Kamu punya kehendak, tapi semesta punya kenyataan.
Semua pengurus pondok pesantren annawawi sudah berkumpul di ruang rapat. Mereka sedang menunggu Gus Alif hal dan berita apa yang akan di sampaikan.
5 menit menunggu akhirnya yang ditunggu sudah menampakan batang hidungnya, dia berdiri di depan memimpin rapat.
Tapi Alif ya tetap Alif, dia tak terlalu mau banyak basa basi.
"Baik,, bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"
"Waalaikumsalammm warahmatullahi wabarakatuh" jawab mereka kompak
"Baik disini saya tak mau lama lama, Minggu depan pondok ini akan melaksanakan kegiatan rutin tiap tahun, yaitu, HSN, hari santri nasional"
Seketika ruangan itu bising, dengan teriakan heboh.
"Bisa diam sebentar?" Pertanyaan lugas Alif membuat semuanya bungkam.
''saya tak mau lama lama, saya langsung tunjuk untuk yang tampil di panggung, bla...bla.... Dan pidato bahasa Arab, ya kamu yang pake jilbab cream"
Semua menoleh ke tempat yang dituju Alif, dan korban hanya bisa meneguk salivanya susah payah.
"Buset, gue disuruh bahasa Arab" batinnya
''taapi...''
"Baik Syukron jazila, saya tutup wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh"
Gus Alif meninggalkan ruangan, seketika semua nya langsung heboh dengan acara yang minggu depan akan di laksanakan besar besaran.
"Semangat ya fah, pasti antum bisaaa"
"Dih apasi Alif ngeselin, gue ga pernah ngomong pake bahasa Arab woi aelah" grutu Alifah kesal.
Benar saja, yang di tunjuk Alif barusan adalah Alifah. Untuk membaca pidato bahasa Arab di depan panggung.
Aida yang mendengar grutuan temannya hanya terkekeh.
''udah terimaa ajaa''
''awas aja, gue bakal buat perhitungan."
Aida menggeleng gelengkan kepalanya pelan melihat temannya itu dengan raut wajah sebal.
Usai rapat, semuanya kembali kekamar masing masing, begitupun Aida dan Alifah.
"Fah.. kayanya kamu jodoh deh" ucap Aida berinringan dengan suara hentakan kaki mereka sepanjang kooridor.
Alifah seketika menoleh,
"Ngawur lu!"
"Haha, bener, masa si Gus Alif ga terpesona sama gaya kamu"
Alifah yang mendengar hanya memutar bola matanya malas.
"Jodoh sekarang bukan ditangan Allah ya, ditangan Aida" ucap Alifah ketus.
Seketika Aida tertawa puas.
''yakali fah aku yang nentuin jodoh, mau kalau gitu jodoh sama Gus ahkam''
"Serah lu deh serah"
Pondok annawawi, 08.15.
Semuanya sudah masuk kelas seperti biasa.
Alifah kini sedang sibuk dengan mushaf Al-Qur'an nya, dia harus melunaskan setoran al-fajr nya dengan ustadz Yulia.
"Ma'an najjah ukhti'' ucap Aida yang tengah menulis absurd.
Alifah tak menghiraukan, mencoba fokus dengan ayat per ayat.
Tak terasa waktu trus berjalan dan sekarang sudah menunjukkan waktu istirahat.
"Koperasi ayo fah'' ajak Aida.
"Hmm, ayolahhh''
Beranjak dari duduknya, mereka berjalan menuju koperasi.
''gitu, kakak sendiri dilewatin"
Alifah yang kenal suara itu langsung berhenti dan memutar badan, memasang cengiran tanpa dosanya.
''eh abang, ngapain bang disana? Piket?"
Umar mendelik, adeknya itu sembarang saja kalau berbicara.
''mau kemana kamu?"
"Ya jajanlah, yakali buang air besar kekoperasi"
''jajan trus, duit habis gausah ngerengek''
''tabungan gue banyak, sorry"
Alifah berjalan meninggalkan Umar sendiri, menyusul Aida yang sudah di dalam.
''siapa fah?"
"Abang Umar"
''ha? Umar? Umar Abdul Aziz bukansi?''
Alifah spontan mengangguk.
''siapa kamu?''
''abang lah, masa suami''
''beneran? Dia kan pengawas di pondok ini''
''ya Allah cuma pengawas, kirain kyai sini'' cibir Alifah lanjut memilih makanannya.
"Ya tapi kan tetap aja tuh tinggi disini''
''napa? Lu mau juga sama Umar?''
Plakk..
''sembarang lu kalau ngomong suka bener"
Alifah hanya mencibir menirukan omongan Aida barusan.
Udah segini dulu Gayss, lagi buntuhhh nihhh❤️🙏
Happy reading

KAMU SEDANG MEMBACA
Alif lam mim
Lãng mạnPerihal Alif lam mim Semuanya pasti sudah tahu apa arti Alif lam mim, Yap, hanya Allah yang tahu. Seperti rentetan garis takdir semua manusia. Hanya Allah yang tahu, kita tidak pernah tahu garis takdir kita dan kita juga tidak bisa menolak takdir it...