"Berhenti gangguin gue, lo ngerti gak bahasa gak sih?!! Stop berprilaku kayak cewek murahan" bentak seorang laki - laki dengan wajah dinginnya.
"M..maaf..." gadis itu menangis kemudian berlari meninggalkan tempat itu.
Rama terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah - engah serta keringat dingin didahinya. Ia mengusap wajahnya dengan frustasi, mimpi buruk itu datang lagi seakan ingin menyiksa ia dengan begitu kejamnya.
Sudah 10 tahun berlalu namun paras gadis itu masih tersimpang dengan rapi dalam memorinya. Tak pernah ia lupakan bahkan ia tak berniat untuk melupakannya.
Seketika memori itu menyeruak kembali, bagaimana ia mencampakkan gadis manis yang dulu menjadi adik kelasnya, bagaimana ia mengumbar - umbar kata penuh kebencian tepat didepannya, bagaimana ia bertindak begitu kejam hanya dengan kata - kata yang ia lontarkan.
Kini karma itu datang, setelah gadis itu benar - benar pergi dan menyerah, Rama merasa hampa, merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Segala upaya telah ia coba untuk kembali bertemu gadis itu namun semesta seakan ingin memberi ia pelajaran karena sampai saat ini pun ia tak pernah bertemu gadis itu, gadis yang ia lukai hatinya di jaman putih abu - abu.
***
"Selamat pagi Dokter Rama."
Sapaan hangat di pagi hari selalu ia terima dari orang - orang namun tak pernah sekalipun Rama merasakan hatinya menghangat. Gadis itu sukses membuat Rama menjadi seseorang yang tak tersentuh sama sekali.
Langkah kakinya menuntunnya memasuki ruangan yang sudah menjadi tempatnya saat pertama kali bekerja di Rumah Sakit ini.
Baru saja ia merasakan empuknya kursi, seorang perawat memasuki ruangannya begitu saja.
"Keadaan darurat, ada kecelakaan beruntun dan korban sedang ada di UGD, Dokter Ibnu sedang ada operasi dan beliau menitipkan pesan agar Dokter Rama dapat menangani korban kecelakaan selama beliau masih bertugas."
Rama mengangguk mengerti kemudian memakai kembali snelinya dan berjalan menuju ruang UGD, bau obat - obatan dan antiseptik menyapa indera penciumannya.
Brangkar - brangkar penuh dengan orang yang luka mulai dari ringan hingga ke yang lumayan parah.
Ia mengobati satu per satu korban dengan telaten, menginjeksi beberapa korban dengan obat yang sekiranya diperlukan. Sampai matanya berhenti pada sosok gadis yang sedang meringis kesakitan saat diobati oleh seorang perawat.
Rama bejalan dengan tergesa menuju brangkar itu.
"Biar saya yang mengobati pasien ini!"
"Tapi Dok--"
"Tidak apa, saya akan mengobatinya." potongnya.
Perawat itu pergi untuk membantu mengobati pasien lainnya meninggalkan kedua insan manusia yang sama - sama terkejut dengan apa yang terjadi.
"Wina.." lirih Rama dengan mata berkaca - kaca.
Gadis itu hendak berdiri dan pergi namun kakinya yang luka serta kepalanya yang sedikit mengeluarkan darah membuat ia meringis.
Rama terlihat khawatir dan kemudian membantu membaringkan kembali gadis itu dengan hati - hati.
Tangannya bergerak cepat mengobati luka - luka yang didapati gadis itu.
"Kamu... apa kabar?" Tanya Rama.
Rama merutuki dirinya yang tiba - tiba menjadi orang bodoh saat ini, begitu banyak pertanyaan yang ada di otaknya dan ia malah menanyakan hal itu padahal sudah dapat dipastikan keadaan gadis itu jauh dari kata baik.