Elaine kembali kecewa mendapatkan pesan singkat yang mengatakan bahwa makan malam nanti harus batal karena pacarnya ingin mengantar sahabatnya pergi ke pesta.
Dia tertawa pedih saat mengetahui kebodohannya yang bertahan menjadi pacar selama setahun namun perannya tidak lebih seperti selingkuhan.
Awalnya dia tidak pernah menuntut jika ia harus diprioritaskan karena memang dia bukan tipikal gadis sepeti itu.
Namun semua semakin keterlaluan saat Dewa -pacarnya- bahkan tidak peka akan dirinya, dia tidak menyadari bahwa Elaine selalu menahan cemburu saat pacarnya itu selalu memilih sahabatnya.
Sepertinya setahun ini cukup bagi Elaine untuk mengetahui bahwa ia tak cukup penting dalam hidup Dewa, ia akan segera mengakhiri hubungan yang mulai tak sehat ini.
Dia segera menghubungi Dewa dan pada deringan ketiga suara lembut menyapa indera pendengarannya.
"Hallo sayang?"
Elaine menahan diri agar tak menangis mendengar suara lembut dan penuh perhatian Dewa.
"Wa, aku mau ngomong sesuatu."
"Kenapa sayang? Oh iya maaf ya kalau nanti malem dinnernya gak jadi, i'm so sorry tapi Dina minta tolong anterin ke pesta, kamu tahu sendiri lah kalau dia itu anaknya manja mana bisa ke pesta sendiri."
Dia tersenyum mendengar bagaimana antusiasnya pacar ah lebih tepatnya akan segera menjadi mantannya ini bercerita.
Dia akan rindu dengan suara lembut laki - laki ini dan dia akan rindu perhatian laki - laki ini.
"El.."
Panggilan disebrang sana membuatnya tersadar dari lamuannya.
"Wa kayaknya kita berhenti sampai disini aja, hubungan kita udah gak bisa dilanjutin lagi."
"GAK! Kamu ngomong apa sih El?!! Kasi tahu aku kamu dimana, aku jemput kamu!"
Suara itu terdengar sarat akan kepanikan dan Elaine menggeleng.
"Jangan Wa! Aku cuma mau ngasi tahu itu aja, aku capek kalau kamu selalu memilih Dina dibanding aku. I know she is your bestfriend tapi pertemanan itu selalu ada batasannya Wa. Aku kira aku bakal sekuat itu buat stay tapi nyatanya enggak, maaf ya.."
Elaine tak dapat menahan laju air matanya.
"GAK EL GAK! Jangan kayak gini, ayok kita ketemu kita omongin semua ini."
"Sekarang kamu udah bebas Wa, kamu bisa pergi jalan sama siapapun tanpa perlu khawatirin aku, have a good life."
Bersamaan dengan itu, dia memutuskan sambungan teleponnya dan menangis tersedu - sedu.
Ingin sungguh menyakitkan namun bertahan akan jauh lebih menyakitkan.
Deringan telepon terus berbunyi bahkan notifikasi pesan masuk begitu banyak, dia tahu itu pasti Dewa namun kini ia sudah tidak ada hubungan lagi dengan laki - laki itu dia membebaskan Dewa dari hubungan yang sudah berjalan setahun ini.
***
Dewa mengacak rambutnya frustasi, berkali - kali dia menghubungi gadisnya namun tak ada satupun yang diangkat bahkan pesan singkatnya juga tak ada balasan.
Dewa begitu mencintai Elaine sungguh.
Tak pernah sekalipun terpikirkan bahwa Elaine diam - diam menyimpan cemburu dan sakit hati saat melihat dia dan sahabatnya.
Gadisnya itu tak pernah menunjukkan ketidaksukaannya terhadap kedekatannya dengan Dina.
Namun pernyataan Elaine di telepon tadi seolah menampar ketidakpekaannya, gadisnya menderita selama ini dan dia sama sekali tak pernah menghiraukannya.