. Rasanya terlalu dibuat-buat, tidak ingin terlalu terbuka. Mungkin.

"Sekarang giliranku" Taehyung mengernyit.
Merasa was-was pada apa yang akan ditanyakan padanya.

"Kak Tae kenapa tidak suka piano? Padahal mahir"

"Kata siapa?" Wajah Taehyung terlihat begitu tidak perduli. Kenyataannya reaksinya jutru di tunjukan dengan rematan pada rerumputan yang ada didekatnya.

"Kak Jimin. Katanya kak Taehyung sangat hebat dalam memainkannya, dan aku percaya karena pernah melihatnya pada malam itu. Ingat?" Taehyung mengangguk.
Mengingat malam dimana ia memainkan lantunan lagu sederhana itu.

"Tetapi kak Taehyung tidak menyukainya lagi sekarang. Membencinya"

"Tidak" Jawab Taehyung cepat.

"Aku tidak membenci Piano ataupun musik. Hanya membenci kenangannya"

Mata mereka saling bertatapan. Taehyung tidak yakin pada dirinya sendiri. Rasanya dia sudah gila.

Namun pada malam itu, dia menumpahkan segalanya. Semua cerita yang tak pernah ia ceritakan pada orang lain, dan bahkan sangat sulit ia ceritakan pada dokternya sekalipun.

_____________________Tbc______________________

🎉 Kamu telah selesai membaca [All Of My Life] ☣️kimtaehyung Fanfiction☣️ 🎉
[All Of My Life] ☣️kimtaehyung Fanfiction☣️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang