Haloo, masi pada inget ga sih😥
*
Haechan merenung sendirian di bawah pohon palem. Dia meringis merasa tidak enak hati dengan Renjun. Pasti Renjun merasa tidak suka dengan kehadirannya sekarang.
Terbukti saat makan malam tadi Renjun menatapnya dengan sinis lalu terkesan mengabaikannya. Kisa yang di sampingnya terus berceloteh membuat suasana mencair.
Tapi tetap saja Renjun enggan menganggap Haechan ada atau sekedar menatapnya tanpa tajam. Dan di saat seperti ini Haechan selalu menganggap kehadirannya semakin tidak diinginkan oleh semesta.
Haechan menghela napasnya sesak, membuat kepulan asap mengudara. Malam ini sangat dingin sekali. Dan entah kenapa di jam yang sudah menunjukkan lewat dini hari Haechan memilih keluar panti dan duduk sendirian di gelapnya malam.
"Pasti dad gak akan pernah cari Haechan, dad malu punya Haechan."
Haechan merasakan dadanya begitu sesak. Dia sampai benar-benar lelah hanya untuk sekedar menangis saja.
Wajahnya yang pias akan pucat selalu membuatnya semakin murung. Sejelek itukah Haechan sampai-sampai orang di sekitarnya tidak pernah peduli.
Dan sebenarnya apa salah Haechan?
Apa selama ini Haechan memang pembawa sial.
Ya benar.
Rasanya ingin menangis mendengar pengakuan di dalam kepalanya sendiri.
Sakit.
"Echan!!!"
Haechan terperanjat mendengar pekikan yang melengking itu.
Di sana Kisa suda lengkap menggunakan jaketnya dan senter kecil yang menyorot wajahnya.
"Mau ikut Kisa?"
Haechan mengrenyit, Kisa sudah bangun disaat belum ada tanda-tanda pagi akan menjelang.
"Hehe maukan, Injun aku bangunin gak bangun-bangun. Jadi aku ajak kamu aja deh."
Haechan masih enggan membuka suaranya membuat Kisa memicing dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Echan kedinginan pasti?"
Setelah mengatakan itu dengan cepat Kisa beranjak, lari meninggalkan Haechan yang mengrenyit tidak paham.
Haechan hanya ingin sendiri, tapi Kisa rupaya hanya meninggalkan Haechan sebentar. Dan terlihat Kisa sudah berlari cepat menghampirinya.
"Nih pake!" Kisa tiba-tiba sudah ada di depannya.
"Ke-kenapa—"
"Ayo pake, liat Echan kedinginan."
Haechan menatap ragu jaket itu namun dorongan karen tubuhnya perlahan yang mulai menggigil membuatnya langsung cepet-cepet memakainya.
Kisa menyengir, tanpa aba-aba langsung menggeret lengan Haechan kuat sambil berlari.
"Kita mau ke mana?"
Haechan merasa panik. Kisa terlalu bersemangat sampai mereka berdua berubah berlari di gelapnya hutan. Napas Haechan terengah sampai meremas ujung jaket Kisa erat.
"Ki—sa, ssshh..."
Kisa berhenti ketika mendengarkan ringisan Haechan. Wajahnya langsung panik melihat Haechan yang sedikit membungkuk karena kakinya tergoret ranting yang patah.
"Echan, Kisa minta maaf, Kisa gak tau kalau kita jalan kecepetan. Kisa, Kisa minta—"
"Ga papa." Haechan menggigit bibir bawahnya sambil menggeleng, "Ayo, tapi jangan lari."
KAMU SEDANG MEMBACA
why hate me ; haechan
Fanfiction[don't forget to follow brillantemine] "Kenapa semua benci Haechan? Jangan jahatin Haechan, bukan Haechan yang ngelakuin itu!" © brillantemine 2021