"Rara!"
Panggilan itu membuat gadis yang sedang asik menikmati minumannya terkesiap.
"Kenapa sih ngagetin aja!" Sahut Rara jengkel.
"Yaelah, santai aja bos!"
Rara tidak menghiraukannya dan melanjutkan menyesap minuman di depannya.
"Ngomong - ngomong gue mau ngasi tau lo kalau gue udah chatan sama si Ana."
Rara menoleh langsung ke arah Agam dan saat itu pula Rara tahu bahwa hal seperti ini akan selalu terjadi dalam hidupnya.
"Bagus deh."
"Kira - kira Ana suka gak ya kalau gue ajak jalan ke tempat makan? Atau justru dia lebih suka sama tempat wisata? Gimana Ra?"
"Ana suka keduanya kok." Rara mencoba untuk tersenyum.
"Emang si Ana mah idaman para pria." Kekeh Agam.
Rara hanya tersenyum menanggapinya.
"Tapi lo tahu gak? Si Ana rada - rada jutek gitu apa karena kita belum lama ya chatan jadi belum kenal gitu?"
"Iya Gam, bisa jadi kayak gitu. Lo pepetin aja terus dia nanti juga luluh."
Agam tersenyum.
"Lo emang tempat berkeluh kesah yang sangat bisa diandalkan, kalau gitu gue duluan ya mau ada rapat nih bentar lagi." Agam berkata sembari bangkit dari duduknya.
"Ok, good luck!"
Agam mengacungkan jempolnya lalu berlalu dari hadapan gadis itu.
Rara, gadis itu menghela nafas menahan buliran yang mendesak keluar dari matanya.
***
"Ra!"
Rara menoleh ke belakang dan menemukan sosok gadis cantik yang tersenyum melambaikan tangan ke arahnya.
"Kamu kemana aja sih? Daritadi dicariin malah gak ada, eh taunya udah mau pulang aja!" Sungut Ana.
"Iya nih mumpung kerjaan udah beres aku mau balik awal kayaknya."
Ana menyerngitkan dahinya.
"Kamu lagi ada masalah ya Ra?" Tebak Ana.
"Hah? Enggak kok!"
Ana mengangguk.
"Ingat ya Ra, apapun masalahnya jangan lupa kalau aku selalu disini buat dengerin semua keluh kesah kamu!"
Rara tersenyum kemudian mengangguk.
"Kalau gitu aku pulang duluan ya, sampai ketemu di kos nanti!" Pamit Rara sembari berjalan menjauhi sahabatnya, Ana.
Rara berjalan sembari menunduk, memikirkan banyak hal yang saat ini hinggap di kepalanya.
Entahlah, ia merasa bahwa hari ini terlalu banyak beban yang ia pikul.
Untuk itu ia memutuskan pulang lebih awal karena memang semua pekerjaannya telah rampung.
"DOR!!"
Beberapa buku yang ada dalam pelukan Rara jatuh berserakan akibat terkejut.
"Eh maaf - maaf Ra!"
Lalu seorang laki - laki berjongkok memungut semua buku yang terjatuh.
Rara terdiam masih merasakan terkejut yang cukup membuat jantungnya hampir copot.
"Ra!" Panggil laki - laki itu.
Rara menatap tajam laki - laki di depannya.
"Lo sih ngagetin gue untung gue gak sampai jatuh saking terkejutnya!" Sahut Rara sembari mengambil buku dari tangan laki - laki tadi.