#7 : Pretty Like Bitch

715 114 11
                                    

Jika ada typo, mohon dimaafkan.
Semoga suka dengan cerita abal-abal ini. °=°.

Park Jimin merengut setelah Jungkook selesai bercerita. Jungkook mengakui semua kesalahannya, tentang ia yang kabur dari rumah dan melamar menjadi coach pribadi Taehyung. Sejak saat itu, Park Jimin semakin mengetatkan pengawasan dan mengamati jendela kamar Jungkook.

Alpha Klan Selene itu memperbolehkan Jungkook mengajari Taehyung, dengan syarat dirinya harus diikutsertakan.

Selama dua pekan, Taehyung dan Jungkook berlatih ditemani tatapan mematikan Park Jimin.

"Mundur, Kim. Kau terlalu dekat" titah Jimin ketika melihat Taehyung berjalan ke arah Jungkook.

Kim Taehyung merotasikan matanya, Jeon Jungkook menggaruk lehernya canggung. Taehyung sebenarnya tidak peduli dan menganggap Jimin angin lewat, tapi semakin lama semakin menyebalkan. Membuat keisengannya membludak.

Taehyung menarik hoodie hitam Jungkook mendekat sehingga badan Jungkook tersungkur pada Taehyung, lidah topinya menekan dada Taehyung. Jungkook memekik, keseimbangannya tidak stabil. Park Jimin menarik mundur hoodie Jungkook. "Apa yang kau lakukan, Kim?!" bentaknya.

Taehyung menaikkan sebelah alisnya dan memeluk pinggang Jungkook, "memangnya apa yang aku lakukan?" tanyanya.

Woah, pinggang Jeon Jungkook sangat pas di tanganku, batin Taehyung.

"Menjauh dariku, setan!" Jungkook menggebuk muka Taehyung, lelaki itu tertawa menyebalkan melihat muka Jungkook yang masam. Namun jemari Taehyung yang masih berada di pinggang Jungkook justru semakin mengerat, tangan Jungkook sudah medorong muka Taehyung agar menjauh dari lehernya.

Park Jimin menghela nafas lalu melerai keduanya, "bukannya latihan ini tidak ada gunanya untukmu? Kau kembali ke kota besok, kan?"

"Aku tahu," balas Taehyung singkat.

Yeah, Taehyung akan pergi besok dan entah kembali lagi atau sekarang. Jungkook pikir, Taehyung pasti merindukan kehidupannya dua tahun yang lalu.

Jalan-jalan megah, gedung-gedung tinggi, blitz kamera, dan wanita-wanita yang—

Telinga Jungkook memerah sekarang.

Apa Taehyung sudah memiliki kekasih sebelumnya? Apa Taehyung sebegitu inginnya pergi ke kota karena ingin melihat kekasihnya?

"Titip salam ke Hyeorin, ya? Dia masih sekretarismu, kan?" Jimin berceletuk.

Taehyung menyipitkan mata. "Buat apa? "

Jantung Jungkook mendadak berpacu. Hyeorin itu nama perempuan bukan?

"Ayo pulang, Jimin" ajak Jungkook. Jimin menaikkan alisnya dan menggeleng kecil, merengut lalu mengikuti langkah Jungkook ke garasi. Padahal ia ingin bercakap-cakap tentang Hyeorin dengan Taehyung.

Sementara Taehyung sendiri bersidekap, melipat kedua tangan dan memandang kepergian alpha klan Selene dan adiknya. Jimin melambai padanya, dan Jungkook meliriknya pun tidak.

"Fuck," desis Taehyung.

Dia tidak ingin melihat ekspresi itu di wajah Jungkook, ekspresi yang ia benci sangat. Ekspresi muak.

Taehyung tak ingin meninggalkan Jungkook bersama masalah, Taehyung tidak ingin membuat masalah dengan Jungkook. Tidak sama sekali. Dan sekarang, bahkan rasanya Jungkook kian membencinya kian hari.

.
.
.

Pagi buta, dan Taehyung berjalan menuju halte bis tujuan kota. Pikirannya meneriakkan Jungkook... Jungkook... Dan selalu seperti itu semalaman. Ia tidak sempat mencari tahu apa yang membuat Jungkook sebegitu menolaknya mentah-mentah. Bahkan kata-kata terakhir Jungkook sebelum kepergiannya adalah :

HUMAN | vkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang