11. mantan?

773 61 2
                                    

Ify melangkah keluar kelas saat ia sudah mengerjakan hukuman nya yaitu menuliskan satu lembar full dengan kata 'saya bersalah karena sudah mengganti bel sekolah dengan lagu dangdut' berulang kali.

Gadis itu berjalan dengan senyuman sumringah nya, padahal jika itu orang lain, sudah pasti mereka ketakutan karena baru saja dihukum. Tapi jauh berbeda dengan Ify.

Koridor sudah sangat sepi karena anak-anak lainya memang sudah pulang sejak 20 menit yang lalu.

"Fy!"

Ify berbalik saat seseorang memanggil namanya, namun senyuman tadi kini pudar.

Ia kembali berbalik dan berjalan cepat menuju gerbang sekolah.

Namun apa boleh buat, langkah kaki Ify yang mungil membuat pria itu mudah menangkapnya lebih dulu..

"IFY MAU PULANG KAK!"
tanpa basa-basi lagi Ify lgsg menepis tangan Bara dengan kuat.

"Kamu bisa pulang sama kakak, biar kakak anter oke?"
Tatapan Bara masih hangat, sama saat seperti pertama kali Ify mengenal nya.

Ify menggeleng keras,
"Ify bisa sendiri kak, lepasin tangan Ify." Ify berusaha untuk tidak berteriak agar tidak membuat keributan.

Bara menarik tangan Ify dengan kasar menuju parkiran mobilnya. Namun saat Bara ingin mendorong Ify masuk kedalam mobil, seseorang lebih dulu menarik tangan Ify.

"Ayo pulang," Rio menarik tangan Ify pelan, dan mendorongnya masuk kedalam mobil.

Saat bel pulang tadi, Rio berfikir Ify sudah pulang lebih dulu. Namun saat ia tiba di rumah, tak ada seorang pun yang membuat pria itu kembali ke sekolah.

Bara hanya menatap dua insan itu dengan geram. Ada saat nya ia akan bertindak lebih jauh, pikirnya.

Ify hanya menatap jalanan luar dari kaca mobil Rio.

"Tangan lo,"

Ify menoleh sebentar, lalu kembali melihat ke arah luar.

"Kegores paku, udah diobatin."

Rio melirik sebentar lalu kembali fokus pada jalanan. Ia tau gadis itu sedang menahan sakit perih karena Bara menggenggam tangan Ify begitu kuat tadi. Dan sekarang darah segar menembus perban yang ia pakai.

Mobil Rio berhenti di rumah mereka. Pria dingin itu seperti biasanya melangkah masuk lebih dulu kedalam rumah meninggalkan Ify sendiri.

Namun, kali ini pria itu tidak langsung mandi atau pun tidur. Tapi ia meraih kotak p3k dan mendudukkan Ify di tepian kasur.

"Eh, gue bisa send--"

"Diem."

Tangan Rio dengan cekatan membuka perban yang sudah berlumur darah dari luka tangan Ify yang terbuka.

Ify menatap wajah Rio yang tak memiliki satupun kekurangan disana. Sungguh, andai saja sifat Rio tidak se-menyebalkan saat ini, mungkin saja ia sudah jatuh Cinta.

"Maaf soal tadi malam." suara datar Rio membuat Ify sedikit tersenyum. Gengsi pria itu setinggi tembok Cina. Dan tak ada yang bisa merobohkan nya.

Rio berdiri tegak dan menyimpan kembali kotak p3k ke dalam nakas.

"Makasih." ucap Ify pelan.

OoO

Via menatap langit sore di Taman Kota. Suasana riuh dan anak-anak yang berlarian kesana kemari membuat nya teringat akan masa kecil. Mungkin bisa dibilang ia tidak memiliki masa kecil? Papa nya yang selalu berganti wanita, dan meninggalkan mama nya sendirian yang kini entah ada dimana.

KETOS IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang