Butterfly

11.1K 549 10
                                    

"Noh dicariin lagi sama Pak Bram!" bisik gadis dengan kacamata itu menyenggol pundak temannya.

"Aduh apalagi ya salah gue?" sahut Cecilia berbisik.

Gadis dengan kacamata itu hanya mengendikkan bahunya acuh.

Laki - laki dengan balutan busana formal itu berjalan menuju meja Cecilia.

"Kamu ke ruangan saya sekarang!" Perintah tegasnya sambil menunjuk kearah Cecilia.

"Sa.. saya pak?" Cicitnya pelan.

"Iya siapa lagi? Kamu gak lihat saya nunjuk siapa?"

"Baik Pak." sahutnya sembari berdiri dari kursinya.

Langkah tegas dan lebar dari bos nya itu membuat Cecilia kewalahan mengimbanginya.

"Ada apa ya Pak?" Tanya Cecilia di tengah - tengah perjalanan menuju ruangan bos nya itu.

Bram diam tak menyahuti pertanyaan gadis itu, ia hanya fokus pada langkahnya agar segera sampai di ruangannya.

Terlalu fokus pada bos nya membuat ia tak memperhatikan langkahnya dan nasib buruknya lagi ia terjatuh karena tidak terbiasa memakai high heels. Sungguh lengkap penderitaannya kali ini, sudah dipanggil si bos dan sekarang terjatuh.

Lututnya memar dan pergelangan kakinya terasa nyeri. Ia ingin sekali menangis namun tidak mungkin jika ia menangis di depan bosnya, apa kata bosnya nanti jika menemukan pegawainya cengeng seperti itu?

Tanpa dikira - kira Bram berjongkok di hadapan gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu gak apa - apa?" Tanya Bram.

Sudah jelas ini kenapa - napa batin gadis itu.

"E.. cuma nyeri sedikit kok Pak!" Cecilia kemudian mencoba berdiri yang kemudian dibantu oleh Bram.

Sesampainya di ruangan bosnya itu, Cecilia disuruh duduk diatas sofa yang dia yakini bahwa harganya tidak main - main.

Sementara itu Bram pergi ke sudut ruangan entah untuk apa, dan beberapa detik kemudian terlihat Bram menenteng kotak dengan ukuran kecil yang Cecilia tau bahwa itu kotak P3K.

Dengan perlahan Bram mencoba untuk mengobati memar yang sedikit mengeluarkan darah di kaki gadis itu.

"Besok - besok kalau tidak bisa memakai heels kamu bisa pakai flatshoes saja ke kantor!" jelas Bram

"Baik Pak." sahut Cecilia gugup.

Sebenarnya mendapat perilaku seperti ini membuat jantungnya berdetak tak karuan, pipinya memanas, dan rasanya perutnya dipenuhi kupu - kupu yang berterbangan.

"Sudah berapa kali saya bilang kalau hanya kita berdua jangan panggil saya Pak, saya tidak setua itu Lia!" ucap lembut Bram.

Bram yang galak akan berubah saat dihadapkan dengan Cecilia, itu sudah hukum alam.

Sekitar 4 bulan yang lalu Cecilia merupakan salah satu pegawai andalan yang kemudian selalu terlibat langsung dengan si bos, orang yang easy going, manis, periang, dan cekatan membuat Bram tertarik.

Awalnya Bram yakin itu sekedar rasa kagum yang nantinya akan menghilang dengan sendirinya namun takdir berkata lain, semakin hari Bram semakin menyukai gadis itu mungkin bahkan ia sudah mencintai gadis itu? Entahlah.

Namun sayangnya, gadis manis yang sedang ada di hadapannya ini sangat sulit untuk digapai. Gadis itu mengatakan bahwa si bos hanya bercanda dan tidak mungkin menyukai gadis urakan seperti dia.

Bayangkan saja, Bram adalah sosok yang mendekati kata sempurna, banyak yang menyukai bosnya itu dan Cecilia berani bertaruh bahwa Bram bisa mendapatkan pacar hanya dengan menjentikan jarinya.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang