"gimana?" tanyaku begitu melihat calvin keluar dari ruangan dosen.
calvin hanya diam, memandangku dengan wajahnya yang tak menunjukkan raut bahagia. hela nafas lesunya kemudian membuatku turut menurunkan sudut-sudut bibir. begitu sosoknya sudah sampai di depanku, calvin lantas menggeleng lemah. membagikan kabar buruk padaku dalam keheningan.
tanpa banyak bertanya, karena melihat sudah tak ada sorot semangat di mata tajamnya, aku langsung bergerak mengamit lengan calvin dan mengajaknya pergi dari tempat itu. tempat sialan yang membuat senyum lelakiku seringkali pudar hanya dalam waktu yang singkat.
kantin kampus yang sore itu minim penghuni, kupilih menjadi tempat untuk menghibur calvin. setelah memintanya duduk, aku bergegas membeli sebotol teh dingin untuk meredakan dahaga dan mungkin juga mendinginkan kepalanya.
ketika aku sampai di meja dimana aku meninggalkan calvin, aku menemukannya tengah berbaring pada kursi panjang kantin dengan berbantalkan tas. tanpa banyak bicara, kududukkan diriku di sebelah calvin. kemudian kuangkat kepalanya dan kembali meletakkan kepala calvin di pahaku membuatnya terkejut hingga membuka mata.
"mau minum dulu?" tanyaku lembut.
calvin menggeleng lalu kembali memejamkan matanya.
aku tidak protes meski dia tidak bicara. sedikit banyak, aku mengerti lelahnya. jadi, aku hanya bisa tersenyum tipis seraya mengusap kantung mata semakin menebal di wajah lelahnya.
"tadi malem tidur?"
"enggak," sahutnya pendek.
"habis ini tidur, ya?"
"mau revisi--"
"habis ini tidur, ya?" ulangku. masih dengan nada lembut yang sama namun dengan sedikit penekanan.
calvin akhirnya mengangguk menyanggupi membuat senyumku sedikit melebar.
setelahnya, kami kembali sama-sama terdiam. aku sibuk memperhatikan wajahnya. sedang calvin sibuk menyelami pikirannya. sampai kemudian, calvin akhirnya membuka bibirnya untuk bertanya.
"jangan menduga-duga, deh. jalanin aja. usaha, doa, sisanya serahin sama yang diatas."
"siapa? tuhan?"
"dosen lah," gurauku yang akhirnya berhasil membuatnya terkekeh.
calvin lagi-lagi tenggelam dalam pikirannya buatku mau tak mau harus ikut menyibukkan diri sendiri juga. menyisir helai-helai rambut hitam calvin yang mulai memanjang akhirnya kupilih menjadi kesibukan sementara. aku juga sedikit memijat kepalanya, berusaha membuat calvin rileks sehingga kerutan-kerutan di dahinya perlahan-lahan bisa menghilang.
"tenangkan hati
semua ini bukan salahmu
jangan berhenti
yang kau takutkan takkan terjadi
yang dicari hilang...
yang dikejar lari...
yang ditunggu ... yang diharap
biarkanlah semesta bekerja....
untukmu...
tenangkan hati
semua ini bukan salahmu
terus berlari
yang kau takutkan
takkan terjadi
kita coba lagi
untuk lain hari
biarkanlah semesta bekerja....
untukmu..."
aku tersenyum lebar ketika nyanyianku selesai dan disambut calvin yang membuka mata, menabrakkan kedua irisnya dengan milikku.
"makasih, ya, nay."
"buat?"
"buat udah hadir disaat gue butuh."
sebuah anggukan kuberikan sebagai jawaban atas kalimat calvin. "pulang, yuk?" ajakku. "mandi, makan, ntar gue masakin, terus tidur. sama ini nih-" aku menyentuh bagian atas bibir calvin yang mulai ditumbuhi bulu halus. "-kapan terakhir dicukur?"
aku mengangkat kepala calvin agar bangun seraya memberikan satu senyum terpaksa. "yaudah panjangin aja. tapi jangan minta cium lagi," ujarku lantas bangkit dan berjalan pergi meninggalkan calvin yang pasti mengekor di belakangku.
"yah, jangan, dong. iya nanti cukuran. tapi mau cium."
"cium aja tembok!"
"SAYANGGGGG..."
"NGGAK DENGERRR..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
credit
kunto aji - rehat tapi urutan liriknya aku ubah sedikit.