Aku sampai di parkiran dan lalu masuk dimobil Vin, tiba tiba perutku keram pertanda bahwa aku akan haid. Vin mencoba untuk menenangkanku. Ia menyuruh supir untuk keluar dari mobil sejenak. Vin menyuruhku untuk membuka bajuku yang tadinya basah itu beserta celanaku. Aku malu dan menolak mentah mentah tapi ia mencoba meyakinkanku. Ini adalah kali pertama diriku memperlihatkan bagian sensitif tubuhku pada orang lain apalagi pada lawan jenis. Bahkan ibuku sendiri tidak kubiarkan untuk melihatnya. Namun ia bersikeras dan menyuruhku untuk percaya saja.
Aku tak punya pilihan, Vin sudah memberikan banyak hal bagiku dan keluargaku, mungkin aku juga harus berani mencoba untuk memberikan sesuatu yang sepadan dengan apa yang telah ia berikan padaku. Perutku agak keram namun aku mencoba tenang. Aku membuka mulai dari bajuku terlebih dahulu, Vin tidak menatapku saat aku melakukannya namun masih ada rasa malu yang sangat mendalam. Selesai sudah aku membuka bajuku, payudaraku yang sudah besar sudah terlihat oleh Vin, dia mencoba untuk tidak menatapku, lalu aku membuka celanaku dan mulai terlihat bulu kemaluanku yang agak lebat, aku sudah selesai dan ia pun langsung membuka peratalan wanita yang barusan kami beli.
Dia membeli sebuah pisau bertangkai, ini ternyata untuk memotong rambut kemaluanku, dia menyuruhku memotongnya untuk menjaga kesehatan kemaluanku. Aku menurut saja namun aku tidak tahu caranya, Vin pun terdiam sejenak lalu ia memberanikan diri untuk menatap kearahku, napasnya tidak beraturan saat melihat tubuhku tanpa sehelai benang pun, ia pun memegang paha kiriku, ia lalu mengangkatnya ke kursi mobil lalu melipat kakiku ia menaruh selembar tisu tepat dibawah rambut kemaluanku lalu dia mengajarkanku cara mencukurnya. Aku sempat geli dan sempat juga merasakan keram yang mulai makin parah. Akhirnya selesai sudah ia mencukur rambut kemaluanku, ia lalu membersihkan sisa rambut yang masih melengket, ia merasakan bahwa kemaluanku sangat kotor, ia minta ijin padaku untuk membasuhnya dengan tisu basah, aku pun mengijinkannya.
Ia dengan perlahan menyeka bagian pribadiku hingga sudutnya, ia kemudian melanjutkan dengan membasuh bagian kemaluanku. Ia mulai menggosokkan dengan perlahan, rasa keram di perutku segera berkurang dan aku merasa dipenuhi dengan rasa geli sekaligus nikmat. Ia bagai orang yang benar benat ahli dalam merawat seorang wanita, sambil melakukannya ia sempat mengatakan "maaf ya kalo ga nyaman soalnya baru pertama kali aku praktekkan seperti yang ibuku pernah ajarkan padaku", rupaya ia belajar banyak dari ibunya yang merupakan orang modern. Aku terus merasakan geli saat ia menggosoknya, aku tertawa namun aku mencoba menahannya, dia terus membasuhnya hingga bersih, namun hal yang tidak terduga terjadi, air pipisku tiba tiba keluar karena tidak bisa menahan rasa geli saat diseka, air mulai membasahi tisu basah dan mulai menetes ke kursi mobil "aduh maaf ya Vin" , "gapapa kok aku yang minta maaf karena kurang ahli". Aku jadi tidak enak sama Vin.
Dia langsung dengan cepat mengambil tisu kesing untuk menyerap sisa air pipisku yang keluar, ia lalu mengambilkanku benda yang terbuat dari kapas, namun bentuknya seperti celana, ia langsung sigap memakaikannya padaku. Rasa geli karena tangannya menggesek di kakiku saat ia memakaian benda itu membuatku mengeluarkan lebih banyak air pipis. Ia berhenti beberapa saat tepat saat benda ini telah berada di pahaku, ia langsung melepas tisu yang sudah mulai basah keluar mobil, ia akhirnya selesai memakaikanku celana lembut ini. Nampak seperti celana namun terbuat dari bahan halus, katanya "lia, celana ini hanya bisa dipakai sekali, besok jangan lupa diganti, pakai ini sampai darahmu berhenti keluar" aku paham yang ia maksud aku pun menganggup kepalaku.
Ia lalu mengambilkanku celana panjang untuk kupakai. Kebetulan karena aku suka pakai celana jadi hampir semua bawahan yang kubeli berbentuk celana. Dia memberikanku benda yang agak asing dimataku, katanya disebut bra, ini adalah baju dalaman wanita, ia menyuruhku memakainya namun aku juga masih kurang tahu caranya, kebetulan bahan dasarnya dari karet jadi agak mudah untuk dipakai, Vin dengan perlahan melewatkan bra ini melalui kepalaku, dan ia meletakkannya tepat di kedua payudaraku, aku jujir saat itu benar benar malu dan merasa bahwa hubungan kami lebih dekat dari sebelumnya.
Ia memberikanku baju kaos, aku sudah biasa menggunakannya jadi langsung saja kupakai. Ia menyemprotkanku cairan yang berbau wangi seperti harumnya bunga didesaku namun lebih harum. "Ini namanya parfum, kalau bisa kamu pakai tiap hari setelah mandi", sungguh malam ini aku belajar hal yang sangat baru, aku lalu mulai merasa bahwa darhku sudah mulai keluar perlahan, sikapki juga ternyata sudah dipahami olehnya, aku pikir dia benar benar sudah sangat modern. Vin berusaha menenangkanku dengan memutar lagu yang menenangkan. Ia memanggil supirnya untuk melanjutkan perjalanan kembali kerumah. Aku berharap oramg tuaku tidak cemas namun akun benar benar percaya pada kata kata Vin. Aku melanjutkan mengobrol dalam perjalanan hingga sampai didesaku, aku pikir ia akan berhenti dirumahnya dulu namun dia ternyata sungguh baik, ia mengantarkanku sampai didepan pintu masuk desa. Tampak sudah sangat sepi, namun aku beruntung aku masih punya kunci rumah cadangan yang sempat kubawa tadi.
Nampak tidak ada orang disekitar, aku menyuruh Vin untuk tetap menjaga ketenangan. Aku membuka pintu rumahku dan langsung saja aku melihat ayahku sedang berdiri di ruang tamu. Ayahku menyapa"Gimana nak, kamu suka kan ke pusat kota? Maaf kalo bapak gak pernah ajak kamu keluar daerah", aku sempat terdiam, Vin langsung dengan cepat mengalihkan pembicaraan dengan menawarkan bantuan untuk merapikan dan mengecat rumah. Ayahku sempat menolak karena saat itu sudah larut malam, namun Vin berusaha meyakinkan dengan alasannya "gapapa om daripada dirapikan besok, banyak tetangga yang lihat", "yah baiklah, tapi kalau sudah lelah sebaiknya kamu pulang, makasih banyak nak", nampak bahwa Vin sudah mulai menarik hati orang tuaku, pertanda hubungan kita akan direstui oleh orang tuaku. Ayahku lalu pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
Aku mencoba membantu Vin namun ia menolak dan menyuruhku beristirahat. Namun aku memberikan alasan untuk meyakinkannya seperti saat ia meyakinkanku "gapapa dong kita kan sahabat, harus lakukan bersama", dia tidak berkutik, dia memberikanku peralatan dapur untuk ditaruh didalam rumah, sedangkan Vin mulai mengecat dinding rumahku. Semuanya akhirnya sudah selesai dan ia pamit padaku, aku menawarinya untuk ke sawah orang tuaku besok pagi, dia langsung menerimanya tanpa alasan sedikitpun lalu bergega pulang. Aku pun lalu beristirahat dikamarku.
Extra part (include animation) is available on karyakarsa(link on profile)
Make sure you are 21+
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship(21+) (Completed)
FantasiaExtra part is available on karyakarsa Make sure you are 21+