Haechan sudah terbiasa merasa tubuhnya dilingkupi hawa dingin. Haechan sudah biasa dipukul, Haechan sudah biasa dikurung seharian di tempat gelap dan lembab. Haechan sudah biasa merasakan hampir mati karena sesak napas.
Haechan sudah biasa.
Sudah biasa dengan hal itu sejak kecil.
Dan Haechan baru sadar sekarang. Tidak ada yang berubah di rumah ini.
Masih tetap menganggap Haechan pembawa sial. Masih dibenci, masih tidak dianggap ada.
Haechan selalu bertanya tanya, apa salahnya?
Haechan cuma anak lugu yang gak tahu apa-apa. Haechan masih kecil untuk menghadapi dunia yang pelik. Haechan tidak pernah diberi kesempatan untuk bicara bahkan berkumpul dengan keluarga.
Dad dan kakaknya selalu menyuruh Haechan tetap diam di dalam kamar sendirian. Tidak pernah ikut berlibur.
Tidak pernah diperbolehkan keluar seolah-olah Haechan memang aib keluarga. Atau jangan-jangan memang benar?
Haechan tidak diijinkan berteman dengan orang lain. Bahkan sampai orang lain juga memandang Haechan sama remehnya.
Tapi pagi ini Haechan mendengar sesuatu yang hampir tidak pernah dia dengar.
"Pindahin ke kamar dan panggilin dokter!"
Samar dan Haechan bisa merasakan tubuhnya terangkat menuju kamarnya. Kepalanya sangat pusing dia tidak tahu apapun.
Haechan merasakan tubuhnya remuk dan pernapasannya terhimpit. Haechan tidak bisa menyakinkan itu suara siapa tapi mungkin Haechan memang belum waktunya mati.
"Sebenarnya gue pengen lo mati! Tapi aneh rasanya kalau gue gak nyiksa lo dulu."
Dan seperti yang dikatakan Mark kakaknya tempo lalu, mereka belum puas membuat Haechan menderita.
"Makan dulu Haechan!"Haechan mendongak sedikit melihat asisten rumah tangganya yang masuk membawakan nampan berisi obat dan bubur panas beserta air minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
why hate me ; haechan
Fanfiction[don't forget to follow brillantemine] "Kenapa semua benci Haechan? Jangan jahatin Haechan, bukan Haechan yang ngelakuin itu!" © brillantemine 2021