miss than more

6.6K 730 119
                                    

Suara dengusan dan isakan cempreng itu saling beradu di hamparan dedauannya yang saling berguguran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara dengusan dan isakan cempreng itu saling beradu di hamparan dedauannya yang saling berguguran.

Kisa menangis sejadi-jadinya. Tangannya bergetar, pipinya sudah memerah akibat terlalu kasar menghapus air matanya. Sedangkan itu Renjun terdiam di ayunan kayu yang talinya terikat pada pohon besar di sampingnya.

Mata Renjun sudah berulang-kali memutar bola matanya malas. Dia hanya merasa sebal dengan Kisa yang tiap membahas Haechan akan berakhir menangis.

Ini sudah hampir dua minggu lebih dan mereka belum tahu keberadaan Haechan di mana saat ini. Mengingatkan terakhir pertemanan mereka sangat tidak mengenakkan.

Sangat mengerikan.

Kisa waktu itu tercekat sama sekali tidak bisa melakukan apapun. Begitupula Renjun yang langsung menggeret Kisa untuk menjauh.

Tubuh Kisa terlalu lemas dan gemetaran. Di sana dia bisa melihat Haechan yang dipeluk seseorang dengan erat. Tangisan terdengar jelas lalu diikuti cacian yang saling sengit.

Tapi bukan itu yang menjadi fokus Kisa saat itu. Melainkan Haechan, napas anak itu sudah tersenggal dengan darah yang terus bercucuran keluar dari kepala Haechan.

Wajahnya memucat membuat Kisa ingin segera memeluk Haechan. Menyelamatkan Haechan yang tengah sekarat.

"Kisa ayo kita pulang!"

"In-jun—"

"Kisa, itu bukan urusan kita!"

Tapi sayang Kisa terlalu takut untuk terus berada di sana setelah Renjun menyeretnya pulang, Kisa tidak tahu apa-apa lagi. Dan meninggalkan Haechan yang kesakitan.

"Hiks..."

"Kisa jangan nangis."

Kisa melempar dedauan kering pada wajah Renjun. Sedikit kesal dengan sahabatnya satu ini. Renjun hanya berucap datar dan lebih tidak menggubris ketika Kisa bercerita panjang lebar mengenai Echan.

"Injun ayo cari Echan."

Renjun terbelalak.

Namun sebelum dirinya menimpali dengan kata-kata pedas kedua belah bibir Renjun kembali tertutup. Bunda berjalan pelan menghampiri mereka berdua.

Dari kejauhan bunda sudah tahu apa yang terjadi pada anak tunggalnya dan Renjun. Bunda juga bingung harus apa, karena mereka juga tidak tahu asal dan latar belakang Haechan.

Bunda hanya tersenyum sambil mengelus rambut Kisa. Entah kenapa saat mendengar nama sosok mungil yang belum ada dua hari bersama mereka, Kisa jauh lebih hidup. Walaupun nyatanya anak itu selalu hidup, namun sang bunda paham hidup dalam bagian yang mana.

Sedangkan Renjun memilih tenggelem dalam pikirannya sendiri. Tubuh kecilnya beranjak dari ayunan dan meninggalkan sepasang ibu—anak yang saling berpelukan.

why hate me ; haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang