14. UJIAN MTK

616 64 7
                                    

Rio bangkit dari posisi terbaring nya dan naik kembali keatas kasur mendekati Ify dan menatapnya secara intens. "lo apain gue semalem?"

Ify mundur perlahan hingga punggung belakang nya menabrak kepala kasur. Mata nya menutup perlahan namun tak ada hal lain yang kunjung datang.

"Ngapain lo merem gitu?"

Setelah Ify menyadari yang terjadi tadi malam, ia langsung cengingisan menatap Rio yang sedang menajamkan matanya. Ify langsung melesat ke arah dapur untuk membuat sarapan pagi sebelum keduanya kembali membuka buku karena besok adalah hari pertama ujian nasional.

Kali ini Ify membuat nasi goreng sosis dengan telur mata sapi setengah matang diatas nya. Rio yang baru saja selesai mandi berjalan menarik kursi meja makan. "Bisa lo masak ginian."

Ify berdecih sinis, pria itu tidak tahu saja bahwa istri gadungan nya ini adalah multitalenta, ya kecuali dalam matematika.

Suapan pertama masuk ke dalam mulut Rio, pria itu berdehem sebentar seraya menatap Ify yang menunggu-nunggu pendapat dari Rio.

"ga enak."

Bibir Ify pun melengkung ke bawah, suasana hati nya menjadi buruk karena Rio yang tak tau cara menghargai nya, ia pergi ke kamar mandi untuk berendam sejenak.

Namun, lain hal nya dengan pria yang baru saja menghujat masakan sang istri nya itu. Ia malah dengan cepat menggerakkan sendok nya untuk melanjutkan suapan, senyum nya mengembang.

"Akhirnya ada yang bisa masak sehebat mama." Lirih Rio pelan menatap piring nya yang mulai bersih.

Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuat Rio kalang kabut, masalahnya ia belum sempat untuk memindahkan piring miliknya ke wastafel. Dengan buru-buru ia mengangkat piringnya, namun apalah daya ketika kaki kiri pemuda malang itu tersandung kursi dan membuatnya tersungkur.

Dentuman keras badan Rio yang menghantam lantai membuat Ify dalam sekejap tiba di dapur. "Astagaa!"

Ify membantu Rio berdiri dan melirik ke arah piring Rio yang jatuh di lantai. Piring itu tidak pecah, karena mengenai keset kaki didekat wastafel. Mata nya memincing lalu menatap Rio.

"Katanya ga enak? Kok abis?"

"hah? Eng-enggak. Itu nasi nya jatoh, bukan abis." Rio terlihat panik kemudian meninggalkan Ify dan piring nya di dapur.

Rio meraih jaket nya dan bergegas ke rumah Ando, harga dirinya hampir saja jatuh di hadapan Ify.

OoO

Ando membuka matanya, menurunkan kaki nya dari sofa. Suara bel yang berkali-kali di tekan itu membuatnya ingin memukul orang yang ada di depan pintu sana. Mata nya yang masih setengah terpejam dan kaki nya yang terseok-seok berjalan membuka pintu.

"Siapa sih?"

Toyoran di kepala Ando lah yang pertama menyambut dari sang tamu tak ber akhlak itu.

"Udah jam 10 lo masih aja belekan." Kaki Rio melangkah masuk dan berjalan ke arah kamar. Hal itu memang sudah biasa bagi Rio dan Ryan yang jika masuk rumah, langsung menuju kamar.

Namun untuk saat ini, itu hal yang dilarang besar oleh Ando. Matanya yang tadi sipit kini membesar karena ia menyadari di kamar nya ada hal yang tak pantas dilihat orang lain.

"EH YOO! JANGAN MASUK!" Ando menghalang tubuh Rio yang sudah berdiri di depan pintu kamar.

Rio mengangkat sebelah alisnya, "nyimpen apa lo?"

"Eng- anu. Sempak gue masih beserak. Hehe" cengiran aneh yang Ando lemparkan membuat Rio semakin kepo.

"Gue bawa susu pisang noh, di tas gue." Alibi Rio yang tak mungkin ditolak oleh pria oon itu.

KETOS IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang