Kangen engga si, mana absennya😾
Haechan menatap banyaknya anak-anak yang saling bermain di tempat luas berumput dan sekitarnya banyak pepohonan besar yang rimbun.
Ternyata tempat ini jauh dari kota. Haechan sendiri baru menyadari dan heran kenapa dirinya bisa di bawa ke sini. Tapi dalam hati dia sangat bersyukur.
Sudah 16 tahun hidup tapi Haechan sama sekali tidak pernah mendapat kebebasan. Hidupnya hanya tentang luka dan kekangan.
Haechan sendiri tidak tahu kenapa anggota keluarganya sangat membencinya. Haechan hanya anak kecil yang butuh diperhatikan dan disayang.
Bukan setiap hari dibentak, dipukul dan dikurung di tempat sempit yang banyak debu. Tanpa sadar air matanya turun, rasanya sesak mengingat setiap perlakuan kedua kakaknya yang selalu kasar.
Ayahnya pun sama saja. Karena jelas-jelas omongan kedua kakaknya lebih dipercaya daripada dirinya sosok yang sama sekali tidak diinginkan di dunia ini.
"Echan dari tadi ngalamunin apa sih?"
Haechan tersentak menatap wajah Kisa yang memicing curiga. Haechan sendiri langsung membuang wajah ke sembarang arah.
"Lagi sedih ya?"
"Eng-gak.." jawabnya terbata.
"Jangan bohong Echan, mata kamu sembam, abis nangis pasti."
Haechan terdiam dan menggigit bibir bawahnya. Sedih sekali, rasanya Haechan ingin menyerukan itu keras-keras. Tapi Haechan cukup sadar diri dia gak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.
"Mau cerita sama Kisa?"
Perlahan Haechan menatap Kisa dengan tidak yakin. Ada sesuatu bergejolak dalam dirinya. Rasa panas dan berdebar dengan rasa takut membuat Haechan kaku.
Tapi Kisa hanya tersenyum manis ketika melihat raut tak terbaca Haechan yang nampak sangat pucat. Kisa paham, ada sesuatu di diri Haechan yang membuatnya seperti ini.
Haechan terlihat sosok yang penutup dan lebih diam pada orang-orang yang berbuat buruk padanya. Kisa rasanya malah semakin ingin mengetahui isi pikiran lelaki rapuh di sampingnya.
"Hehe, kalo belom siap jangan dipaksa. Kisa ga perlu tau karna itu privasi Echan. Tapi Echan harus tau, Kisa sama Injun beneran mau jadi temen buat Echan kok, jadi jangan ngerasa sendiri ya?"
Haechan menatap lurus ke manik cantik milik gadis di sampingnya. Rasanya tenang dan Haechan baru merasakan apa itu diperhatikan.
"Kisa, makasih." Ucap Haechan sangat pelan hampir tidak terdengar.
"Sama-sama, di sini kita keluarga. Echan sekarang punya banyak-eh pasti banyak teman Echan di kota ya?"
Haechan tersenyum miris lantas menggeleng, "Enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
why hate me ; haechan
Fanfiction[don't forget to follow brillantemine] "Kenapa semua benci Haechan? Jangan jahatin Haechan, bukan Haechan yang ngelakuin itu!" © brillantemine 2021