Saat jam istirahat sekolah aku membuka bekalku. Sambil makan aku menatap dia secara sembunyi sembunyi hingga aku sampai tersedak karena tidak fokus pada makananku. Pulang dari sekolah aku bergegas kembali ke desaku. Saat itu nampak seperti tidak terjadi hal apapun. Namun hatiku berdebar kencang seperti ada sesuatu yang salah telah terjadi. Namun aku menganggap seperti tidak terjadi apapun. Hari hari berlalu aku merasa seperti ada hal yang aneh, banyak perubahan yang terjadi pada Vin. Saat aku pulang ia selalu melirikku seperti ada sesuatu yang salah dariku. Aku mencoba untuk bersikap normal seakan tidak ada sesuatu yang terjadi. Namun memang sudah tidak bisa disembunyikan lagi, Vin bagai sudah menargetkanku dan akan memangsaku, aku sempat khawatir akan hal tersebut dan aku saat itu berpikir untuk berhenti sekolah setahun saja atau hingga Vin pindah sekolah lagi, namun aku tidak bisa melakukan hal tersebut karena aku adalah satu satunya penerus keluargaku.
Aku mencoba untuk bersikap acuh, namun dalam hati aku sudah tau bahwa ia tak akan melepaskanku bila dilihat dari perilakunya. Suatu hari tiba tiba saja salah satu tetanggaku, lewat didepan rumahku sambil menatap ke tanah dan sempat menjatuhkan air mata. Aku penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi padanya, langaug saya aku bergegas ke hadapannya, aku menanyakan apa yang sedang terjadi, dia menjawab dengan hal yang tidak dapat kuduga,"aku diputuskan Vin", sekilas memang tidak ada yang salah dan ini hanyalah masalah sepele, namun bagi dia Vin adalah pasangan idamannya, juga bagiku terlihat seperti hal yang mencurigakan, aku awalnya berpikir bahwa hanya dia saja yang diputuskan, aku masih belum menaruh curiga lebih pada Vin. Namun semua rasa curiga itu bertambah, karena banyak wanita yang semuanya adalah pacar Vin pulang dengan raut wajah marah maupun sedih, tapi hampir semuanya memasang raut wajah marah, dan alasannya pun sama yaitu karena diputuskan oleh Vin, padahal sudah cukup lama mereka menjadi pacar Vin, dan harusnya jika memang Vin tidak berniat menjalankan hubungan dengan mereka maka harusnya dari beberapa waktu yang lalu mereka diputuskan.
Aku lalu sempat mengait ngaitkan dengan diriku, mungkin ada sesuatu yang ia inginkan, namun aku mencoba untuk berpikir positif, mungkin hanya kebetulan saja terjadi, namun masih tersimpan rasa curiga dan sekaligus khawatir dalam diriku tentang firasat akan terjadi hal yang tidak mengenakkan padaku. Malam pun berlarut, aku belajar lalu beristirahat agar besok paginya aku bisa bangun tepat waktu. Besoknya aku bangun dengan perasaan tenang, aku lalu bersiap siap dan bergegas berangkat kesekolah dan aku sampai tepat waktu. Vin masih belum datang, aku masih dalam keadaan tenang. Namun tiba tiba semua orang melirikku dan mulai menyebarkan gosip mengenai diriku."apa mungkin karena dia?" Kata wanita lain yang merupakan mantan Vin. Aku mencoba untuk berpikir seakan tidak ada satupun hal yang terjadi.
Saat pulang sekolah seperti biasanya aku berjalan kaki, namun tiba tiba aku curiga karena mobil mewah Vin datang menghampiriku. Dari sebelah kiri mobilnya tiba tiba terlihat kaca mobil itu terbuka dan tampak Vin sedang menatapku. Ia sedang bersama supirnya, ia memanggilku dari dalam mobil,"lia, kuantarin pulang ya?", tiba tiba aku kaget, karena aku sebenarnya belum pernah memperkenalkan diri padanya, apalagi dia belum pernah melihatku hingga pada peristiwa waktu itu. Saat itu juga aku tidak memperkenalkan diriku dan langsung bergegas meninggalkannya. Tiba tiba muncul pikiran dibenakku bahwa ia sempat bertanya pada mantannya mengenai wanita cantik yaitu diriku lalu mereka diputuskan, dan mungkin hampir semua temanku yang merupakan mantannya mengalami hal yang sama. Jelas ada sesuatu yang aneh, aku sepertinya menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berpikir, dia memanggil namaku sekali lagi, aku langsung saja menolak tawarannya itu, "engga makasih, jalan gini lebih sehat kok", Vin lalu menjawab dengan bersikeras "gapapa kok lia, sekali kali aja, supaya kamu bisa pulang lebih cepat". Aku tidak bisa berkutik setelah kata kata yang ia berikan padaku, hanya bisa dengan kuterima dengan cemas, Vin langsung saja membukakan pintu mobilnya, dan dari luar sudah terasa hawa yang sangat dingin seperti berada di kulkas. Aku naik ke mobilnya, Vin menutup pintunya dan langsung menyuruh supirnya untuk jalan.
Dia melihatku agak cemas jadi langsung saja ia bereaksi dengan cepat, ia memutar lagu yang langsung saja membuat tubuhku tenang. Vin lalu menyuruhku untuk menyandarkan diri di bangku mobilnya. Bantalnya ternyata sangat empuk, bahkan kasur dirumahku sekalipun tidak seempuk tempat duduk ini, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa. Vin menaikkan sebuah bantal yang berada dibawah kakiku, ia bergerak sendiri dsn membuatku kaget, rupanya ia menggunakan sebuat remot, sungguh canggih. Jadi aku berada dalam kondisi nyaman dan mulai melepas penat setelah seharian disekolah, mobilnya berjalan pelan sama seperti saat aku berjalan kaki, aku tidak tahu apa apa tentang mobil apalagi kecepatanya jadi aku tidak menaruh curiga. Ia menatapku dengan wajah polos,"emang kamu belum pernah naik mobil ya lia?" Lalu aku menjawab "iya belum pernah sih apalagi didesaku sama sekali belum ada satupun yan menggunakan kendaraan, semuanya masih berjalan kaki". Katanya menenangkanku "udah kita santai santai aja dulu, perjalanan juga masih jauh". Dalam perjalanan aku sempat terpikir bahwa ia sama sekali belum pernah membawa mobilnya ke desaku, aku yang selalu berkeliling desa setelah pulang sekolah sama sekali belum pernah mendengar suaranya maupun suara mobilnya didesaku, apalagi aku sama sekali tidak pernah melihat kemunculan mobil ini di jalan menuju desaku, aku mengira ini adalah pertama kalinya mobilnya melewati jalan ini dan masuk kedesaku, aku sempat cemas karena aku takut aku akan menjadi bahan pembicaraan wanita wanita didesaku dan teman sekolahku yang wanita.
Dia sempat menanyakan beberapa hal padaku dan aku jawab saja dengan kondisiku yang saat itu sudah tidak cemad lagi. Ia menanyakan hal yang menurutku adalah masalah yang cukup sensitif dan tidak layak jika diberitahukan pada orang lain namun ia berusaha untuk meyakinkan bahwa dia dapat kupercaya. Jadi langsung saja aku menanggapi pertanyaannya. Dia menanyakan mengenai hubungan percintaanku,"kamu udah pernah pacaran belum", "udah sering sih tapi belum ada yang pas", dia juga bertanya mengenai keluargaku, pendapatku mengenai pelajaran disekolah, dan beberapa pertanyaan lainnya. Akhirnya sampailah aku didepan desaku, aku langsung menyuruhnya untuk tidak masuk kedesa, ia pun menurutinya karena mungkin ia juga paham mengenai maksudku. Sungguh ia seperti pria yang sangat peka pada keadaan wanita.
Aku keluar lalu tiba tiba Vin menawarkanku untuk menjemputku besok pagi, aku sempat menolaknya mentah mentah meski kupikir rasanya nyaman berada di mobil itu. Saat pulang aku kaget saat tahu bahwa saat itu Budi yang baru saja pulang dari sekolah dan baru melewati pintu masuk desa. Budi menatap dengan tatapan biasa saja padaku, aku lalu berjalan seperti biasanya, Vin lalu bergegas memutar balik dengan mobilnya. Aku langsung saja berlari kearah Budi, ia langsung tersenyum padaku "cie, pacar baru lagi ya lia?", "jangan gitu ah, dia hanya kebetulan jemput aku. Kamu jangan kasi tau temanku yang perempuan ya Budi!" Budi langsung tertawa, ia ternyata juga paham dengan maksud perkataanku. Iya menerima saja perintahku dan langsung ia bergegas kerumahnya untuk bertemu orang tuanya yang sedang menunggunya dirumah.
Extra part (include animation) is available on karyakarsa(link on profile)
Make sure you are 21+
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship(21+) (Completed)
FantasyExtra part is available on karyakarsa Make sure you are 21+